FROM FAMINE TO FEAST | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

Maka timbullah kelaparan di negeri itu. — Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin. Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: “Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu. (Kejadian 26:1-2)

Masa sekarang ini adalah masa resesi bagi banyak orang. Namun Tuhan sanggup mengubah resesi menjadi resepsi. Dari kelaparan menjadi pesta. Krisis adalah kesempatan. Yang diperlukan adalah respon yang benar di tengah-tengah krisis. Sebagaimana yang dilakukan Ishak, ketika menghadapi krisis kelaparan yang mengancam nyawanya dan keluarganya. Ketika ia ber-respon benar, maka Tuhan sanggup membalikkan keadaannya, sehingga ia menjadi sangat kaya dan diberkati.

1.      ASK FOR GOD’S WISDOM

Ketika krisis melanda, Abraham justru pergi ke Mesir tanpa mendengarkan perintah Tuhan (Kejadian 12:10-20) sehingga menimbulkan masalah dan konflik hingga saat ini. Pada zaman Ishak, kelaparan kembali melanda negeri itu. Ia taat akan petunjuk Tuhan dan pergi ke negeri yang ditunjukkan oleh Tuhan, sehingga Tuhan menyertai kehidupannya. Tuhan mengarahkan Ishak untuk menjadi seorang petani dan mulai menabur. Kesesakan akan memberikan inspirasi dalam hidup kita dan hikmat Tuhan akan menunjukkan kesempatan di balik krisis yang kita hadapi. Jadi hal pertama yang harus kita lakukan ketika menghadapi krisis adalah meminta hikmat Tuhan dan bertanya kepada Tuhan sebelum melangkah atau membuat keputusan..

2.      INTIMACY IS THE QUALITY OF LIFE

Keintiman adalah kualitas kehidupan. Arti kata Ishak (Yitshaq) adalah tertawa, yang berasal dari kata Tashaq yang artinya bercumbu-cumbuan atau menunjukkan kasih sayang. Saat krisis, manusia cenderung saling menyalahkan satu dengan yang lain. Jika ingin menang atas krisis, kita harus menjaga agar hubungan satu dengan yang lain semakin kuat. Relasi adalah hal yang utama dan terpenting. Bangunlah relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama manusia, khususnya dengan orang terdekat, sehingga itu menjadi gaya hidup dan kualitas hidup kita.

3.      MAKE SOWING A LIFESTYLE

Di tengah-tengah krisis jadikan menabur sebagai gaya hidup kita. Jika kita tidak pernah menabur maka kita tidak akan pernah menuai. Menabur adalah gaya hidup Abraham dan Ishak. Sekalipun sumbernya ditutup, mereka tidak menuntut balas melainkan menggali lagi. Mereka tidak sedikitpun mempertahankan haknya, justru melepaskannya sehingga Tuhan memberkati kehidupan mereka. Ishak menabur di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN (Kejadian 26:12).

4.      NEVER NEVER NEVER QUARREL

Shalom adalah berkat yang luar biasa. Jangan pernah bertengkar di tengah-tengah krisis, karena memulai pertengkaran berarti membuka jalan air.  Setiap kali para gembala Ishak berselisih, Ishak memilih untuk selalu mengalah dan pindah. (Kejadian 26: 20-22). Ia menjaga perdamaian dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga Tuhan memberikan mujizat dan kelegaan kepadanya. Ia percaya bahwa Tuhan selalu mempunyai sesuatu yang lebih baik baginya.

5.      NEW REVELATION

Ketika Ishak memilih untuk tidak bertengkar, maka Tuhan menampakkan diri kepadanya dan meneguhkan kembali perjanjian yang pernah disampaikan kepada Abraham untuk menyertai, memberkati dan melipatgandakan kehidupannya (Kejadian 26:24). Ishak tidak dapat selalu mengandalkan perjumpaan pribadi ayahnya dengan Tuhan. Ia juga harus mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan untuk mendapatkan pewahyuan yang baru. Agar kita dapat melalui setiap krisis, alamilah perjumpaan dengan Tuhan dan terimalah pewahyuan yang baru. Kesesakan yang luar biasa akan memunculkan ide-ide dan sumber-sumber baru.

6.      RIGHT PRIORITY

Setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan, Ishak mengambil respon yang benar. Ia mulai mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN. Ia memasang kemahnya di situ, lalu hamba-hambanya menggali sumur di situ (Kejadian 26:25). Di sini kita belajar dari Ishak tentang memiliki prioritas yang benar. Pertama-tama ia memprioritaskan Tuhan (mendirikan mezbah), kemudian keluarga (mendirikan kemah) dan selanjutnya melakukan pekerjaan (menggali sumur). Banyak orang yang masuk dalam kesulitan karena prioritasnya salah. Tuhan harus menjadi prioritas yang utama, kemudian keluarga dan pekerjaan. 

7.      EXTRAORDINARY FAVOR

Dengan prioritas yang benar, Ishak mengalami perkenanan Tuhan dan diperdamaikan  dengan musuh-musuhnya. Abimelekh datang dari Gerar mendapatkannya, bersama-sama dengan Ahuzat, sahabatnya, dan Pikhol, kepala pasukannya. Orang yang tadinya membenci dan mengusir Ishak keluar dari tanahnya, kini Abimelekh mengakui bahwa Tuhan sungguh-sungguh menyertai Ishak. Mereka mengadakan perjanjian untuk hidup damai dan tidak saling mengusik. Setelah mengadakan perjamuan kemudian Ishak melepas mereka, dan mereka meninggalkan dia dengan damai (Kejadian 26:28-31).

Kisah ini dimulai dari kelaparan dan ditutup dengan pesta. Resesi ditutup dengan resepsi. Jangan pernah takut menghadapi krisis, sebab di tengah-tengah krisis akan ada kesempatan untuk kita melihat kebaikan-kebaikan Tuhan tercurah dalam hidup kita. Jika kita hidup dalam kebenaran Firman Tuhan ini dan mau belajar dari kehidupan Ishak, maka Tuhan akan membalikkan keadaan kita. Amin. (VR)