KABUR SAJA DULU
Bacaan Setahun:
Kis. 2:1-13, Ul. 13-14, Ayub 10
“Datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis jauh dari hadapan Tuhan.” (Yunus 1:2-3)
Siapa yang tidak tahu kisah Nabi Yunus? Tuhan menyuruhnya pergi ke satu tempat, tetapi ia justru pergi ke tempat lain. Akibat ketidaktaatannya, Yunus harus merasakan konsekuensi dibuang ke laut dan ditelan hidup-hidup oleh ikan besar selama tiga hari tiga malam (Yunus 1:15 & 17). Jika Anda bertanya apakah Yunus mengalami kematian di dalam perut ikan? Jelas! “… dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak …” (Yunus 2:2b). Ketidaktaatan Yunus membuahkan kematian.
Kisah Nabi Yunus cukup menggelitik saya, dan jika boleh diberi jargon, mungkin istilah “Kabur saja dulu” cocok disematkan padanya. Ia berusaha kabur dari sebuah misi besar yang Tuhan amanatkan kepadanya. Alih-alih menaati Tuhan, ia justru melarikan diri ke Tarsis karena enggan berurusan dengan bangsa Niniwe. Ia tidak mau direpotkan dengan bangsa yang keras hati dan sulit bertobat. Namun, dalam pelariannya, ia malah mengalami musibah. Bukankah ini juga yang sedang terjadi di kalangan generasi muda kita? Alih-alih menghadapi kenyataan dan berusaha di tanah air, banyak yang memilih ‘kabur saja dulu’ ke luar negeri dan bertaruh nasib di sana. Faktanya, tidak semua berhasil meraih kehidupan yang lebih baik. Ada juga yang akhirnya kembali ke tanah air tanpa hasil sesuai harapan.
Tagar “Kabur saja dulu” sedang trending belakangan ini. Namun, apakah dengan ‘kabur saja dulu’ semua masalah dapat diselesaikan? Tidak! Justru masalah baru muncul. Yunus, yang ‘kabur saja dulu’ ke Tarsis, hampir membuat seisi kapal tenggelam diamuk badai. Ia nyaris saja menghabisi nyawa orang-orang yang tidak bersalah di atas kapal yang ditumpanginya. Akibat ‘kabur saja dulu, hidupnya berujung di dunia orang mati selama tiga hari tiga malam di dalam perut ikan besar. Apakah Allah berhenti sampai di situ? Puji Tuhan, ternyata Allah masih memiliki rencana besar bagi Niniwe melalui Yunus. Yunus mengalami ‘hidup kembali’ ketika dimuntahkan ke daratan (Yunus 2:10). Tiga hari tiga malam berada di alam maut membuat Yunus menyadari betapa besar kasih Tuhan terhadap jiwa orang-orang yang belum bertobat, seperti bangsa Niniwe (Yunus 2:8).
Hidup kembali membuat Yunus jera untuk ‘kabur saja dulu’. Ia akhirnya kembali ke Niniwe dan menyuarakan pertobatan. Hasilnya luar biasa! Raja, rakyat, hingga hewan ternaknya berpuasa total dan hidup dalam pertobatan. Niniwe dimenangkan bagi Kerajaan Allah (Yunus 3). Oleh sebab itu, apa pun hal yang tidak menyenangkan yang sedang Anda alami, jangan memilih ‘kabur saja dulu’. Hadapilah dengan respons yang benar dan jangan mendahului Tuhan. (LA)
Questions:
1. Jelaskan, apa yang membuat nabi Yunus memilih kabur saja dulu dari Niniwe?
2. Apa dampak yang ditimbulkan jika kita memilih kabur saja dulu, ketika Tuhan sedang punya rencana melalui hidup kita?
Values:
Seorang warga Kerajaan yang mengalami kedewasaan rohani, akan berespons benar ketika berada di zona yang tidak nyaman.
Kingdom’s Quotes:
Kalau dosa membujuk engkau maka istilah kabur saja dulu tepat sasaran untukmu. Namun, untuk sebuah ketaatan, jangan pernah coba-coba kabur saja dulu, bisa panjang urusannya.