False Authority | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

(30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” (31) Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kisah Para Rasul 16:30-31)

Jika kita tidak diutus, diteguhkan dan ditahbiskan maka kita tidak akan memiliki otoritas yang dari pada Tuhan. Banyak orang yang mengejar dan menggunakan otoritas yang palsu untuk kepentingannya sendiri. Oleh sebab itu kita harus belajar dan minta kepada Tuhan karunia untuk mengenali dan membedakan roh-roh yang lain. Jangan percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu apakah mereka berasal dari Allah (1 Yohanes 4:1). Jika ada roh yang tidak mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia maka dia adalah roh antikristus.

Ada otoritas yang asli, tetapi ada juga otoritas yang palsu. Dari kitab kisah Para Rasul 16 kita akan belajar membedakan bagaimana otoritas yang asli dan otoritas yang palsu. Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota, Rasul Paulus dan Silas mengunjungi dan meneguhkan jemaat-jemaat dan makin lama jumlah mereka semakin bertambah. Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.

Maka sampailah Rasul Paulus dan Silas di kota Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma yang dijadikan koloni dan di kota itu mereka tinggal beberapa hari. Pada hari Sabat mereka ke luar pintu gerbang kota. Mereka menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah mereka duga ada di situ; setelah duduk, mereka  berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.       Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Kemudian Lidia mendesak Rasul Paulus untuk dapat menumpang di rumahnya.

Jemaat di Filipi dimulai hanya dari sebuah rumah. Orang Yahudipun adalah kaum minoritas  di kota tersebut. Mungkin didunia ini kita sering mengganggap diri kita minoritas, tetapi bersama Yesus kita adalah mayoritas, oleh sebab itu hidup kita harus dapat menjadi pengaruh. Kegoncangan terjadi di kota Filipi ketika ada seseorang yang dilepaskan dari roh jahat.

Ketika mereka pergi ke tempat sembahyang itu, mereka bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Roh tenung yang dimaksudkan di sini adalah roh phyton. Mereka menyembah Apollos dengan roh phyton. Apollo di dalam kitab wahyu adalah penghancur, yaitu Iblis. Roh phyton ini seperti ular phyton, yang tidak berbisa, tetapi melilit dan menghancurkan mangsanya sampai tidak bisa bernafas. Demikian juga didalam kehidupan kerohanian kita perlu waspada karena iblis mencuri, membunuh dan membinasakan, roh phyton bisa melilit hidup kita sehingga kita tidak dapat bernafas dan mati yaitu kita tidak lagi berdoa dan menerungkan Firman Tuhan.

Hamba perempuan ini mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: “Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.” (Kisah Para Rasul 16:17). Roh jahat ini tampaknya mengatakan sesuatu yang baik; kita harus berhati-hati. Karena itu penting bagi kita untuk meminta karunia membedakan roh sebab  iblis selalu mendompleng dan mengambil keuntungan. Rasul Paulus tidak dapat menahannya lagi dan sangat kesal, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: “Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.” Seketika itu juga keluarlah roh itu (Kisah Para Rasul 16:18). Rasul Paulus menggunakan otoritasnya sebagai perwakilan Kerajaan Allah di bumi ini.

Kemudian kota Filipi menjadi gempar. Ada tuan-tuan dari hamba perempuan itu, ada para penguasa, dan para pembesar kota, yang menggerakkan orang banyak untuk menentang Rasul Paulus dengan tuduhan bahwa Rasul Paulus telah mengacau kota Filipi dengan mengajarkan adat istiadat, dimana  mereka sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya.” . Mereka bukan hanya menguasai eksekutif dan legislatif, tetapi juga yudikatif sehingga Rasul Paulus didera berkali-kali dan dipukuli dengan tongkat kemudian dimasukkan ke dalam penjara ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.

Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas  berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka bahwa para tahanan telah melarikan diri. Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!” Melalui peristiwa ini kepala penjara beserta keluarganya melihat mujizat dan keajaiban Tuhan sehingga Rasul Paulus memiliki kesempatan untuk memberitakan jalan keselamatan.

Untuk mendapatkan kuasa di mulai dengan doa. Melalui doa Rasul Paulus mendapatkan arahan dan pimpinan Tuhan dalam hidupnya. Melalui doa dan hubungan yang intim dengan Tuhan maka kita akan memiliki kuasa. Sekalipun dengan kuasa yang dimanifestasikan dapat saja membawa kita kepada aniaya atau bahkan sampai dijebloskan ke dalam penjara seperti Rasul Paulus. Disinilah respon kita diuji apakah kita tetap bisa memuji dan menyembah Tuhan atau justru kita meninggalkan panggilan hidup kita. Pujian yang di naikkan akan mendatangkan hadirat Tuhan sehingga sendi-sendi penjara goyah dan semua pintu  serta belenggu terlepas. Ada damai sejahtera Allah melingkupi seluruh penjara sehingga tidak ada seorangpun yang kabur. Singkat cerita melalui kejadian ini kepala penjara dan keluarganya memberi diri dibaptis dan menerima keselamatan.  Tuhan Yesus memberkati. (RCH)