Godfidence In Influence | Pdt. Joshua Gunawan Handojo

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
(Filipi 4:13)

Kita sering mendengar kata confidence atau self confidence, bahkan kita menekankan kepada anak-anak agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang memiliki rasa percaya diri, tetapi hari ini kita belajar satu langkah di depan yaitu Godfidence. Godfidence adalah confidence in God yaitu kepercayaan diri yang berasal dari Tuhan.

Latar belakang kitab Filipi ini adalah surat yang dikirimkan oleh Rasul Paulus untuk Jemaat di kota Filipi. Surat ini ditulis oleh Rasul Paulus sewaktu ia berada dalam penjara di Roma termasuk juga kitab Efesus, Kolose dan Filemon. Jadi surat ini sebetulnya ditulis oleh Rasul Paulus yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Hal yang lebih luar biasa bahwa tema surat ini adalah surat sukacita dimana banyak hal yang menjadi salam sukacita Rasul Paulus. Jika kita tidak mengetahui latar belakang surat ini maka ketika kita membacanya maka kita akan berfikir bahwa surat ini biasa-biasa saja. Satu hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan Rasul Paulus adalah dalam keadaan apapun juga, ia tidak pernah kehilangan pengharapannya kepada Tuhan. Di dalam surat Filipi ini ada 2 hal yang Rasul Paulus tuliskan kepada jemaat di Filipi yaitu ucapan terima kasih atas dukungan yang diberikan untuk mendukung pelayanan Rasul Paulus dan pesan Rasul Paulus kepada mereka akan pentingnya menerapkan prinsip-prinsip rohani di dalam menghadapi segala keadaan serta tatangan hidup.

Rasul Paulus bukanlah orang biasa, karena dia adalah seorang pemimpin agama Yahudi yang sangat dihormati, ia sangat taat melakukan hukum taurat dan adat istiadat Yahudi. Pada saat Stevanus mati menjadi martir dengan dirajam batu, Paulus atau yang masih bernama Saulus hadir menjadi saksi kematian Stevanus. Rasul Paulus memiliki self confidence yang sangat tinggi, namun pengalaman spiritual perjumpaan dengan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik mengubah seluruh arah hidupnya sehingga ia dapat melihat siapa Yesus yang sebenarnya. Rasul Paulus mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan dan ia tidak saja memiliki iman yang besar, tetapi juga iman yang benar, inilah yang disebut Godfidence. Disini kita melihat perubahan yang luar biasa dari kehidupan Rasul Paulus dari confidence kepada Godfidence.

Kita semua adalah orang-orang yang harus memberikan dampak dan pengaruh bagi sekeliling kita, tetapi kita tidak lagi bisa mengandalkan kekuatan diri sendiri melainkan harus memakai sumber yang sudah Tuhan sediakan buat kita. Sayangnya banyak orang percaya yang tidak mau menggunakan kekuatan yang daripada Tuhan ini.

3 RAHASIA KEKUATAN PAULUS

KEMAMPUAN MENCUKUPKAN DIRI (FILIPI 4:10-13)

(11) Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (12) Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
(Filipi 4:11-12)

Melalui ayat ini, Rasul Paulus menggunakan 3 kata yang mempunyai arti penting secara religius dan filsafat pada masa itu,yaitu:

Kata “aku telah belajar”

Kata belajar dalam bahasa Yunani yang digunakan di dalam kalimat ini adalah kata kerja ematon yang memiliki pengertian belajar atau menemukan sesuatu dari proses pendidikan di sekolah kerabbian dan praktek melalui pengalaman hidup yang nyata. Jadi tidak hanya belajar secara teori saja, melainkan juga praktek di dalam kehidupan yang nyata.

Kata “mencukupkan diri”

Bahasa Yunani yang digunakan adalah autarkes yang secara literal berarti mencukupkan diri atau merasa puas. Kata ini biasa dipakai untuk menjelaskan  orang yang melalui proses pendisiplinan mampu bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai kondisi atau tekanan dari luar dan yang pada akhirnya menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri untuk menghadapi situasi sulit.

Kata autarkes ini juga banyak dipakai dalam filsafat Stoa yang pada dasarnya menekankan bahwa manusia harus puas dan mampu mencukupkan diri dalam segala keadaan dan dengan kekuatan serta kehendak mereka sendiri mampu bertahan dalam menghadapi segala keadaan yang menekannya. Pemahaman Stoa ini berakar kepada Socrates (seorang Filsuf) yang pernah bertanya “Siapakah orang kaya itu?” Ia adalah orang yang dapat merasa puas atau mencukupkan diri dengan apa yang minimal karena merasa cukup adalah natur dari kekayaan.

Paulus tahu segala keadaan, apa itu kekurangan dan kelimpahan, tetapi semuanya itu tidak menggangu fokus Paulus dalam melayani Tuhan bukan karena kekuatannya sendiri melainkan karena ia benar-benar mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.

Kata “tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku”

Paulus memakai kata (Yun) memuēmai yang dalam PB hanya di temukan dalam ayat ini, secara literal berarti “telah dimasukkan atau disahkan” (have been initiated). Ada sesuatu yang sebelumnya tidak Rasul Paulus pahami namun telah disingkapkan oleh Tuhan. Bagi Paulus  tidak ada lagi rahasia tentang Tuhan. Cara pandang kita terhadap Tuhan akan menentukan hubungan kita dangan Tuhan dan arah hidup kita di dalam Dia. Tujuan kita mengikut Tuhan adalah keserupaan dengan Kristus.

 

SUMBER KEKUATAN DALAM MENGHADAPI KESULITAN (FILIPI 4:13-18)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
(Filipi 4:13)

Apapun keadaan yang Rasul Paulus alami, dia tetap percaya bahwa Tuhan itu baik dalam kehidupannya. Ketika kita mengikut Tuhan bukan berarti segala sesuatunya akan menjadi baik-baik saja. Ada bagian kita dan ada bagian Tuhan. Lakukan bagian kita hari ini karena bagian Tuhan adalah memberikan janji bagi masa depan kita.

ALLAH YANG MEMELIHARA KITA (FILIPI 4:19-20)

Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:19)

Rasul Paulus menegaskan kepada jemaat di Filipi bahwa Allah yang maha mulia pencipta dan pemilik alam semesta mampu memelihara kehidupan kita dan memenuhi segala keperluan kita. Tuhan berhak lakukan apa saja didalam kehidupan kita. Tuhan tidak akan memenuhi segala keperluan kita jika kita tidak hidup menurut apa yang Dia perintahkan.

Di tengah situasi yang semakin sulit ini, mari kita belajar seperti Paulus yang melihat kehidupan ini sebagai kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri dengan segala situasi baik itu kekurangan atau kelimpahan, kenyang atau lapar dan mudah atau sukar. Kalau kita bersedia belajar menghadapi hidup ini apa adanya, maka kita akan mampu menghadapi segala situasi tersebut. Bukan karena kita hebat atau mampu secara manusia, tetapi karena Allah yang menguatkan dan memampukan kita. Jika kita mau belajar menghadapi segala situasi tersebut, bahkan mau berbagi dengan saudara-saudara seiman dan bahkan sesama kita, Allah memberikan janji dan jaminan-Nya bahwa la akan memenuhi keperluan kita sesuai dengan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Amin (RCH).