Hosting His Presence for Restoration | Ps. Alemu Beeftu

Sebagaimana perempuan Sunem ini menyambut abdi Allah, maka kita pun harus menyambut hadirat Tuhan. Jadilah tuan rumah bagi hadirat Tuhan, sehingga terjadi pemulihan atas PENGHARAPAN, KEHIDUPAN dan WARISAN kita, bahkan apa yang telah hilang atau dirampas musuh akan dikembalikan dan dipulihkan. 

 

Kisah tentang perempuan Sunem yang menyambut abdi Allah (2 Raja-raja 4:8-37) dibagi dalam 3 konteks:

 

HOPE (PENGHARAPAN)

Untuk menghancurkan kutuk kemandulan dan kehidupan tanpa masa depan.

Perempuan ini bukan seorang pengkhotbah atau penginjil, tapi pebisnis yang kaya. Sekalipun demikian, dia tidak puas dengan bisnisnya. Dia masih mencari sesuatu yang kurang. Dia merindukan hadirat Tuhan. Ketika melihat seorang nabi lewat di depan rumahnya, awalnya ia tidak tahu bahwa itu adalah nabi Elisa yang memiliki urapan ganda. Dia hanya dapat merasakan bahwa nabi tersebut berbeda dengan nabi-nabi yang lain. Ia berkata: “Orang ini membawa sesuatu yang dibutuhkan dalam hidup saya, setiap kali ia lewat saya bisa mencium aroma kehadiran Tuhan”. Lalu dia mengundang nabi Elisa ke rumahnya.

Dia tidak hanya mengundang nabi tersebut untuk makan, tapi juga memaksanya untuk tinggal, dan untuk itu dia mempersiapkan sebuah kamar khusus.  Ini menggambarkan bahwa Tuhan menghendaki setiap kita memiliki rasa lapar akan hadirat-Nya dan mempersiapkan tempat terbaik di dalam hati kita. Kelaparan akan hadirat Tuhan membutuhkan persiapan yaitu persiapan hati, sikap dan kehidupan doa. Daud berkata “Aku tidak mau menjadi raja tanpa hadirat Tuhan”. Hal ini sangat berbeda dengan Saul yang memerintah selama 40 tahun, tapi tidak memiliki kepedulian akan hadirat Tuhan, sebaliknya ia hanya berfokus kepada apa yang ia miliki.  Di Perjanjian Baru, satu-satunya hal yang diinginkan Tuhan untuk dibangun kembali adalah pondok Daud yang dipersiapkan Daud bagi hadirat Tuhan.

Tuhan berkata kepada Elisa: “Perempuan Sunem ini tidak mempunyai anak, aku akan memulihkan masa depannya”. Dalam budaya saat itu, orang yang tidak mempunyai anak dianggap tidak memiliki masa depan, hidup di bawah kutuk dan dipenuhi rasa malu. Namun karena perempuan ini mengundang dan menjadi tuan rumah bagi hadirat Tuhan, maka pengharapan akan masa depannya dipulihkan. Yesus berkata “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya…” Karena di dalam Kerajaan ada sang Raja dan hadirat-Nya. Kutuk pada perempuan tersebut dipatahkan dan setahun kemudian dia memiliki seorang anak.

 

LIFE (KEHIDUPAN)

 Kuasa kebangkitan yang mengembalikan kehidupan.

Ketika perempuan ini memiliki anak, ia sangat bersukacita, tapi musuh tidak suka lalu membunuh anak itu. Anak ini tiba-tiba sakit dan mati. Menurut budaya saat itu, anak ini seharusnya langsung dikubur, tapi perempuan ini membawanya ke kamar dan meletakkannya di tempat tidur yang diperuntukkan bagi Elisa. Dalam tradisi Yahudi, meletakkan mayat di tempat yang kudus sangatlah dilarang. Lalu ia mendatangi Elisa, dan berkata: “Engkau telah memberikan pengharapan tentang seorang anak dan kini harapan tersebut musnah, datanglah bersamaku kepada anak itu. Aku tidak mau pulang tanpa engkau”. Elisa mengikuti perempuan itu, dan urapan kehadiran Tuhan dalam diri Elisa membangkitkan kembali anak itu dari kematian. Di mana ada hadirat Tuhan di sana ada kehidupan, ada pengharapan dan pemulihan.

Apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita tidak berhak dibunuh oleh musuh. Roh yang membangkitkan Yesus dari kematian adalah roh yang sama di dalam kehidupan kita. Apakah kita sudah mempersiapkan tempat terbaik bagi hadirat Tuhan? Apakah kita punya waktu bagi hadirat Tuhan? Bagaimana dengan kehidupan doa kita?

 

INHERITANCE (WARISAN)

Tanah, rumah dan hasil panen dikembalikan.

Perempuan itu bersukacita ketika anaknya hidup kembali, lalu Tuhan memberikan petunjuk bagi masa depannya. “Pergilah ke tempat lain karena akan datang tujuh tahun masa kelaparan. Tuhan yang engkau sambut kehadiranNya punya rencana yang spesial untukmu”. Lalu perempuan ini pergi sesuai dengan petunjuk Tuhan. Ketika dia kembali tujuh tahun kemudian, musuh berkata “Aku telah mengambil alih tanah dan rumahmu”. (2 Raja-raja 8:1-6). Lalu dia mengadukan masalahnya kepada raja dan ketika dia datang di hadapan raja, tepat saat itu sang raja sedang mencoba mengetahui mujizat-mujizat apa yang telah dilakukan nabi Elisa. Dia mencari seseorang yang bisa menceritakannya dan ia menemukan satu orang yang bernama Gehazi. Namun Gehazi punya sakit kusta, sehingga tidak bisa bertemu banyak orang, apalagi masuk ke istana. Namun raja mengubah peraturan agar Gehazi tetap bisa masuk ke istana dan bercerita. Mengapa? Karena Tuhan sedang beracara dengan wanita ini, sehingga Ia membuat segala peraturan diabaikan. Ketika Gehazi bercerita, tepat saat itu perempuan ini muncul, dan Gehazi berkata: “Inilah perempuan yang aku ceritakan dan inilah anak yang dijanjikan dan telah dibangkitkan dari kematian”.

Wanita ini mendapat perkenanan sehingga bisa berbicara langsung dengan raja. Hadirat Tuhan mendatangkan perkenanan (favor). Lalu raja tesebut memerintahkan kepada pejabat yang bertugas agar mengembalikan rumahnya, tanahnya, bahkan hasil panen selama tujuh tahun. Karena kerinduan perempuan ini untuk terus menjadi tuan rumah bagi hadirat Tuhan, maka warisannya pun dikembalikan. Kehilangan-kehilangan yang kita alami dalam bisnis, kesehatan, bahkan dalam segala hal akan dikembalikan. Apapun yang diambil musuh dalam 7 tahun, bahkan 20 tahun terakhir akan dikembalikan oleh Tuhan.

Kita pun dapat mengadukan kehilangan-kehilangan yang kita alami kepada Yesus Raja kita. Dan ketika kita tetap menjadi tuan rumah atas hadirat-Nya, maka musuh tidak bisa mengambil apapun yang menjadi warisan kita. Di tempat yang ada hadirat Tuhan, musuh tidak bisa mengambil alih, justru sebaliknya apapun yang telah diambil musuh akan dikembalikan tujuh kali lipat. Amin. (VW)