KEHILANGAN RASA
Bacaan Setahun:
Hab. 1-3
Why. 1
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13)
Rasa Asin merupakan hakikat dari garam. Saat mendengar kata “garam”, yang ada dalam benak kita biasanya bukanlah bentuk, tetapi rasanya yang asin karena asin merupakan identitas dari garam. Seperti saat kita mendengar kata “gula”, yang terbayang pastilah rasa manisnya. Tetapi mengapa Tuhan Yesus berkata garam bisa menjadi tawar? Bukankah kalau garam menjadi tawar dia bukan garam lagi? Pertanyaan ini sama dengan dapatkah gula hilang manisnya?
Dalam terjemahan NKJV, garam itu menjadi tawar diterjemahkan dengan “the salt loses its flavor” yang diartikan garam itu kehilangan rasa. Secara Geografis, orang Yahudi memiliki hasil garam yang melimpah dari daerah sekitar laut mati, yang memiliki tingkat kadar garam yang sangat tinggi. Garam di daerah pesisir pantai laut mati ini berasal dari batuan yang kemudian dilarutkan dalam air. Kandungan garam dalam batu tersebut akan larut sehingga lama-kelamaan kandungan garam di batu itu berkurang dan menyisakan mineral dan zat batuan yang tidak memiliki kegunaan. Proses inilah yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai proses “Garam yang kehilangan rasa”. Selanjutnya, batu bekas melarutkan garam tadi tidak lagi bisa digunakan dan justru malah merusak kesuburan tanah, dan orang Yahudi menggunakan batu-batu bekas larutan garam ini untuk membangun jalan setapak. Benarlah perkataan Tuhan Yesus bahwa garam yang menjadi tawar tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kita sebagai perwakilan kerajaan Kristus di dunia ini adalah garam dunia yang bertugas untuk menjadi pengaruh dan dampak bagi dunia ini dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Jika kita menjadi tawar sebagaimana garam yang sudah kelilangan rasa maka kita telah kehilangan identitas kita sebagai perwakilan kerajaan Allah. Dan jika kita telah kehilangan identitas kita maka kita juga sudah kehilangan fungsi dan tujuan kita ada di bumi ini. Segala sesuatu yang telah kehilangan fungsinya maka tidak ada gunanya lagi
Kata tawar dalam ayat ini dipakai bahasa Yunani moraino yang juga memiliki arti menjadi bodoh. Jadi jika kehilangan identitas kita sebagai perwakilan kerajaan Allah dan berubah menjadi tawar, artinya kita sudah memperbodoh diri. Kita bukan menggarami dunia, tetapi justru digarami oleh dunia, jangankan mempengaruhi dunia justru kitalah yang digerus dengan jahatnya dunia. Untuk itu kita harus terus mau belajar, mau diajar dan bertumbuh dalam komunitas Kerajaan Allah. Sebab di mana kita berhenti belajar dan tidak mau diajar lagi disinilah awal kita menjadi tawar dan lama-kelamaan kehilangan rasa. (RSN)
Questions:
1. Siapa identitas kita?
2. Bagaimana kita menjadi garam dunia dan tidak menjadi tawar?
Values:
Kita adalah garam dunia yang bertugas untuk menjadi pengaruh dan dampak bagi dunia ini dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Kingdom Quote:
Segala sesuatu yang telah kehilangan fungsinya maka tidak ada gunanya lagi.