HEAVENLY GRACE | Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana

(6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar — tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati – (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Roma 5:6-8)

Hari ini kita merayakan The Heavenly Grace. Keterbatasan bahasa membuat kata grace diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi kasih dan karunia (kasih karunia). Grace adalah penghapusan hukuman yang diberikan oleh seorang Raja. Kita patut mengucap syukur bahwa kita memiliki seorang Raja yang penuh dengan kasih karunia. Kejatuhan manusia dalam dosa membuat kita menjadi lemah, durhaka, pemberontak dan berdosa. Bukan karena berbuat dosa saja kita menjadi seorang berdosa, tetapi kita semua adalah orang-orang yang mewarisi dosa yang tidak punya kekuatan untuk mengalahkan dosa.

Ketakutan terbesar manusia adalah kematian, karenaNya Kristus menjadi manusia sama seperti kita untuk membebaskan kita yang seumur hidup menjadi budak iblis karena takut akan kematian. Kematian sudah dikalahkan oleh Kristus. Jadi sebagai orang yang beriman kepada Kristus kita tidak perlu lagi takut mati. Melalui kematian, kita tutup mata di bumi dan buka mata di Sorga.

Ketika kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka yang suka melawan otoritas dan masih berdosa. Mengapa Yesus harus mati?

(24) Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha kudus. (25) Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang dan paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan. (26)  Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa. Maka datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu, tetapi raja itu akan menemui ajalnya dalam air bah; dan sampai pada akhir zaman akan ada peperangan dan pemusnahan, seperti yang telah ditetapkan. (Daniel 9:24-26)

Tujuan kematian Kristus adalah untuk melenyapkan kefasikan, mengakhiri dosa, menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal dan untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, serta untuk mengurapi yang maha kudus. Kurban tebusan nilainya harus lebih tinggi. Oleh sebab itu konsekuensi akibat dosa manusia tidak cukup ditebus oleh darah binatang. Jadi Yesus mati sebagai anak domba Allah yang sempurna yang tidak berdosa dan bercela.

Melalui hidup kita yang sudah ditebus dan masalah dosa yang sudah diselesaikan oleh Kristus,  kita tidak saja menerima grace berupa penghapusan dari hukuman, tetapi kita juga menerima kekuatan untuk melakukan perintah Tuhan.

Sebuah kisah dalam Yohanes 8:1-11, Pagi-pagi benar ketika Yesus sedang berada di bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Dosa perzinahan tidak mungkin dilakukan seorang diri. Peristiwa ini memang sengaja mereka buat untuk menjebak Yesus. Salah seorang dari ahli Taurat dan orang Farisi mengajukan sebuah pertanyaan kepada Yesus: “Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”. Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.

Jika Yesus mengatakan bahwa peremuan itu harus dirajam dengan batu maka Yesus akan berhadapan dengan pemerintah Romawi karena Yesus sudah melakukan tindakan main hakim sendiri, tetapi jika Yesus berkata jangan maka mereka akan mempersalahkan Yesus karena telah menentang hukum taurat. Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Jari yang sama yang digunakan untuk menulis hukum taurat pada loh batu yang diberikan kepada Musa, sebab Ia menyendengkan telinga-Nya (Mazmur 116:2). Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.

Yesus sangat rendah hati, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:5-8). Roh Allah yang ada pada Yesus menyentuh hati setiap orang yang ada disana seiring dengan apa yang Yesus tulis di tanah. Tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat dosa, dalam perjanjian baru justru standarnya lebih tinggi. Mungkin kita tidak tertangkap basah berbuat zinah atau membunuh, tetapi  setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya dan setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia.

Kemudian Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Kasih karunia telah terjadi dalam kehidupan wanita ini, kasih karunia yang sama juga akan terjadi dalam hidup kita, sebab kasih karunia bukan sesuatu, tetapi kasih karunia adalah seseorang yaitu Tuhan Yesus Kristus. Yesus membenci dosa tetapi Yesus mengasihi jiwa-jiwa yang berdosa untuk berbalik kepada Allah dan beroleh kasih karuniaNya.

Jika ahli-ahli Taurat hanya menganggap Yesus sebagai guru, tetapi perempuan ini mengenal Yesus sebagai Tuhan. Rendahkan diri di hadapanNya dan berbaliklah dari dosa-dosa kita maka kita akan beroleh kasih karunia ganda (double grace) dalam hidup kita sebab Dia adalah Tuhan yang membungkukkan diri dan mengangkat hidup kita. Amin. (RCH)