KECEMASAN TAK BERALASAN

Bacaan Setahun:
2 Taw. 21-23
Mzm. 92

“Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang….” Amsal 12:25

Karena banjir besar, sekelompok orang diungsikan ke suatu tempat yang aman. Melihat persediaan makanan yang menipis, mereka menimbang-nimbang untuk mencoba menyantap beberapa kaleng biskuit yang sudah kedaluwarsa. Kuatir keracunan, mereka mencobakannya terlebih dahulu kepada seekor anjing hitam yang kebetulan lewat di depan mereka. Setelah diperhatikan beberapa menit, tidak terjadi apa-apa dengan anjing ini, mereka pun tanpa ragu-ragu menyantap biskuit itu.
Keesokan paginya mereka mendengar bahwa anjing hitam kemarin mati. Para pengungsi menjadi cemas. Banyak yang mulai mual dan akhirnya muntah-muntah. Ada juga yang perutnya mulas dan mencret-mencret. Segera dipanggillah seorang dokter untuk memeriksa mereka. Setelah diperiksa satu-persatu dokter itu tidak menemukan satu pun penyebab penyakit mereka. Mereka baru tahu jawabannya setelah salah seorang penduduk setempat berkata, “Anjing hitam kepunyaan saya kemarin dilemparkan ke sungai karena terlindas truk!”
Sepertinya seringkali kita tidak berbeda dengan para pengungsi itu. Kita didera kecemasan dan kekuatiran yang tidak beralasan. Entah itu kekuatiran takut dirampok, dijarah, dibunuh, atau takut terinfeksi virus Corona. Memang kita hidup di negara dengan tingkat kriminalitas yang tinggi, apalagi di era pandemi ini. Tapi benarkah bila ketakutan dan kecemasan menguasai hidup kita? Haruskah kita diliputi kecemasan karena kondisi ekonomi yang tidak menentu akibat pandemi yang belum berakhir ini?
Cobalah lihat hidup Anda sendiri. Analisalah, mengapa Anda begitu mudah cemas, takut dan khawatir? Mengapa tiba-tiba Anda sakit yang dokter sendiri paling-paling cuma katakan, “Obatnya hanya beristirahat…”? Kecemasan! Itulah sebabnya! Kalau Anda adalah orang sakti yang dapat mengetahui masa depan hidup Anda dengan pasti dan Anda tahu bahwa malapetaka akan menimpa Anda, Anda patut cemas. Tapi, Anda sendiri yang mengaku telah memberikan hidup Anda dan telah mempercayakan hidup Anda kepada Tuhan, lalu mengapa Anda begitu cemas dan kuatir, seolah-olah Tuhan tidak dapat berbuat apa-apa terhadap hidup Anda?
Camkan hal ini. Kalau Anda masih didera oleh kecemasan, berarti Anda meragukan kemampuan Tuhan untuk memelihara Anda. Anda menganggap semua masalah yang terjadi adalah masalah yang lebih besar dari kekuatan Allah. Atau dengan kata lain, Anda menjadikan-Nya sebagai Allah yang kecil. Akuilah hal ini dan bertobatlah! (DH)

Questions :
1. Apakah Anda masih terlalu kuatir akan kehidupan ini terkait kondisi sekitar Anda? Mengapa?
2. Bagaimana cara meredam kekuatiran terkait keadaan di sekitar kita?

Values :
Jadilah warga Kerajaan yang menyatu dengan firman-Nya, supaya kekuatiran dapat ditundukkan oleh kekuatan kebenaran firman-Nya.

Persoalan besar kita kecilkan; Allah kita besar, Dia yang harus semakin kita besarkan.