Expanding Kingdom Culture | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. (Amsal 16:32)

Tema kita di bulan ini adalah Advancing Kingdom Culture (Memajukan Budaya Kerajaan). Salah satu budaya Kerajaan adalah penguasaan diri (Self Control). Sekalipun kita memiliki karunia-karunia tetapi tanpa penguasaan diri tidak ada gunanya. Kita akan belajar beberapa contoh tentang penguasaan diri.

Salah satu kuasa yang diberikan kepada kita adalah kuasa untuk memerintah sebagai raja atas ciptaan Tuhan (Kejadian 1:26), tetapi tidak untuk mendominasi atau menguasai orang lain. Tuhan juga mau agar kita mampu memerintah dan menguasai diri sendiri. Seseorang yang  tidak bisa menguasai dirinya sendiri seperti kota yang temboknya roboh. Tembok kota tentang pertahanan dan perlindungan. Tembok juga berbicara tembok moral, jadi seseorang yang tidak dapat menguasai dirinya adalah orang yang tembok moralnya roboh sehingga orang tersebut tidak memiliki pertahanan yang mengijinkan semua masuk dalam hidupnya.

Penguasaan diri ada didalam buah roh (Galatia 5:22-23). Salah satu contoh buruk seseorang yang tidak memiliki penguasaan diri yangbaik yang ditulis dalam Alkitab adalah Simson. Dia dikenal dengan julukan The Weak Strong Man (orang kuat yang lemah). Perkataan kuat dan lemah adalah sesuatu yang paradoks. Simson diberikan Tuhan karunia kekuatan yang luar biasa, dia dipilih Allah sebagai nazir Allah yang seharusnya hidup kudus dan mengemban tugas sebagai hakim di Israel. Simson lebih terkenal sebagai Simson dan Delila dari pada Simson dan Yehovah. Simson melanggar semua yang Tuhan perintahkan. Simson tidak diperbolehkan minum anggur, tetapi ia justru ke kebun anggur. Simson tidak boleh menjamah apa yang najis justru ia menikmati madu dari bangkai seekor singa. Dan ia membuka rahasia kekuatannya dengan tidak memotong rambutnya karena rayuan seorang wanita sehingga hidupnya harus berakhir di penjara dan menjadi seorang pelawak (Hakim – hakim 16:25).

Sebuah survei mengenai 7 dosa yang mematikan bagi pria dosa yang pertama adalah hawa nafsu, kemudian rakus, malas, amarah, angkuh, iri hati dan tamak. Sedangkan bagi seorang wanita, godaan utamanya adalah keangkuhan, iri hati, amarah, nafsu, rakus, kikir dan malas.

Kejatuhan Simson berawal ketika ia pergi ke Timna, dan di situ ia melihat seorang gadis Filistin. Ia pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: “Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku.”  Tetapi ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: “Tidak adakah di antara anak-anak perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin, orang-orang yang tidak bersunat itu?” Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: “Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai.” Simson sangat dikuasai oleh hawa nafsunya. Simson memiliki kekuatan yangsangat luar biasa, dia sanggup merobohkan dan memindahkan pintu gerbang kota, dia mampu mengalahkan seribu orang Filistin, atau dia mampu merobek mulut singa, tetapi dia tidak mampu mengalahkan dan menguasai hawa nafsunya.

Contoh buruk yang lainnya adalah Yehuda. Dalam Kejadian 38, tercatat bahwa Pada waktu itu Yehuda meninggalkan saudara-saudaranya dan menumpang pada seorang Adulam, yang namanya Hira. Di situ Yehuda melihat anak perempuan seorang Kanaan; nama orang itu ialah Syua. Lalu Yehuda kawin dengan perempuan itu dan menghampirinya. Pada zaman itu orang Israel sangat dilarang untuk menikah dengan orang Kanaan. Dari hasil perkawinan ini Yehuda memiliki 3 putra yaitu Er, Onan dan Syela. Er memiliki istri bernama Tamar, tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata Tuhan, maka Tuhan membunuh dia. Lalu Yehuda memberikan Onan kepada Tamar  untuk membangkitkan keturunan bagi Er, tetapi Onan tahu, bahwa bukan ia yang empunya keturunannya nanti, sebab itu setiap kali ia menghampiri isteri kakaknya itu, ia membiarkan maninya terbuang, supaya ia jangan memberi keturunan kepada kakaknya, tetapi yang dilakukannya itu adalah jahat di mata Tuhan, maka Tuhan membunuh dia juga.

Setelah kematian Onan, Yehuda meminta Tamar tinggal sebagai janda di rumah ayahnya menunggu sampai Syela besar sebab ia berfikir jangan-jangan Syela juga mati seperti kedua kakaknya. Maka pergilah Tamar dan tinggal di rumah ayahnya. Setelah beberapa lama matilah anak Syua, isteri Yehuda. Habis berkabung pergilah Yehuda ke Timna, kepada orang-orang yang menggunting bulu domba-dombanya, bersama dengan Hira, sahabatnya, orang Adulam itu. Ketika dikabarkan kepada Tamar bahwa Yehuda sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya, maka ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna, karena dilihatnya, bahwa Syela telah menjadi besar, dan dia tidak diberikan juga kepada Syela itu untuk menjadi isterinya.

Ketika Yehuda melihat Tamar, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya. Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang di pinggir jalan itu serta berkata: “Marilah, aku mau menghampiri engkau,” sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu: “Apakah yang akan kauberikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?” Jawabnya: “Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari kambing dombaku.” Kata perempuan itu: “Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku.” Tanyanya: “Apakah tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?” Jawab perempuan itu: “Cap meteraimu serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu.” Lalu diberikannyalah semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya. Sebuah kebodohan dilakukan Yehuda, ia berhubungan dengan seorang pelacur namun meninggalkan identitasnya di tempat tersebut. Benih Yehuda adalah benih yang sangat mahal karena menurunkan raja-raja dan tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari padanya.

Contoh yang baik adalah Yusuf, baik di dalam perjanjian lama maupun perjanjian baru adalah orang-orang yang mampu menguasai dirinya dengan baik. Setelah Yusuf dijual saudara-saudaranya sebagai budak, ia dibawa ke Mesir dan menjadi budak di rumah Potifar. Yusuf mengerjakan segala tanggung jawabnya dengan baik sehingga sangat dipercaya oleh Potifar untuk mengurus seluruh isi rumahnya. Suatu ketika saat kondisi rumah sedang sepi, istri Potifar menggodanya namun Yusuf justru menolak dan meninggalkannya. Yusuf adalah pria normal dan masih muda, namun dia bisa menguasai dirinya sekalipun harus menanggung fitnah dan berakhir di penjara. Karena Yusuf mampu menguasai dirinya maka Tuhan mengangkat dia menjadi orang nomor dua di Mesir.

Menyambut Natal, kita juga belajar dari Yusuf di dalam Perjanjian Baru. Yusuf adalah seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ketakutan adalah ketidak adanya iman. Sesudah Tuhan berbicara kepadanya Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Godaan terus ada, tetapi kita harus berkuasa atasnya. Kita dipanggil sebagai lebih dari pemenang (more than conqueror) dan orang yang lebih dari pemenang adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri dan itulah yang berkenan kepada Tuhan.  Amin. (RCH)