Lawan kata dari ‘terbaik’ bukanlah ‘terburuk’ melainkan rata-rata. Kita tidak boleh hanya memberikan yang biasa-biasa saja. Yang terbaik (excellent) harus keluar dari hidup kita. Untuk bisa melakukan yang terbaik, maka kita perlu diperlengkapi.
Ada pesan sangat penting dari Tuhan Yesus menjelang kenaikan-Nya ke sorga, yang berisi janji untuk memperlengkapi kita.
Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi (empowered) dengan kekuasaan dari tempat tinggi.” (Lukas 24:49)
Dalam Kisah Para Rasul 1:8 disebutkan:
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Kata kuasa dalam ayat ini berasal dari kata ‘dunamis’ yang memiliki arti power (kuasa), influence (pengaruh), ability (kemampuan). Untuk mendapatkan kuasa tersebut, maka murid-murid harus menunggu. Masa menunggu ini disebut sebagai ‘equipping period’ (masa untuk diperlengkapi).
Setiap tokoh dalam Alkitab mengalami masa menunggu:
YUSUF menunggu 15 tahun di Mesir sebelum menjadi wakil Firaun. Ia harus mengalami masa-masa yang sulit, dijual, menjadi budak, difitnah, masuk penjara. Sebagai pemimpin yang hebat, sekalipun di bawah tekanan Yusuf tidak pernah bersungut-sungut.
MUSA menunggu 40 tahun. Suatu kali ia pernah diminta Tuhan untuk memasukkan tangannya ke bajunya dan tangannya menjadi kusta. Kusta menyebabkan orang kehilangan kepekaan, ini menggambarkan seseorang tidak bisa menjadi pemimpin jika ia tidak punya kepekaan atau hati yang berbelas kasihan kepada orang-orang yang dipimpinnya.
DAUD, setelah diurapi oleh nabi Samuel tidak serta merta menjadi raja, tetapi harus menunggu 15 tahun. Ia harus menjadi alumni padang gurun, ditinggalkan orang, difitnah, dikejar-kejar.
YOSUA menunggu 40 tahun di padang gurun. Apa yang dilakukan Yosua lebih berat daripada Musa. Musa memimpin orang untuk kabur dari masalah, tetapi Yosua harus memimpin orang untuk berperang merebut tanah Perjanjian.
Kita diperlengkapi untuk menjadi saksi. Kata saksi (‘martus’) dapat digambarkan dengan seseorang yang melakukan ‘unboxing’ barang yang diterimanya, dimana ia harus menjelaskan kondisi barang tersebut, sehingga orang lain dapat memberi penilaian dan mengambil keputusan untuk ikut membeli atau tidak. Sebagai saksi, kita bagaikan contoh barang yang sedang dinilai oleh dunia. Karena itu pakailah kesempatan selama kita hidup untuk menjadi menjadi saksi atas kasih dan kebaikan Tuhan.
Sebagai saksi, maka kita tidak bisa menunjukkan kasih yang biasa-bisa saja, tapi harus menunjukkan kasih yang ‘ciamik’ (excellent) dalam hidup kita, juga pelayanan yang excellent bagi sesama, sekalipun harus membayar harga dan menghadapi resiko.
Sepeda motor yang terhebat di dunia tidaklah didesain untuk hanya dipajang di show room, tetapi untuk berlaga di tempat pertandingan, sehingga ia bisa menunjukkan kehebatannya. Berlaga di pertandingan berarti ada resiko yang harus dihadapi, bisa terjadi kecelakaan, kerusakan yang parah. Demikian pula dengan kita, kita tidak didesain untuk dipajang di dalam gedung gereja, tetapi untuk menjadi saksi di tengah-tengah dunia ini. Itulah sebabnya kita harus menunggu sampai kita diperlengkapi.
Kita perlu diperlengkapi dengan apa?
Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya. (Mazmur 78:72)
Sebagaimana Daud, kitapun perlu diperlengkapi dengan dua hal, yaitu spiritual dan kecakapan. Spiritual berbicara tentang standar ilahi (divine standar).
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)
Sedangkan kecakapan berbicara tentang ketrampilan (skill), karena itu kita harus rajin mengasah keterampilan dalam setiap bidang kehidupan kita.
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
(Amsal 27:17)
Sejauh mana kita harus diperlengkapi?
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)
Ayat ini memerintahkan kita untuk menjadi sempurna (excellence). Yang dimaksudkan di ayat ini bukanlah sempurna dalam segala hal, namun sempurna dalam satu hal terpenting, yaitu dalam kasih kita, yaitu memiliki kasih Bapa sorgawi.
Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. (Efesus 3: 18,19)
Ada empat dimensi kasih, yaitu lebar, panjang, tinggi dan dalam. Tiga dimensi pertama menggambarkan wujud 3 dimensi, merupakan syarat agar kasih kita dapat dilihat oleh orang lain. Dimensi ke empat adalah syarat agar dapat dirasakan oleh orang lain. Unsur kedalaman ini membuat orang dapat mengenal (ginosko) kasih, dan dipenuhi dalam seluruh kasih Allah.
Seorang yang basah kuyup karena kehujanan saat naik sepeda tidak marah jika ada orang yang mecipratkan air kepadanya, karena ia sudah basah kuyup. Jika kita masih sering marah, berarti kita belum basah kuyup oleh kasih Allah. Orang yang dipenuhi kasih Allah dan menyalurkannya kepada orang lain akan mengalami kebahagiaan sejati yang nilainya tidak terbeli dengan uang.
Sempurna (excellent job) memiliki makna:
Tepat sasaran (on target). Ini mendatangkan perkenanan Tuhan sebagaimana yang dialami oleh Nuh.
Tuntas, maksimal (well done). Sebagaimana hamba yang setia menyelesaikan pekerjaannya dalam perkara yang kecil, mendapat pujian dari tuannya dan diberikan kepercayaan yang lebih besar (Matius 25:20-21).
Melakukan lebih dari yang diminta. Berjalanlah lebih jauh yaitu 2 mil sekalipun hanya diminta 1 mil (Matius 5:41). Hal ini hanya dapat dilakukan ketika memiliki rasa terima kasih kepada Allah dan kepada sesama. Abraham memberikan lebih dari apa yang telah dijanjikannya kepada Tuhan (Kejadian 18:5-8), dan Tuhan tidak bisa menahan kemurahan-Nya atas Abraham.
Terus berlatih (scale up). Saat kita terus berlatih (1 Tawarikh 25:7), maka Tuhan akan menyiapkan kesempatan yang besar (1 samuel 16:18).
Apapun yang kita kerjakan, berikan pelayanan yang terbaik. Lakukan seolah-olah ini adalah hari terakhir hidup kita. Amin. (VW).