GADGET, BUDAYA BARU?

GADGET, BUDAYA BARU? 

Bacaan Setahun: 
Yer. 51, Mzm. 137 

“Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah: allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. TETAPI AKU DAN SEISI RUMAHKU, KAMI AKAN BERIBADAH KEPADA TUHAN!” (Yosua 24:15)

Hari ini kita hidup dalam kesadaran yang tak bisa dipisahkan dari Gadget. Gadget telah menjadi budaya yang baru. Budaya artinya cara hidup atau cara berpikir kolektif masyarakat. Dalam bahasa Inggris, kata “budaya” disebut “culture”, yang berakar pada kata “cult” yang artinya pemujaan atau penyembahan. Percaya atau tidak, hari ini gadget bukan hanya menjadi budaya yang baru, tetapi juga pemujaan yang baru atau berhala yang baru.

Secara budaya, para pria pada budaya suku-suku bangsa di Indonesia membawa senjata, apakah itu clurit, mandau, keris, atau badik. Senjata ini dipakai jika berjalan keluarga rumah. Inilah juga budaya Nusantara saat itu. Senjata yang selalu dibawa dalam bahasa Jawa artinya “gaman”, atau “ageman” yang artinya juga benda yang selalu dipakai dan dibawa.

Sama dengan gadget hari ini, setiap orang boleh saja ketinggalan tas atau dompet, tapi tak mungkin bisa hidup nyaman jika ketinggalan gadget. Kalau demikian, bukankah gadget telah menjadi benar-benar berhala dalam hidup setiap kita? Gadget bukan lagi sekadar alat yang membantu, tetapi telah menjadi budaya baru yang bisa menjadi berhala yang mengatur dan membuat hidup kita sangat tergantung padanya; kita benar-benar tak bisa hidup tanpanya.

Hal yang berbahaya dalam budaya informasi modern saat ini adalah realita nyata kita bukan kesadaran akan Allah pencipta yang berkuasa, tetapi Mamon atau berhala yang baru, yaitu gadget. Gadget telah nyata berkuasa dan memperbudak umat manusia. Rasul Paulus sudah mengingatkan bahwa nantinya akan ada banyak “Ilah” (seperti iptek, uang, agama, hobi, gadget), namun kita harus tetap berpegang pada kesadaran adanya Satu Sumber Kehidupan, yaitu satu Allah Bapa dalam Kristus. “namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Korintus 8:6)

Untuk mengatasi keadaan ini, keluarga harus menjadi benteng terakhir untuk merubah budaya Mamon, yaitu berhala baru, gadget. Dimana gadget seharusnya hanya sebagai alat pelengkap, bukan penguasa kita. Keluarga dan juga Gereja harus menciptakan budaya Kerajaan, yaitu menghadirkan Allah sebagai Allah yang nyata dan yang tak tergantikan! Dan seperti Yosua, kita sebagai kepala keluarga harus berani memutuskan dan berani berkata: “Tetapi Aku dan seisi keluargaku akan beribadah dan melayani Tuhan!” (DD)

Questions:
1. Benarkah Gadget telah menjadi agama atau budaya yang baru? Bahkan telah menjadi berhala?
2. Bagaimana seharusnya tindakan kita agar Gadget bukanlah kesadaran tertinggi kita, tetapi Allahlah kesadaran tertinggi kita?

Values:
Sang Raja datang sebagai manusia, agar manusia menyadari bahwa kehadiran Tuhan sebagai Raja itu nyata dalam kehidupan setiap manusia.

Kingdom’s Quotes:
Sesuatu yang dipuja dan mendominasi hidup kita adalah berhala modern, yang tanpa sadar telah menduakan kepercayaan kita kepada Tuhan.