JANGAN MENGHUKUM DENGAN SEKS

JANGAN MENGHUKUM DENGAN SEKS 

Bacaan Setahun: 
Pkh. 7-9 
Mrk. 2 

“Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak” (1 Korintus 7:5).

Mungkin Anda pernah mendengar sebuah ungkapan, “Wanita memberikan seks untuk mendapatkan cinta, pria memberi cinta untuk mendapatkan seks”. Inti dari ungkapan ini sebenarnya adalah pria dan wanita mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam menyikapi seks. Bagi pria, seks bisa dilakukan tanpa romantisme, tetapi tidak demikian bagi wanita. Wanita pada umumya tidak bisa menikmati seks tanpa romantisme. Oleh sebab itu, pasangan yang telah menikah harus belajar mengerti kecenderungan pria dan wanita dalam kaitannya dengan hubungan seks. Telah terbukti banyak pernikahan hancur gara-gara tidak ada penyesuaian di dalam hubungan seks. Perselingkuhan para suami terjadi karena merasa istrinya dingin di ranjang. Perselingkuhan wanita terjadi karena kebanyakan merasa suaminya tidak romantis.

Di dalam hal pernikahan, Rasul Paulus menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seks suami dan istri sebagai berikut: “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya” (1 Korintus 7:3-5) Baik suami maupun istri seharusnya belajar melaraskan kecenderungan akan kebutuhan seks masing-masing.

Menurut nasihat Rasul Paulus, suami ataupun istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri. Artinya baik istri maupun suami harus belajar saling melayani; suami belajar lebih romantis dan istri belajar menunjukkan kehangatan terhadap hubungan seks. Kesalahan yang sering terjadi adalah banyak istri memanfaatkan seks untuk menghukum suami, atau memakai seks untuk memaksakan kehendak tertentu kepada suami. Hal seperti ini salah dan berbahaya.

Ayat bacaan di bagian atas menasihati “jangan kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama, supaya iblis jangan menggoda kamu”. Jadi, harus ada persetujuan bersama/kesepakatan jika harus berpuasa berhubungan seks. Tentu saja yang dikatakan “supaya iblis jangan menggodai” ini bukan iblis dalam arti setan yang menakutkan, tetapi ada pihak ketiga yang bisa memanfaatkan situasi itu sehingga bisa muncul WIL (Wanita Idaman Lain) atau pun PIL (Pria Idaman Lain). Jadi, para wanita jangan bodoh, jangan menghukum suami dengan seks, dan jangan juga ‘memanfaatkan’ suami dengan seks (hal yang sebaliknya berlaku juga bagi suami). Karena seks diciptakan bukan sebagai alat untuk saling menyakiti dan menundukkan, tetapi diciptakan sebagai keindahan hubungan cinta untuk bisa saling menikmati dan menumbuhkan rasa saling percaya dan menghormati.(DD)

Questions:
1. Seberapa pentingkah seks di dalam relasi suami istri menurut Anda ?
2. Bagaimana menyikapi hubungan seks dengan benar? Bisakah seks disalahgunakan? Diskusikan dengan pasangan Anda?

Values:
Sang Raja mengaruniakan seks untuk reproduksi dan rekreasi sehingga menghasilkan harmonisasi.

Kingdom Quote:
Walau seks bukan segala-galanya, tetapi tanpa membina hubungan seks yang indah dan sehat, rumah tangga dapat pecah.