JANGAN SESAT, ALLAH TIDAK MEMBIARKAN DIRINYA DIPERMAINKAN
Bacaan Setahun:
Mat. 27:1-31
Ul. 5-6
Ayub 6
“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:7-8)
Allah tidak bisa dipermainkan. Pernyataan dalam ayat ini sering digunakan sebagai pembenaran ketika seseorang membuat pernyataan kontroversial yang mengolok-olok Kristus atau Allah, lalu mengalami bencana. Almarhum John Lennon, misalnya, pernah berkata bahwa grup musiknya akan lebih populer dibanding Kristus. Ketika ia mati ditembak oleh penggemarnya sendiri, banyak orang Kristen menghubungkan nasib tragisnya dengan pernyataan John Lennon yang dianggap mengolok-olok Kristus. Tentu ada banyak kejadian serupa, di mana seseorang mengalami bencana dan hal itu dikaitkan dengan penghukuman Allah atas perbuatannya.
Kebakaran besar yang terjadi di Los Angeles, misalnya, langsung diasumsikan oleh sebagian orang Kristen sebagai penghukuman Tuhan atas pusat hiburan dan industri film yang semakin amoral. Sementara itu, bagi saudara kita yang beragama Islam, kejadian tersebut diasumsikan sebagai penghukuman Tuhan atas kehancuran Gaza oleh pasukan Israel.
Pengasumsian semacam ini, yang sering kali disertai kutipan ayat, sebenarnya merupakan bentuk pencarian jawaban atas pertanyaan: mengapa malapetaka, kejahatan, kecelakaan, dan bencana alam terjadi? Ingat peristiwa tsunami di Aceh dua puluh tahun yang lalu. Saat itu, ada beberapa orang Kristen yang mengatakan bahwa bencana tersebut adalah hukuman Tuhan karena orang Kristen sangat dipersulit dalam beribadah di Aceh. Namun, bagi umat Islam, bencana itu bukanlah hukuman, melainkan ujian iman. Dalam kebutaan rohani, seseorang bisa salah dalam berasumsi dan bahkan melakukan penganiayaan, tetapi merasa sedang membela Allah. Ada pula yang melakukan kejahatan amoral—seperti kaum LGBT—tetapi menganggap bahwa mereka sedang berjalan dalam kasih.
Lalu, bagaimana seharusnya kita memandang hal ini? Ayat bacaan hari ini menjelaskan bahwa apa yang ditabur pasti akan dituai. Jika seseorang menabur kejahatan, ia akan menuai kebinasaan. Jika seseorang menabur kebaikan, ia akan menuai hidup yang kekal. Oleh karena itu, jadilah pribadi yang melek rohani, bukan sekadar beragama, yang kemudian mudah menghakimi. Biarkan Tuhan sendiri yang berbicara. Jadilah peka secara rohani, jangan sampai tersesat! Celakalah jika Anda merasa berjalan di jalan yang benar, tetapi ujungnya justru menuju kebinasaan! Tanpa kepekaan rohani, siapa pun bisa tersesat. (DD)
Questions:
1. Bagaimana Anda seharusnya menyikapi sebuah bencana?
2. Berhakkah kita menilai dan menghakimi?
Values:
Warga Kerajaan melihat segala peristiwa sebagai jalan terbaik Tuhan untuk seseorang berjalan di dalam kehendak-Nya yang sempurna.
Kingdom’s Quotes:
Peristiwa buruk belum tentu hukuman, bisa jadi berkat terselubung yang justru bernilai lebih mulia.