KEDEWASAAN MANUSIA INDONESIA
Bacaan Setahun:
Yer. 36-37
Ibr. 11
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Galatia 5:22-23).
Kedewasaan berbeda dengan kesempurnaan, justru orang yang dewasa akan menyadari bahwa dirinya belum sempurna. Kesadaran bahwa ia belum sempurna akan mengakibatkan ia terus berusaha bertumbuh menuju kesempurnaan. Setiap masalah ia pahami sebagai proses yang harus dihadapi untuk menyempurnakan bagian karakter yang belum sempurna di dalam dirinya.
Kunci kedewasaan adalah bertanggung jawab dan siap berkorban. Secara biologis, orang yang sudah akil baliq/dewasa-lah yang dapat menikah dan menghasilkan keturunan. Namun, dewasa secara biologis seharusnya disertai juga dengan dewasa secara karakter. Kalau tidak, maka akan terjadi degradasi karakter pada anak-anak yang dilahirkan. Jika hal ini terjadi secara merata di dalam masyarakat maka karakter suatu bangsa akan lemah.
Bukankah hal ini yang sedang terjadi di Indonesia? Dalam karangannya yang berjudul “Manusia Indonesia”, Rosihan Anwar menulis tentang enam ciri manusia Indonesia (5 negatif dan 1 positif).
– Yang pertama adalah munafik, artinya lain yang dikatakan, lain pula yang diperbuat.
– Yang kedua adalah kurang bertanggung jawab, suka menyalahkan orang lain, suka mencari kambing hitam.
– Yang ketiga adalah feodal, berakibat atasan sangat sukar menerima kritik sehingga bawahan akhirnya hanya memberi laporan Asal Bapak Senang (ABS).
-Yang keempat adalah tahayul atau klenik, berakibat suka mendapat segala sesuatu tanpa usaha, ingin sedikit bekerja tapi banyak menghasilkan uang.
– Yang kelima artistik, ini positif; manusia Indonesia paling piawai dengan seni dan keindahan, karya di bidang seni sangat menonjol.
– Yang keenam adalah berwatak lemah, pendiriannya gampang berubah, tidak teguh, kurang penguasaan diri.
Seperti Rosihan Anwar yang menulis otokritik tentang manusia Indonesia yang tidak dewasa di dalam karakter, Rasul Paulus juga menegur jemaat Korintus yang merasa berkarunia rohani, tetapi tak kunjung dewasa secara karakter.
“Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu” (1 Kor 14:20)!
Kedewasaan ditandai adanya buah Roh (buah karakter Kristus) yang dihasilkan. Ini terjadi bila manusia lama kita mati sehingga manusia Kristus hidup dan bertumbuh di dalam diri kita. Tanpa bertumbuhnya karakter Kristus, kita tidak akan pernah dewasa dan menghasilkan buah Roh sehingga, secara nalar, kita tahu yang baik, tetapi justru yang buruk yang kita lakukan. (DD)
Questions:
1. Apakah tanda dewasa secara rohani?
2. Setujukah Anda dengan pendapat Rosihan Anwar tentang sifat manusia Indonesia? Diskusikan!
Values:
Warga Kerajaan yang sejati akan mengukur kedewasaan dari buah Roh yang dihasilkan, bukan dari lamanya pertobatan.
Kingdom Quote:
Dewasa rohani bisa ditandai dengan kedewasaan di dalam berpikir, yang selaras dengan yang dilakukan.