Apapun yang terjadi dalam hidup kita saat ini, Tuhan tidak pernah terlambat untuk menolong. Mungkin keadaan kita dalam awan kelam, bahkan mungkin seperti pepatah yang mengatakan nasi sudah menjadi bubur. Percayalah “bubur’ pun bisa menjadi makanan yang lebih mahal daripada “nasi” Begitulah hidup kita di tangan Tuhan.
Hari ini kita akan belajar dari peristiwa Lazarus. Dalam cerita ini, kita akan bagi menjadi tiga bagian yaitu:
Keadaan sebelum Kematian Lazarus
Keadaan setelah Kematian Lazarus
Keadaan setelah Lazarus Bangkit dan Keluar dari Kubur
Mari kita akan bahas satu-persatu bagian di atas.
Keadaan sebelum Kematian Lazarus (Yohanes 11:1-6)
Kondisi keluarga ini sangat mengasihi Tuhan. Keluarga yang melayani Tuhan, bahkan tertulis Maria meminyaki kaki Tuhan Yesus dengan minyak mur yang sangat mahal dan menyekanya dengan rambutnya. Marta digambarkan sebagai wanita yang sibuk melayani Tuhan Yesus. Sedangkan kondisi Lazarus sedang sakit. Pertama-tama yang dilakukan mereka adalah memberi kabar kepada Tuhan Yesus bahwa saudaranya, yaitu Lazarus sedang sakit. Artinya keluarga ini menaruh pengharapan yang pertama dan terutama hanya kepada Tuhan Yesus.
Dalam Yohanes 11:4 Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan. “ Perkataan Yesus ini tentunya memberikan pengharapan bagi keluarga ini bahwa Lazarus tidak mungkin mati.
Yohanes 11:5-6 Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada.” Maria dan Marta percaya bahwa Yesus sangat mengasihi mereka, namun kenyataannya Yesus tidak segera datang menolong Lazarus yang sakit. Bahkan ketika Lazarus mati, Yesus malah sengaja menunda datang ke Betania dua hari kemudian. Jika kita menempatkan diri kita sebagai Maria dan Marta, bagaimanakah respon kita sebagai orang percaya? Apakah kita kecewa? Atau kita merasa Tuhan Yesus tidak lagi memperhatikan hidup kita.
Keadaan setelah Kematian Lazarus (Yohans 11:14-17)
Yohanes11:14-17 Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.
Mari kita bayangkan perasaan Maria. Maria mungkin merasa apa yang telah dilakukannya yaitu memberikan minyak narwastu yang sangat mahal untuk Tuhan Yesus dan menyeka dengan rambutnya adalah tindakan sia-sia. Lazarus ternyata mati. Padahal Tuhan Yesus berkata bahwa penyakit Lazarus tidak akan membawa kematian. Namun kenyataanya Lazarus mati. Maria mungkin bisa merasa bahwa Tuhan Yesus tidak sungguh-sungguh mengasihi dia dan keluarganya. Sangat mungkin keluarga ini bisa merasa amat sangat kecewa kepada Tuhan Yesus. Bagaimana sikap kita jika kita mengalami hal seperti ini? Apakah kita tetap percaya dan tetap menaruh harapan kita hanya pada Tuhan Yesus meskipun fakta yang kita alami tidak sesuai dengan janji Tuhan? Percayalah Tuhan Yesus sanggup menolong kita dalam keadaan apa-pun. Sekalipun kita berada di suatu kondisi yang tidak mungkin lagi diubahkan atau sudah “mati.” Kondisi yang mustahil untuk diubah. Semua ini diijinkan Tuhan untuk satu tujuan yaitu supaya kita dapat belajar percaya dan belajar bersyukur.
Yohanes 11:21 dan Yohanes 11:32 Dari dua ayat ini, Maria dan Marta datang kepada Tuhan Yesus dalam waktu yang tidak bersamaan. Namun perkataan Maria dan Marta “sama” yaitu “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Hal ini menunjukkan suatu tanda bahwa keluarga ini “sehati” Mereka tidak saling menyalahkan. Komunikasi dalam rumah tangga ini sangat baik. Suatu teladan yang baik buat keluarga Kerajaan Allah.
Keadaan setelah Lazarus Bangkit dan Keluar dari Kubur (Yohanes 14:44-45)
Untuk mengalami mujizat, ada bagian Tuhan dan ada bagian kita yang harus kita kerjakan. Bagian yang dikerjakan murid-murid dalam cerita ini adalah gambaran bahwa kita dalam komsel terjadi komsal (komunitas saling). Begitu juga dalam rumah tangga dibutuhkan budaya saling, yaitu saling memperhatikan satu sama lain. Perlu saling kerjasama maka mujizat pasti terjadi.
Jika saat ini kita mengalami masalah, percayalah tetap ada Tuhan untuk ikut campur tangan di dalamnya. Tuhan Yesus yang pernah mati, bangkit dan hidup sampai sekarang, Dia sanggup menolong kita. Bersama dengan Tuhan, mujizat tetap nyata dalam hidup kita dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. (RJ)