Jalan Menggenapi Perintah Tuhan | Pdt. Hartono Wijaya

Saat ini kita akan belajar tentang kasih yaitu kasih yang terutama kepada Sang Raja, Tuhan kita. Dalam 1 Yohanes 5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat. Ayat ini mengingatkan kita bahwa apabila kita mengasihi Allah maka kita akan menuruti perintah-perintah-Nya. Dikatakan bahwa perintah itu tidak berat, tetapi mengapa kita seringkali gagal melakukan perintah Allah?

 

Manusia sudah jatuh dalam dosa sehingga kecenderungan manusia adalah cenderung memberontak dan menuruti hawa nafsu. Natur manusia yang berdosa menyebabkan manusia merasa sulit melakukan perintah Tuhan, Keadaan manusia akhir zaman tertulis di ayat 2 Timotius 3:1-5 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

 

BAGAIMANA KITA BISA SANGGUP MENGASIHI TUHAN?

Allah sudah terlebih dulu mengasihi kita. Kasih yang kekal. Kita diberi kasih karunia untuk mampu mengasihi Allah dan sesama manusia. Di Efesus 6:24 Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa. 1 Yohanes 4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

 

KESADARAN DIRI

     Perlu kesadaran diri untuk kita dapat mengasihi Allah. Dengan kesadaran bahwa kita mau mati bagi dosa dan mempersembahkan hidup kita bagi Kristus. Hidup kita oleh iman untuk menyenangkan hati Sang Raja.

Roma 5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Roma 6:11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

Galatia 2: 19 Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; 20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

 

KEPUTUSAN DIRI

Jangan kita berkubang dalam dosa. Mari ambil keputusan diri yang kuat untuk bertobat dan bangkit! Sikap inilah yang diambil oleh si anak bungsu. Lukas 15:17-20 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.

 

Contoh keputusan diri yang kuat meskipun ada di dalam tantangan sekalipun, dialami oleh Daniel dan Ester. Daniel 3:17-18 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

 

Demikian juga Ester yang berani mati demi membela nasib bangsa Israel. Ester 4:16 “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”

 

KOMITMEN DIRI

Lalu kita harus meningkat dari keputusan diri kepada komitmen diri. Kita harus setia kepada Allah. Dunia seringkali menyeret kita untuk lebih mencintai mamon (uang). Kita akan terus dalam pencobaan-pencobaan untuk menguji iman kita. Hiduplah dalam ketulusan hati!

Matius 6:24 tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Yak. 5:12 Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.

1 Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Matius 26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Ibrani 2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

 

KONSISTENSI DIRI

Komitmen diri harus dilakukan terus-menerus, perlu konsistensi diri sehingga kita dapat menyelesaikan pertandingan iman kita dengan kemenangan.

Wahyu 2:26 Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; Sedangkan dalam 2 Timotius 4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.

 

Apapun yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, Tuhan tetap memberikan freewill bagi kita untuk dapat mengambil langkah-langkah yang tepat yaitu kesadaran diri, keputusan diri, komitmen diri, dan konsistensi diri. Dalam 1 Korintus 10:23-24 dikatakan “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.” Kiranya kita dimampukan untuk dapat menjadi anak-anak Tuhan yang berkemenangan. Jadilah anak-anak Tuhan yang berjalan dari kemenangan kepada kemenangan! Halleluyah. (RJ)