God Chosen People | Pdt. Christy Indra Tjiptamulya

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9).

Tuhan memanggil kita supaya kita memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar dan ajaib, sehingga menjadi dampak bagi dunia. Seperti ragi, sekalipun hanya sedikit tetapi dapat membuat seluruh adonan yang jumlahnya jauh lebih banyak dari ragi tersebut menjadi mengembang. Untuk bisa berdampak, kita harus mengenali siapa diri kita di hadapan Tuhan.

Orang-orang Pilihan

Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4).

Sebenarnya kita tidak melihat sendiri peristiwa saat Yesus disalibkan di kayu salib, tetapi kita bisa menjadi orang percaya karena Tuhan telah memilih kita. Menjadi percaya dan menjadi kaya dalam iman, jauh lebih penting daripada kaya secara jasmani.

Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? (Yakobus 2:5)

Keimaman

Dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, — bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin
(Wahyu 1:6)
.

Fungsi sebagai imam dan raja tidak dipisahkan, artinya aktivitas pelayanan rohani dan aktivitas di ‘market place’  bukan merupakan hal yang terpisah. Untuk itu kita harus menjaga kekudusan hidup, misalnya menjaga hati dari kedengkian dan akar pahit, sehingga berkenan di hadapan Allah (1 Petrus 2:5).

Kekudusan

Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya (Yesaya 35:8).

Orang pandir, artinya orang bodoh, yaitu orang yang mengerti Firman, tetapi tidak melakukannya. Untuk menghilangkan sifat bodoh ini kadangkala Tuhan akan menghajar kita. Sebagaimana orang tua menghajar anak-anaknya, bukan untuk kebaikan orang tua itu sendiri, tetapi untuk kebaikan anak-anak tersebut, yaitu agar mereka hidup dalam kekudusan (Ibrani 12:10).

Manusia Allah

“Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Ibrani 8:10).

Sebagai manusia Allah, hendaknya kita jangan memakai cara-cara dunia, tetapi hiduplah sesuai dengan akal budi yang dikaruniakan kepada kita. Misalnya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan kebaikan. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan pertolongan Roh Kudus yang telah dikaruniakan  dalam hidup kita.

Kesaksian

Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa (1 Tawarikh 16:8).

Selain sebagai manusia Allah, kita harus menjadi saksi dan menjadi dampak, dengan cara memperkenalkan dan memasyhurkan perbuatan-perbuatan Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian nama-nya akan dikenal di seluruh bumi (Yesaya 12:4-5).

Memuji Tuhan

Baiklah mereka memberi penghormatan kepada TUHAN, dan memberitakan pujian yang kepada-Nya di pulau-pulau. (Yesaya 42:12).

Di Indonesia ada lebih kurang 17000 pulau. Ada banyak kesempatan untuk memberitakan pujian kepada Tuhan di pulau-pulau. Hiduplah selalu bersyukur dan memuji Tuhan, sesukar apapun situasi yang kita hadapi. Jangan pernah sakit hati kepada Tuhan, meninggalkan persekutuan dan ibadah, sebaliknya naikkanlah senantiasa kurban syukur kepada-Nya (Ibrani 13:15).

Panggilan Ilahi

Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah (2 Korintus 5:20).

Setiap kita diberi karunia yang berbeda-beda, namun kita semua memiliki panggilan yang sama yaitu untuk memberitakan kabar baik, sehingga orang dapat mengenal Kristus dan hidup mereka diperdamaikan dengan Allah. Jangan pernah menolak panggilan Allah (Matius 22:3)sehingga mendatangkan murka Allah.

Kegelapan Sipritual

Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu (Matius  6:23).

Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yohanes 1:5).

Sebelum bertobat dan mengenal Kristus, kita semua ada dalam hidup lama, yaitu hidup dalam kegelapan. Masing-masing kita pasti memiliki kesaksian yang unik tentang hidup lama, dan pasti memiliki kesaksian tentang bagaimana Tuhan membawa terang-Nya dan mengubahkan hidup kita.

Pencerahan

Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Efesus 1:18).

Kita mendapat pencerahan, karena menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Pencerahan akan memberikan pengharapan dan menuntun kita kepada panggilan spesifik dalam hidup kita, misalnya panggilan untuk memelihara anak-anak yang terbuang (Kisah Para Rasul 26:18).

Memahami bahwa kita masing-masing adalah orang yang dipilih Tuhan, akan membuat kita yakin akan panggilan kita dan memampukan kita untuk memberikan dampak, di manapun Tuhan menempatkan kita. Amin. (VW)