IRI
Bacaan Setahun:
Mat. 26:26-46
Ul. 1-2
Ayub 4
“…….Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” (Filipi 2:3)
Jika kita telaah, sebenarnya iri adalah menginginkan apa yang diterima orang lain karena menganggap bahwa dirinya layak mendapatkannya, lalu panas hati saat tidak mendapatkannya. Bisa kita simpulkan bahwa pada dasarnya ini adalah salah satu bentuk meninggikan diri sendiri. Jadi, ini adalah lawan dari kerendahan hati.
Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana situasi sebelum Kain membunuh Habel? Kita sering mendengar bahwa Tuhan menerima pengorbanan Habel karena Habel memberikan hasil terbaik dari pekerjaannya. Sedangkan Tuhan tidak mengindahkan korban Kain (bukan karena tanpa darah, karena dalam Imamat 27:30, persembahan biji-bijian pun dinyatakan kudus dan diterima Tuhan). Pandangan lain menganggap bahwa yang dinilai Tuhan adalah effort-nya. Kain tidak bekerja dengan tekun, sementara Habel bekerja sebaik mungkin. Dalam Amplified Bible, Tuhan bertanya pada Kain, “If you do well (believing in Me and doing what is acceptable and pleasing to Me), will you not be accepted?” Di sini, “do well” secara bebas bisa diterjemahkan sebagai “mengusahakan dengan baik”. Otomatis, kualitas hasilnya berbeda karena harga yang dibayar saat mengusahakannya pun berbeda. Bagaimanapun juga, sebenarnya respons Tuhan adalah hasil dari pilihan mereka masing-masing. Anehnya, Kain marah karena respons Tuhan. Padahal, itu adalah konsekuensi dari pilihannya sendiri.
Pada zaman sekarang, manusia ada yang kurang memelihara berkat-Nya (alam, keluarga, kesehatan, studi, pekerjaan, dan lain-lain). Manusia tidak berusaha dengan baik dan sering memilih apa yang enak untuk dirinya sendiri saat itu, lalu berharap hasilnya tetap baik. Contohnya, menebang pohon sembarangan, lalu saat banjir mengatakan bahwa Tuhan mengirim bencana alam (cobaan). Makan sembarangan demi menuruti kemauan lidah (baik dalam kuantitas maupun kualitas), lalu saat sakit, kecewa karena Tuhan memberikan penyakit. Bukankah ini sama dengan Kain? Menyalahkan Tuhan karena hasil yang diperoleh tidak sama dengan orang yang telah mengusahakan yang baik. Menganggap Tuhan pemarah dan tidak adil, lalu meninggalkan Tuhan.
Kadang saya bertanya-tanya, “Tuhan, apakah worth it semua rasa sakit dan pengorbanan-Mu yang sejak penciptaan sudah Engkau ketahui akan Engkau tanggung, hanya demi segelintir kemungkinan kami akan membalas kasih-Mu?” Kita harus ingat bahwa karya salib diperuntukkan bagi setiap orang yang telah lahir dan yang akan lahir tanpa kecuali. Inilah yang seharusnya menjadi landasan bagi kita untuk berjalan dalam kerendahan hati, karena kita semua telah dibayar dengan darah yang sama.
Saudaraku, mari fokus untuk membuat pengorbanan Tuhan berarti. Jangan sampai ada rasa iri. Jangan melihat ke kanan atau ke kiri pada pencapaian orang lain. Anda tidak tahu apa yang telah mereka lalui untuk berada di tempat mereka sekarang. Cukuplah kasih-Nya untuk membuat kita berusaha sekuat tenaga agar pengorbanan-Nya tidak sia-sia. Saya yakin, seperti Habel, hasilnya akan menyenangkan hati Tuhan, meskipun mungkin dunia mengatakan itu jelek. (SO)
Questions:
1. Apakah masih ada pilihan kita yang sekiranya tidak menyukakan hati Tuhan?
2. Apakah pencapaian orang lain memotivasi anda atau menghambat anda?
Values:
Jika hasil usaha tidak sesuai dengan harapan, periksa kembali dan perbaiki prosesnya.
Kingdom’s Quotes:
The humble lives in continuous peace, while in the hearts of the proud are envy and frequent anger. (Orang yang rendah hati selalu hidup dalam damai sejahtera, sedangkan orang yang sombong hatinya dipenuhi rasa iri dan kemarahan). – Thomas à Kempis