GOOD INDONESIAN | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

(8) Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama
yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik. (Yakobus 2:8)

Secara biblical judul khotbah ini adalah Good Samaritan, tetapi sebagai warga Kerajaan Allah yang tinggal di Indonesia kita akan belajar bagaimana mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita. Mudah kita mengatakan bahwa kita mengasihi Tuhan, karena memang Tuhan sempurna di dalam kasihNya dan Dia begitu mengasihi kita, namun lebih sulit mengasihi sesama karena mungkin orang-orang disekitar kita pernah berkhianat, menyakiti dan berbuat tidak baik kepada kita. Hari kita akan belajar bagaimana memenuhi hukum kerajaan dan hukum Kristus didalam kehidupan kita sehari-hari.

Kita patut berbangga memiliki seorang Presiden yang sangat rendah hati, statement beliau ketika menghadapi kebencian, penghinaan dan direndahkan adalah: “Tidak semua kalangan elite bisa terima punya Presiden seperti saya. Saya itu kan bukan siapa-siapa. Bukan anak kolong, bukan orang kaya, dan tidak datang dari keluarga terpandang. Penghinaan itu kan hanya bisa dilakukan oleh orang yang merasa lebih tinggi kepada mereka yang dianggapnya rendahan. Saya, ya mungkin saja rendahan. Tapi jadi Presiden kan memang untuk bekerja pada negara, bukan menjadi penguasa segala-galanya. Kunci menghadapi kebencian dan penghinaan adalah rendahkan hati serendah-rendahnya, fokuskan perhatian kita untuk semakin banyak bekerja. Penghinaan apabila kita hadapi dengan rasa sombong sedikit saja, bisa membuat kita sakit. Jangan dilawan, biarkan saja.”

Seringkali ketika kita menghadapi kebencian, penghinaan dan direndahkan kita cepat berespon dan melawan, Firman Tuhan mengatakan bahwa: Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang mengabaikan cemooh. (AMSAL 12:16). Sebagai warga kerajaan yang tinggal dalam kerajaan yang penuhdengan kasih kita tidak boleh menghakimi dan menyebut orang lain bodoh atau sesat sebelum kita menegornya secara empat mata. Salah satu tanda orang yang lahir baru adalah mengasihi orang-orang yang lahir daripada Tuhan. Pada zaman antinomian seperti sekarang ini manusia akan mencintai dirinya sendiri, tidak tahu mengasihi dan tidak suka yang baik (2 Timotius 3:1-5).

2 Hukum di dalam Firman Tuhan yang mengajarkan kepada kita untuk hidup saling mengasihi:

The Royal Law (Hukum Kerajaan)

If ye fulfil the royal law according to the scripture, Thou shalt love thy neighbour as thyself, ye do well: – KJV (James 2:8)

Kita akan tahu aslinya seseorang ketika ia berkata-kata, diberikan kekuasaan dan memiliki uang banyak. Oleh sebab itu sebagai warga Kerajaan Allah kita harus menjalankan hukum kerajaan didalam kehidupan kita sehari-hari sehingga perkataan dan tindakan kita mencerminkan Sang Raja yang telah memberkati hidup kita.

The Law of Christ (Hukum Kristus)

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi
hukum Kristus (Galatia 6:2)

Zaman antinomian adalah zaman dimana orang tidak lagi memedulikan hukum dan tidak suka yang baik, namun kita justru diperintahkan untuk saling bertolong-tolongan menanggung beban. Hanya kasih yang memampukan kita untuk menggenapi hukum Kristus.

Dalam perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik hati (The Good Samaritan), Tuhan Yesus bertemu dengan seorang ahli taurat yang hendak mencobaiNya. Mencobai Tuhan adalah suatu hal yang sangat melanggar Firman Tuhan. Ia bertanya kepada Yesus: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”

Yesus mengajukan sebuah pertanyaan yang seharusnya sudah dipahami oleh seorang ahli taurat, sehingga ahli taurat ini bisa menjawab pertanyaan Yesus dengan lancar sesuai dengan yang tertulis di dalam hukum Taurat. Untuk membenarkan dirinya, ahli taurat tersebut kembali mengajukan pertanyaan kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

Hati-hati jika kita mulai merasa membenarkan diri sendiri, tolok ukur yang harus kita gunakan adalah Firman Tuhan dan satu hal yang bisa kita pelajari dari seorang yang turun dari Yerusalem ini adalah kita harus senantiasa waspada dan jangan pernah berjalan sendirian, karena hidup ini penuh dengan bahaya. Kita perlu bertumbuh didalam sebuah komunitas yang membangun.

Kemudian, lewatlah seorang imam dan ia melihat orang dirampok itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Bagi orang yang mengalami kerampokan itu melihat imam dan orang Lewi yang melintas merupakan sebuah pengharapan yang besar, karena pasti mereka akan menolongnya, tetapi harapan itu ternyata sirna karena justru imam dan orang Lewi itu hanya melewatinya. Imam tersebut berfikir jika orang yang kerampokan itu benar-benar mati ia akan najis jika menyentuhnya. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Mungkin orang Samaria adalah seseorang yang sangat tidak ia harapkan karena orang Yahudi sangat memandang rendah orang Samaria.

Hal yang paling berat adalah ketika seseorang dikecewakan oleh seorang pemimpin agama, tetapi seorang Samaria, yang dianggap hina justru seorang yang menjadi pelaku Firman dan mau menunjukkan kebaikan hatinya. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Hal inilah yang dilakukan Yesus dalam hidup kita, Ia menjamah hidup kita, merawat dan menyembuhkan setiap luka yang terjadi di dalam hidup kita dan bahkan menyucikan hidup kita. Yesus kembali bertanya kepada ahli taurat yang mencobainya: “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” 

Perintah yang sama Tuhan Yesus berikan dalam hidup kita agar kita hidup saling mengasihi sebab dengan mengasihi Tuhan dan sesama adalah ukuran dari kondisi rohani seseorang. Amin. (RCH)