HATI NURANI YANG MURNI
Bacaan Setahun:
1 Taw. 17-18 , Luk. 17
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” (Kisah Para Rasul 24:16)
Acapkali kita sebagai warga Kerajaan Allah menjadi biasa dengan menyebut membangun Kerajaan Allah di bumi. Namun tanpa sadar kita sedang membangun “kerajaan-ku” di bumi. Gereja dibangun seperti layaknya perusahaan yang berusaha menjadi gereja yang kuat dengan cara dunia. Antar gereja bersaing untuk menampilkan produk ibadah yang paling TOP. Baik penampilan gedung, panggung, acara ibadah yang menarik anak-anak muda dan jemaat mungkin dari gereja lain. Penampilan yang “wah” para pelayan Tuhan di mimbar menjadi fokus utama pelaksanaan ibadah. Para pelayan Tuhan disibukkan dengan rapat-rapat yang membahas program-program dengan tujuan menarik hati jemaat untuk datang beribadah.
Tetapi, Firman Tuhan mengajarkan kita untuk “meninggikan Yesus” maka DIA akan menarik banyak orang datang kepadaNya. Jadi sesungguhnya yang terpenting adalah karakter para pelayan Tuhan yang meninggikan Nama Yesus. Setiap pelayan Tuhan harus fokus menyenangkan hati Tuhan bukan menyenangkan hati manusia. Mari kita sebagai gereja Tuhan memeriksa diri sendiri. Apakah hidup kita sudah menyenangkan hati Tuhan? Apakah hidup kita meninggikan Nama Yesus? Atau maaf seperti istilah ABS yaitu Asal Bapak (gembala) Senang?
Rasul Paulus selalu mengarahkan hidupnya untuk menyenangkan hati Tuhan. Dia menjaga hidupnya untuk tetap memiliki hati nurani yang murni di hadapan Allah sekalipun harus berhadapan dengan Mahkamah Agama. Dalam Kisah Para Rasul 23:1 ditulis, “Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: “Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.“
Salah satu arti hati nurani yang murni dalam tafsiran MHC (Matthew Henry Commentary) yaitu hati nurani yang tidak membuat pelanggaran, tidak mengatakan aku bersalah ataupun menjilat-jilat bahwa aku benar. Orang yang hidup dengan hati nurani yang murni tidak berusaha membuktikan dirinya benar. Dia yakin Allah menjadi Pembela dalam hidupnya. Sebab hati nurani adalah wakil Allah dalam jiwa. Paulus tidak takut bahkan dengan yakin menyatakan dirinya sebagai orang yang tetap hidup dengan hati nurani yang murni.
Mari kita introspeksi diri kita. Siapakah prioritas hidup kita? Menyenangkan hati Tuhan atau menyenangkan hati manusia? Rasul Paulus memilih menyenangkan hati Tuhan walaupun harus berhadapan dengan konsekuensi pengadilan Mahkamah Agama. Bagaimana dengan kehidupan kita? Sudahkah kita berani mengambil resiko ketidaknyamanan hidup karena memilih menyenangkan hati Tuhan? (RJ)
Questions:
1. Sudahkah kita hidup dengan hati nurani yang murni? Renungkanlah!
2. Siapakah yang menjadi prioritas hidup kita, Tuhan atau manusia? Diskusikan!
Values:
Prioritas hidup kita adalah menyenangkan hati Tuhan.
Kingdom’s Quotes:
ABS = Asal Bapa (di sorga) Senang