Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku. (Yohanes 15:8)
Tujuan hidup kita adalah menjadi murid yang menghasilkan buah yang banyak dan tetap, yaitu buah karakter, buah jiwa-jiwa dan buah Roh. Saat berbuah banyak maka kita mempermuliakan Bapa melalui hidup kita. Orang yang berhasil belum tentu berbuah, tetapi orang yang berbuah pasti berhasil. Untuk bisa menghasilkan buah, harus diawali dengan menanam benih, yaitu Firman Tuhan. Kita tidak mungkin berbuah jika tidak memiliki Firman Tuhan. Untuk menghasilkan buah, kita tidak cukup sekedar bertumbuh, karena bertumbuh itu fokusnya kepada diri sendiri, namun berbuah memiliki fokus pada kepentingan orang lain.
Untuk bisa menghasilkan buah ada tiga hal yang perlu kita lakukan:
Jangan Diintimidasi Keadaan
Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
(Matius 13:18-19)
Kata ‘di pinggir jalan’ memiliki arti memberi kesempatan kepada iblis untuk mengintimidasi kita dengan sistem dunia. Jangan izinkan iblis mengintimidasi melalui apa yang kita lihat. Responlah selalu dengan Firman Tuhan. Sadarlah dan yakinlah bahwa di dalam Yesus tidak ada lagi kutuk dalam hidup kita, tetapi hanya ada berkat. Tidak ada lagi sakit penyakit, namun kesembuhan. Kita berada di area lebih dari pemenang, namun kita harus senantiasa berjaga-jaga dengan membuat pikiran kita dipenuhi Firman Tuhan dan terus mendeklarasikan atau memperkatakan Firman Tuhan. Lawanlah iblis dengan iman yang teguh.
Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (1 Petrus 5:9)
Dengar dan Hidupi dengan Konsisten
Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (Matius 13:20-21)
Tekanan situasi bisa membuat kita lupa dan tidak percaya kepada hal-hal yang pernah Tuhan lakukan dalam kehidupan kita. Kita perlu mendengar dan menghidupi Firman Tuhan secara konsisten. Jangan hanya banyak bicara tapi sedikit bersaksi. Demikian juga kita harus konsisten melakukan sikap yang benar dan berdisiplin melakukan Firman Tuhan.
Kita digambarkan seperti carang pohon anggur, yang untuk berbuah harus terus konsisten melekat kepada pokok anggur.
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yohanes 15:5)
Miliki Iman yang Terlatih
Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (1 Petrus 5:9)
Badai pandemi ini pasti berlalu, namun kasih Tuhan tidak pernah berlalu, karena itu kita harus selalu melatih iman kita agar menjadi iman yang teguh.
Iman memiliki beberapa tingkatan:
Tidak percaya
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Markus 4:40)
Ini adalah kondisi buta rohani, di mana masalah dipandang lebih besar dari Allah. Tekanan ekonomi, sakit penyakit dan pelbagai persoalan dapat membuat kita kehilangan kepercayaan kita kepada Tuhan. Jangan tenggelam dalam situasi itu, tapi mari kita bangkit.
Kurang percaya
Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Matius 14:31)
Ini menggambarkan keadaan di mana orang-orang sudah dilawat oleh Tuhan dan membuka hati, namun baru percaya hal-hal tertentu dan belum sampai kepada perubahan hidup.
Iman yang besar
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
(Matius 15:28)
Yaitu kondisi dimana tidak mundur dan tidak rela berada di posisi yang terbuang. Iman yang besar tidak didasarkan pada penglihatan dan mimpi-mimpi, tapi didasarkan kepada otoritas Firman Tuhan.
Iman yang sangat besar
Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel”. (Matius 8:10)
Iman yang tidak tergantung pada tempat dan jarak serta menyadari bahwa dirinya tidak layak.
Jika ketiga hal di atas kita latih dan lakukan dalam hidup kita, maka kita akan menjadi carang anggur yang berbuah banyak dan tetap, sehingga nama Tuhan senantiasa dipermuliakan melalui kehidupan kita. Amin (VW).