Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (Matius 3:10)
Dunia mengajarkan kehidupan yang sukses, tetapi rencana Tuhan didalam kehidupan kita adalah kehidupan yang berbuah bahkan berbuah lebat dan baik, yaitu berbuah yang menyenangkan Tuhan. Bukan hanya sekedar kegiatan gerejawi atau aktivitas rohani yang kita lakukan, tetapi kehidupan yang menyenangkan dan memuliakan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan bahwa kapak sudah tersedia tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang. Injil Matius 12:33 mengatakan: Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.
Kektika kita membeli buah dan kita menikmatinya, buah tersebut dapat bercerita dan kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana pohonnya. Demikian juga melalui kehidupan kita yang berbuah, diharapkan dapat bercerita tentang Tuhan yang kita sembah. Bercerita dan bersaksi itu penting dan perlu, tetapi kesaksian hidup kita akan bercerita lebih lantang daripada kata-kata kesaksian kita.
Menjadi pertanyaan buat kita semua, mengapa ketika kita sudah percaya Tuhan Yesus, sudah rajin beribadah atau mengikuti aktivitas rohani tetapi hidup kita belum berbuah bahkan sulit untuk berbuah? Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Di dalam perumpamaan ini kita menjumpai ada 4 situasi tanah yaitu di pinggir jalan, berbatu-batu, di semak duri dan di tanah yang baik. Benih yang ditabur dan penaburnya sama, tetapi yang dihasilkan berbeda. Jadi jika kita rindu untuk hidup kita berbuah, kita harus memperhatikan tanah hati kita. Jika kita memprioritaskan hal-hal yang jasmani, tidak otomatis hal-hal yang rohani akan mengikuti, tetapi jika kita memprioritaskan hal-hal yang rohani maka hal-hal yang jasmani akan mengikuti.
Melalui perumpamaan seorang penabur ini kita akan belajar bagaimana kondisi tanah hati kita mengapa hidup kita tidak berbuah dan bagaimana agar hidup kita dapat menghasilkan buah:
TANAH DI PINGGIR JALAN
Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (Matius 13:4)
Tuhan Yesus menjelaskan arti benih yang ditabur di pinggir jalan adalah setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu. Kata mengerti dalam penjelasan ini adalah tidak hanya sekedar tahu, tetapi menyimpan dalam hati dan melakukannya. Banyak orang yang tahu bahwa kehidupannya ada di dalam dosa dan tidak berkenan dihadapan Tuhan, tetapi tidak mau berubah sehingga tidak berbuah. Orang tersebut tidak mau berubah dan tidak mengerti karena tidak memiliki kerinduan untuk mengerti, ia lebih menuruti keinginan daging dan menganggap bahwa Firman Tuhan tidak bisa diterima secara logika. Orang yang memilikihati seperti tanah di pinggir jalan juga sulit untuk mengerti karena tidak menganggap benih Firman yang ditabur sebagai sesuatu yang sangat berharga dan mereka juga kurang percaya pada Firman tersebut. Yakobus mengatakan bahwa orang yang mendengar Firman dan tidak melakukannya telah menipu diri sendiri ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya tetapi orang yang bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. (Yakobus 1:22-25)
TANAH YANG BERBATU-BATU
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (Matius 13:5)
Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena Firman itu, orang itu pun segera murtad. Hati yang seperti tanah berbatu-batu, suasana hatinya cepat berubah yang dikondisikan dengan keadaan di sekitarnya. Jika kita mencari kesenangan dunia maka kita tidak akan pernah dipuaskan. Kita akan mudah diombang-ambingkan dan hidup kita menjadi tidak berbuah. Jadi suasana hati kita harus diisi dengan Firman Tuhan sehingga bukan keadaan sekitar yang mempengaruhi kita tetapi sebaliknya dari hidup kita mengalir aliran air kehidupan.
DI TENGAH SEMAK DURI
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (Matius 13:7)
Benih Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Serahkanlah segala kekuatiran kita kepada Tuhan, karena di dalam kekuatiran kita tidak dapat mengerjakan yang baik. Kekuatiran justru menyebabkan imunitas kita semakin menurun, keputusan yang diambil salah dan tidak dapat menikmati hidup ini dengan baik. Tanggung jawab kita yang mengerjakan, tetapi kekuatiran serahkanlah kepada Tuhan sebab Tuhan sanggup melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan. Selain kekuatiran dunia, tipu daya kekayaan juga dapat menghimpit benih Firman sehingga tidak berbuah sebab akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. (1 Timotius 6:10)
TANAH YANG BAIK
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluSh kali lipat. (Matius 13:8)
Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Berbuah adalah akibat jika kita melakukan Firman Tuhan. Tidak semua menghasilkan buah seratus kali lipat, tetapi pastinya jika hidup kita ingin berbuah saat kita mendengar Firman Tuhan, renungkan, mengerti dan lakukanlah dalam kehidupan kita. Amin. (RCH).