FOMO

FOMO 

Bacaan Setahun:
Yes. 60-64,  Why. 20

“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:6)

Istilah fomo di kalangan Gen Z sudah bukan hal yang asing lagi. Ini adalah sebuah akronim dari  Fear Of Missing Out, yaitu rasa takut ketinggalan momen, informasi, atau tren. Fomo bisa terjadi ketika seseorang merasa tidak terhubung dengan peristiwa atau tidak berjalan seperti yang diharapkan. Fomo juga bisa memicu perasaan gelisah,tertinggal, atau dikucilkan.

Kalau kita mengikuti perubahan zaman dan perkembangan yang terjadi di kalangan anakanak muda masa kini, maka kita akan menemukan bagaimana mereka berlomba-lomba selalu mengikuti perubahan yang ada. Seolah tidak mau ketinggalan, dan dikatakan tidak up to date oleh komunitasnya. Apa saja yang booming, mereka selalu terdepan yang tahu dan mengikutinya. Hal ini tentu berdampak tidak saja positif namun ada negatifnya. Dampak positif yang ditimbulkan adalah membangkitkan gairah dan semangat anak-anak muda untuk terus menggali informasi, dan belajar hal-hal yang baru. Hal ini kalau dipupuk dengan baik dan benar, tentu akan memunculkan potensipotensi yang besar di dalam diri anak-anak muda. Namun, bagaimana dengan dampak negatif yang ditimbulkan? Nah, ini yang harus menjadi perhatian kita para orang tua, dan juga para mentor rohani. Ternyata FOMO dapat menimbulkan stress yang tinggi kepada anak-anak kita, bahkan yang terburuk adalah mereka bisa mengalami insomnia karenanya. Jika sudah ada di fase tersebut, maka tentu akan mengganggu konsentrasi belajar mereka, menggganggu kesehatan mereka, dan mengganggu mental mereka. Rasa takut ditolak, takut dikucilkan, tidak puas, berujung tidak fokus dan tidak produktif. Ngeri bukan?

Daud dalam Mazmur 42:5 mengatakan, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?” Ia pernah ada di fase ‘gangguan mental’, mengalami tekanan di dalam jiwanya, dan kegelisahan yang mendalam. Namun, yang dialami Daud bukanlah FOMO seperti yang dialami oleh anak-anak muda zaman now. Ketakutan Daud adalah ‘keterpisahan’ dengan Allahnya. Bagi Daud, tidak tahu apa-apa tentang Allah, tidak memiliki hubungan dengan Allah sedetik pun, serasa semuanya menjadi tidak berarti lagi. Bagaimana cara Daud mengatasi hal tersebut? Ayat selanjutnya dituliskan, “Berharaplah kepada Allah!” Hanya satu kunci untuk kita terlepas dari rasa ketakutan, kecemasan, kegelisahan; Pengharapan! Selama ada pengharapan, maka di saat itu pula kita akan memiliki kekuatan dan semangat yang baru. Pengharapan Daud adalah kepada Allahnya, dia tahu persis bahwa Allahnya tidak meninggalkan dia bahkan di saat-saat tersulitnya. Daud tahu persis bahwa Allah yang ia sembah tidak berubah di dalam kasih dan kesetiaanNya. Itulah sebabnya Daud berkata selanjutnya, setelah ia berharap kepada Allah; “Sebab aku akan bersyukur lagi kepadanya, penolongku dan Allahku!” Daud tahu persis bahwa selama berharap pada Tuhan, ia tetap bisa bersyukur, karena Tuhan pasti menolong dan memulihkan hidupnya

Bagi setiap generasi muda yang membaca renungan ini, bila FOMO itu sedang melanda hidupmu, jangan ijinkan ketakutan dan kegelisahan akan dunia menguasai hidupmu. Berharaplah pada Tuhan, carilah Tuhan dan kekuatanNya. Ia akan memulihkan hidupmu dan menuntunmu kepada kehidupan yang sesungguhnya. (LA)

Questions:
1. Apa perbedaan FOMO yang dialami generasi Y dan Z zaman now dengan yang dialami Daud?
2. Bagaimana cara Daud mengatasi ketakutan dan kegelisahan yang ada di dalam jiwanya?

Values:
Semakin kita mengenal Allah, semakin kita tahu nilai atau keberhargaan diri kita, jadi tidak perlu takut kehilangan akan apa yang dunia standarkan.

Kingdom’s Quotes:
Kecemasan yang timbul akibat hal-hal duniawi akan menuntun kepada kebinasaan. Sebaliknya, kecemasan yang timbul akibat spiritual journey akan menuntun kita kepada kehidupan yang sesungguhnya.