Kerajaan Allah dan Sorga
Untuk masuk ke dalam kerajaan Allah kita perlu strategi. Pertama-tama kita harus mengerti perbedaan Kerajaan Allah dan Sorga. Kerajaan Allah adalah tempat Allah menjalankan pemerintahan-Nya, sedangkan sorga adalah tempat Allah bertakhta. Kita tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah tanpa kebenaran-Nya yaitu pribadi Kristus yang dinyatakan dalam hidup kita.
Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” (Markus 4:31-32)
Kerajaan Allah diumpamakan dengan benih sesawi. Ini adalah benih yang kecil, namun memiliki kekuatan luar biasa di dalamnya. Kekuatan ini hanya bisa muncul jika benih tersebut mati ditanam di tanah. Kekuatan bertumbuh sebuah benih menggambarkan kekuatan Roh yang ada di dalam diri orang percaya yang hanya akan muncul secara luar biasa jika orang tersebut mau mematikan hawa nafsu kedagingan dalam dirinya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memerintahkan agar setiap orang yang mau mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salib setiap hari.
Mujizat tidak terjadi karena hal-hal rohani yang kita kerjakan, melainkan kuasa Allah yang bekerja dalam kita oleh sebab itu hidup kita harus mengalami kepenuhan Kristus. Karena hanya dengan hidup dalam penyangkalan diri dan menaklukkan diri kepada Kristus yang akan memunculkan kuasa-Nya dalam hidup kita.
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (2 Korintus 4:7)
Dalam kitab Yohanes 12:21-26 dikisahkan tentang ada orang-orang yang ingin berjumpa dengan Yesus. Ketika Yesus diberitahu tentang hal itu, Yesus justru menjawab dengan perihal benih gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Ini menggambarkan bahwa jika kita ingin mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus, maka kita harus merendahkan hati dan mematikan keinginan daging kita.
Saat menghadapi masalah, kita sering berdoa ‘meminta jalan’ kepada Tuhan. Yesus berkata Ia adalah jalan. Jadi sebenarnya jalan itu sudah tersedia, yaitu pribadi Kristus sendiri. Nilai-nilai pribadi Yesus, misalnya mengasihi tanpa syarat, mengampuni orang yang menghina dan memusuhi kita, adalah jalan yang sudah tersedia untuk menyelesaikan masalah kita. Yang perlu dilakukan adalah mempraktekkannya.
Untuk masuk dalam kerajaan Allah, kita harus menyangkal diri dan memikul salib setiap hari. Contoh menyangkal diri adalah ketika kita punya hak untuk membalas kejahatan, tapi kita tidak membalas. Contoh memikul salib adalah ketika kita menerima kesalahan orang lain, dan memikulnya sebagai tanggung jawab kita.
Ketika kita melakukan hal-hal di atas, maka hidup kita ‘bukanlah aku lagi’ tetapi ‘Kristus yang hidup di dalam aku’. Dan ini akan membuat keselamatan demi keselamatan kita alami dalam menjalani hari-hari kehidupan kita. Misalnya ketika tanpa sengaja kita melakukan kesalahan bisnis, maka kita diselamatkan dari kerugian yang seharusnya kita alami.
Hal Kerajaan Allah diumpamakan dengan seorang pedagang yang menemukan mutiara yang indah, lalu ia pulang menjual segala harta miliknya untuk mendapatkan mutiara tersebut. Ini berbicara tentang syarat untuk mengalami kehidupan yang penuh kuasa dalam Kerajaan Allah, maka kita harus mau ‘membayar harga’ yaitu membuang ego, harga diri, nyawa, yaitu hal-hal yang selama ini kita anggap paling penting dalam hidup kita.
Demikian juga saat seseorang dibaptis, kita harus mengerti bahwa ini adalah juga simbol dari matinya kehendak daging dan menerima hidup yang dipimpin dan dikuasai Roh Kudus. Jika seseorang dibaptis namun ia membiarkan hidupnya dikuasai ego dan nafsu kedagingan, maka baptisan ini sia-sia saja.
Kehidupan seseorang yang dipimpin oleh Roh, menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, maka pada hakekatnya orang tersebut setiap hari telah memberikan tubuhnya sebagai persembahan yang harum di hadapan Tuhan. Ini tidak akan dibatasi oleh ‘gunung Samaria’ maupun ‘Yerusalem’, yang menggambarkan batasan-batasan peraturan agamawi serta tidak juga dibatasi dengan sunat secara lahiriah.
Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih. (Galatia 5:6)
Seseorang yang hidup menyatakan pribadi Kristus dalam hidup kesehariannya, adalah orang yang menyangkal diri, memikul salib, belajar untuk lemah lembut dan rendah hati, maka ia akan melihat pemerintahan kerajaan Allah dan kuasa-Nya yang luar biasa dinyatakan dalam hidupnya. Ia akan terheran-heran bahwa ada perkara-perkara ajaib yang dilakukan Tuhan untuk mengatasi segala tantangan persoalan kehidupannya. Ia akan mengalami berkat-berkat yang luar biasa dan kehidupannya menjadi berkat bagi banyak orang. Ia akan mengalami kepenuhan Allah dalam hidupnya. Amin (VW).