Healing Broken Bonds | Pdt. Dr.Frans Pantan

Shalom, tahun 2025 ini kita masuk dalam The Year of Preparation, Tahun Persiapan. Kita mempersiapkan hidup kita untuk masuk dalam Kerajaan Kekal. Suatu anugerah Tuhan bila kita dapat masuk dalam Kerajaan-Nya yang Kekal, namun kita sadar bahwa ada tanggung jawab yang harus kita lakukan. Tema bulan Januari 2025 yaitu Healing Broken Bonds, Memulihkan hubungan yang Terputus.

 

Mari kita baca Matius 11:25 & Kolose 3:13 tertulis, Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu (Matius 11:25). Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian (Kolose 3:13). Kiranya kita memiliki tekad untuk mau memulihkan hubungan yang terputus baik dengan Tuhan maupun dengan sesama. Tampilan permasalahan nyata kita saat ini terjadi anomali dalam kehidupan orang percaya (bnd. Matius 5:25 & Ibrani12:14). Kita seharusnya tidak punya musuh dan hidup berdamai dengan semua orang (tanpa memandang perbedaan keyakinan, status sosial dan suku bangsa). Tetapi kenyataannya, masih ada perseteruan kelompok (ormas, faksi, suku, aliran, bangsa) makin meningkat. Virus benci dan dendam lebih berbahaya dari Covid-19 yang sempat mengancam kehidupan masyarakat dunia. Memelihara kebencian dapat berujung pada kondisi buruk dari kehidupan seseorang. Orang percaya seharusnya mengasihi sesama manusia sama seperti mengasihi dirinya sendiri. Akibat dosa, hubungan kita dengan Tuhan terputus dan relasi kita dengan sesama manusia juga terganggu. Itu sebabnya kita butuh Yesus Kristus sebagai pusat rekonsiliasi antara manusia dengan Tuhan dan sesama manusia.

 

Pentingnya mengampuni adalah sebagai sarana memulihkan hubungan yang terputus. Allah menghendaki kita hidup dalam relasi yang harmonis baik secara vertikal (kepada Tuhan) maupun horizontal (kepada sesama manusia). Salah satu syarat hidup berkenan dan bisa melihat Tuhan (Allah) adalah harmoni dengan semua orang (Ibrani 12:14). Hidup dalam damai harus dipahami sebagai anugerah Allah bagi orang yang kepada-Nya Dia berkenan. Memberi pengampunan kepada sesama manusia membuat hidup kita produktif dan bermakna.

 

Apa yang harus kita pahami dan lakukan tentang mengampuni? Pengampunan adalah perintah Allah yang harus dilakukan.

  1. Memberi pengampunan adalah salah satu wujud ketaatan kita kepada Allah. “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13).
  2. Menaati perintah Allah untuk “mengampuni” akan mendatangkan rahmat Allah yang bernilai tinggi bagi kita.

 

Bagaimana kita dapat mengampuni? Mari kita belajar memahami, melupakan, dan mengasihi orang lain dengan pikiran dan hati yang jernih. Kita harus memahami bahwa pengetahuan manusia tidak lengkap dan nubuatnya pun tidak sempurna. (1 Korintus 13:9). Tidak ada manusia yang sempurna. Kita juga harus belajar melupakan hal-hal buruk mengenai diri kita dan orang lain (bnd. 2 Korintus 5:17). Budayakan sikap saling mengasihi satu sama lain (bnd. Yohanes 13:34).

 

Praktik kasih kita harus sarat dengan makna. Pertama, menyerahkan diri untuk senantiasa ditopang oleh kekuatan kasih karunia Allah. Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah, bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah (2 Korintus 1:12). Rekonsiliasi dengan sesama sebagai sarana memanusiakan kemanusiaan kita.

  1. Rekonsiliasi adalah langkah praktis yang menuntun kita pada jalan pendamaian.
  2. Matius 5:23-25, “berdamai terlebih dahulu sebelum beribadah kepada Allah”– prioritas penting.
  3. Rekonsiliasi memberikan energi positif yang lebih kepada kita untuk menjadi produktif.
  4. Produktivitas hidup kita harus memuliakan Allah.

 

Kedua, melihat salib Kristus sebagai simbol pengampunan sejati. Salib adalah inti teologi pengampunan. Yesus mengampuni bahkan saat tergantung di atas kayu salib (Lukas 23:34).  Pengampunan merupakan salah satu wujud tindakan kasih yang radikal. Ketika kita mengampuni, kita ikut serta di dalam penderitaan Kristus dan memancarkan kasih-Nya kepada dunia.

 

Ketiga, mengampuni berarti menyerahkan keadilan hanya kepada Allah. Dalam Roma 12:19, Rasul Paulus mengingatkan bahwa pembalasan adalah hak Allah. Dengan menyerahkan luka-luka batin kita kepada Allah, maka kita telah membebaskan diri kita dari beban menjadi hakim dan membiarkan kasih karunia-Nya bekerja. Selamat memulihkan hubungan yang terputus. Tuhan Yesus memberkati kita semua. (RJ).