Bacaan Setahun:
Zak. 9-11
Rm. 16
“Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Matius 11:6
Dalam hidup ini, rasa kecewa kepada Tuhan pasti pernah Anda alami, demikian juga dengan saya, saya pernah memberkati pernikahan sepasang pengantin di mana yang pria awalnya bukan orang percaya kepada Kristus. Saya begitu bahagia saat itu, namun kemudian saya menjadi begitu kecewa, mengapa? Karena belum berumur setahun usia pernikahan mereka, si pria didapati terkena penyakit leukemia dan kemudian meninggal dunia. Baru saja saya juga merasa kecewa karena menguburkan seorang suami berusia muda (akibat Covid) yang saya juga berkati pernikahannya tujuh tahun yang lalu. Kalau saya saja merasa begitu sedih dan kecewa, apalagi dengan istri dan anak-anak yang ditinggalkan. Belum lagi jika peristiwa buruk itu berkaitan langsung dengan hidup kita, sehingga mungkin saja kita kecewa dan sampai berkata: “Mengapa Tuhan?” Dalam situasi yang buruk seperti ini barang kali Anda sudah berdoa dengan cara iman ‘kharismatik’, yaitu berdoa menghalau dan menghardik semua “campur tangan iblis“ yang mungkin mengocoh Anda, namun tak berhasil. Lalu Anda mencoba menerima keadaan terburuk ala iman ‘Injili’, yaitu menerima keadaan karena percaya Tuhan sedang memurnikan iman kita dan membentuk karakter kita supaya kita makin mengenal Tuhan. Namun sekali lagi seperti halnya para pahlawan iman, kita melewati semua kejadian dengan kecewa kepada Tuhan, dan menurut saya kekecewaan ini adalah wajar.
Raja Daud menyatakan kekecewaannya kepada Tuhan sebagai berikut, “Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu dan melupakan penindasan dan impitan terhadap kami?”(mazmur 44:25) Dan Nabi Yeremia mengatakan kekecewaannya sebagai berikut, “Mengapa gerangan aku keluar dari kandungan, melihat kesusahan dan kedukaan, sehingga hari-hariku habis berlalu dalam malu?” (Yeremia 20:18) Juga Nabi Habakuk kecewa dan berseru kepada Tuhan karena terjadi penindasan. “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: “Penindasan!” tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.” (Habakuk 1:2-3)
Para nabi yang sering disebut pahlawan iman semua pernah kecewa padahal mereka sebelumnya juga pernah mengalami mujizat dan pertolongan Tuhan. Namun yang membedakan adalah pada akhirnya mereka tidak menjadi patah arang, tetapi mereka tetap percaya, mereka tetap mempertahankan kepercayaan dan iman mereka. Mereka sejenak mungkin kecewa kepada Tuhan tetapi mereka tak pernah larut dalam kekecewaan. Seperti para pahlawan iman yang tak pernah kehilangan harapan. Mari BANGKITkan rasa percaya kita kepada Tuhan dan kita sibakkan awan kekecewaan. Biarlah harapan Anda seperti mentari yang bersinar kembali. (DD)
Questions :
1. Dalam hidup ini pengalaman apa yg membuat Anda kecewa kepada Tuhan?
2. Bisahkah Anda BANGKIT dari kekecewaan, bagaimana caranya?
Values :
Dalam sebuah hubungan terkadang ada kekecewaan, demikian pula HUBUNGAN warga Kerajaan dengan Sang Raja.
Tuhan adalah Tuhan yang baik namun di dalam kebaikannya sering kali kita dibiarkan kecewa.