IMAN DAN BUDAYA

IMAN DAN BUDAYA 

Bacaan Setahun: 
Mzm. 60 , Yeh. 25-26, 1 Tim. 3 

“Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. (Kisah Para Rasul 7:22-23)

Baru saja viral di media sosial, saat ibadah tutup peti mati seorang Pendeta melarang keluarga memasukkan sejumlah barang seperti rokok ke dalam peti mati. Merokok mungkin saja telah menjadi kebiasaan orang ini sebelum meninggal. Terjadi keributan karena sebagian keluarga bersikukuh tetap ingin memasukkan rokok ke dalam peti mati. Peristiwa ini adalah benturan antara budaya dan iman, di mana budaya menganjurkan barangbarang yang biasa dipakai seseorang sebelum meninggal untuk dimasukkan ke dalam peti mati. Sedang berdasarkan iman Kristen tidak perlu memasukkan barang pribadi ke dalam peti mati, apalagi rokok.

Benturan iman dan budaya semacam ini sebenarnya sudah biasa. Tentu yang menjadi pemikiran kita bagaimana menyikapi hal ini dengan bijak. Di dalam bacaan ayat renungan hari ini, kita bisa belajar dari Rasul Paulus, yang justru mencari persamaan di dalam perbedaan budaya dan iman, pada saat ia ada di kota Atena. Ia mencoba ‘mempersamakan’ dewa yang tidak dikenal dan tak bernama yang disembah orang Atena dengan Allah Israel yang disembah oleh Rasul Paulus. Tentu ini bukan kesamaan dalam arti sebenarnya, ada banyak dewa yang lain di Atena, mempersamakan dewa tak dikenal dan tak bernama adalah pendekatan logika yang paling mungkin. Dan Rasul Paulus harus membuat ‘jembatan’ ini untuk bisa masuk di dalam logika dan cara berpikir yang telah menjadi budaya orang Atena. Rasul Paulus berhasil mencari relevansi antar budaya dan iman. Kebijakannya ini telah menciptakan ‘jembatan’ antara budaya dan iman. Mungkin oleh beberapa rohaniawan ‘garis keras’ cara ini tidak disetujui. Tapi kalau Rasul Paulus saja memakai pendekatan ini mengapa kita tidak?

Hari- hari ini kita menghadapi masalah benturan iman dan budaya yang berbeda yaitu banyak gereja tradisional yang mulai sepi dan tidak lagi didatangi anak-anak muda, mengapa? Karena bagi anak-anak muda, gereja tradisional dan gereja konvesional tak lagi relevan dengan budaya modern. Ini adalah PR bagi para hamba Tuhan mencari jembatan antara budaya lama bergereja dengan kebiasaan atau budaya modern anak-anak muda, agar berita Injil dan ibadah gereja tetap relevan. (DD)

Questions:
1. Bagaimana sikap Rasul Paulus di Atena, untuk menjelaskan tentang Allah di dalam Kristus?
2. Mengapa pendekatan seperti yang Rasul Paulus lakukan penting? Diskusikan!
Values:
Sang Raja sanggup memberi hikmat untuk bisa memberikan penjelasan tentang Kerajaan Allah.

Kingdom’s Quotes:
Gereja yang relevan adalah gereja yang tidak tabu untuk berubah secara budaya dan bukan secara iman.