ISRAEL, POLITIK DAN SEPAK BOLA
Bacaan Setahun:
Hak. 6-7 , Gal. 1
“Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya” (Zakharia 2:8)
Ruang publik kita gaduh karena FIFA telah membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah sepakbola U20. Kesebelasan Indonesia tak lagi mungkin bertanding. Kegaduhan terjadi karena tanpa diduga kesebelasan Israel lolos kualifikasi. Protes keras terjadi karena kebijakan politik luar negeri Indonesia yang anti-Israel. Protes dilayangkan baik oleh politikus Islam garis keras maupun politikus dan birokrat nasionalis. Mereka mencampuradukkan politik dengan olahraga.
Siapa yang diuntungkan? Jelas bukan kita dan juga bukan Palestina yang kita bela. Para politikus dan birokrat yang menolak Israel bertanding mereka hanya populis, sejatinya mereka munafik tulen. Bukankah selama ini walau tidak ada hubungan diplomatik, tetap terjadi hubungan perdagangan antara Israel dan Indonesia? Bahkan ada senjata ABRI yang juga dibeli dari Israel. Pemerintah kita telah bersikap seolah-olah menjadi lebih anti-Israel dibanding sikap Palestina terhadap Israel. Kita lebih Palestina daripada Palestina.
Tahukah Anda bahwa sampai sekarang kehidupan ekonomi Palestina sangat tergantung pada negara Israel? Dan banyak warga Palestina yang bekerja di Israel. Mereka setiap hari keluar masuk perbatasan layaknya warga Malaysia di Johor Baru yang bekerja dan keluar masuk ke Singapura. Pasokan listrik di Palestina pun berasal dari Israel. Jadi, seharusnya kita tidak perlu membenci atau anti-Israel lebih dari Palestina sendiri yang membenci Israel.
Kebencian terhadap Israel telah berlangsung lama. Banyak orang berharap negara Israel tak ada dalam peta. Apakah ini mungkin? Kebencian membuat orang tak lagi rasional, politik, dan segala alasan lain dibangun untuk melenyapkan eksistensi Israel, apakah mungkin? Dalam sejarah, negara kecil ini pernah dikeroyok beberapa kali oleh negara Arab di sekitarnya namun tetap tak terkalahkan. Hari ini, para pengeroyok, termasuk dua terbesar yaitu Saudi dan Mesir, telah mengadakan hubungan diplomatik. Sebenarnya, Gus Dur saat jadi presiden sempat melakukan terobosan dengan mengadakan dialog dengan organisasi penting di Israel, namun pemerintah sekarang justru kembali membekukannya.
Seharusnya melalui turnamen sepak bola U20 bisa terjadi terobosan hubungan Indonesia dan Israel yang beku. Karena sepak bola adalah agama baru yang mazabnya lebih fleksibel. Sportifitas dan kegilaan di dalam sepak bola akan menghapuskan semua perbedaan SARA dan juga perbedaan pandangan politik. Kesempatan ini telah disia-siakan, ego politik, dan kebencian yang disulut doktrin agama telah dibuat membara. Nasi telah menjadi bubur, sesal dan kecewa tak lagi berguna. Apakah sebagai bangsa kita bisa belajar dari kebodohan akibat kebencian yang berlarut, apakah yang bisa kita pelajari dari kesalahan besar ini? (DD)
Questions:
1. Benarkah sifat politik itu munafik sedang sifat olahraga sportif?
2. Siapakah yang dirugikan dengan keputusan FIFA ini?
Values:
Warga Kerajaan akan mendudukkan semua persoalan dengan kacamata Firman.
Kingdom Quotes:
Pendekatan politik selalu menghasilkan solusi menang kalah, karena politik sarat dengan kepentingan kekuasaan.