Keluarga Yang Memuliakan Tuhan | Pdt. Hartono Wijaya

Hari-hari ini kita banyak diperhadapkan dengan roh ketakutan dan contoh-contoh yang kurang baik di depan mata kita, tetapi sebagai keluarga-keluarga di dalam Kerajaan Allah kita harus tetap bisa memuliakan Tuhan melalui keluarga. Kita semua dipanggil dalam sebuah pernikahan adalah untuk memuliakan nama Tuhan. Pernikahan adalah tempat yang paling rawan untuk menghadapi masalah dan konflik dimana dua pribadi yang disatukan tidaklah mudah. Jika kita tidak mengambil sebuah kesehatian maka konflik akan mudah sekali terjadi. Kita harus belajar untuk mengelola konflik dengan baik dan di dasarkan dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga tidak ada perceraian di dalam Tuhan, bahkan semakin kuat dan dewasa.

Keluarga dirancang untuk menyatakan kemuliaan Tuhan dimana dua pribadi disatukan membentuk rupa dan gambar Kristus. Kasih Kristus harus menjadi dasar sebuah pernihanan. Cinta saja tidak cukup karena cinta bisa luntur, tetapi kasih Kristus abadi selamanya. 

Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
(Kejadian 22:25)

Didalam sebuah pernikahan harus ada kemurnian. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, manusia hidup di dalam kemuliaan, sekalipun telanjang mereka tidak merasa malu. Oleh sebab itu pernikahan adalah salah satu rencana Tuhan untuk mengembalikan manusia yang sudah berdosa kembali ke jalan Tuhan sehingga tidak ada lagi rasa malu. Di dalam sebuah penikahan harus ada keterbukaan sehingga terjadi pemulihan. Melalui keserupaan dengan gambar dan rupa Allah di dalam pernikahan maka keluarga kita akan melahirkan generasi ilahi dari generasi ke generasi sebagai penyembah Allah (Maleakhi 2:15). Pernikahan seharusnya membuat hidup kita menjadi lebih baik sebab Firman Tuhan mengatakan bahwa “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18).

Pernikahan merupakan refleksi hubungan kita dengan Tuhan, oleh sebab itu kita tidak boleh bermain-main dengan pernikahan. Jika hubungan kita dengan pasangan tidak baik maka hubungan kita dengan Tuhan pun mengalami hal yang tidak baik pula (Efesus 5:31-32).

Jadi untuk memiliki kehidupan pernikahan yang mempermuliakan Sang Raja dan menjadi keluarga yang memuliakan Tuhan maka kita harus mendasari kehidupan kita dengan:

TAKUT AKAN TUHAN

Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! (Mazmur128:1)

Setiap anggota keluarga harus memiliki kesadaran untuk takut akan Tuhan sehingga bisa ada kesatuan hati untuk beribadah dan berdoa bersama-sama. Dengan demikian maka Tuhan akan menjanjikan kepada kita kebahagiaan dan keadaan kita menjadi lebih baik. Ada sukacita, penyembahan dan berkat-berkat yang mengalir di dalam kehidupan kita. (Mazmur128:1-4).

Ada berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang takut akan Tuhan yaitu kekayaan, kehormatan dan kehidupan (Amsal 22:4). Dengan hidup takut akan Tuhan maka Tuhan juga akan mengaruniakan hikmat-hikmatNya sehingga kita mampu menghadapi setiap kesulitan di dalam hidup kita. Tuhan sanggup melimpahkan berkat-berkatNya kepada orang-orang yang takut akan Dia. Namun sering kali banyak orang yang lebih suka hidup menuruti keinginannya sendiri, setelah melalui proses yang begitu berat baru datang kepada Tuhan.

BERPEGANG PADA TATANAN ALLAH

(25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (26)  untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,.
(Efesus 5:25-26)

Ada begitu banyak keluarga yang mulai merusak tatanan yang sudah Tuhan tetapkan. Suami sebagai kepala keluarga adalah pemegang otoritas di dalam keluarga. Suami harus mengasihi, melayani dan memimpin keluarganya seperti Kristus mengasihi dengan kasih agape, melayani dan memimpin jemaat untuk menguduskan anggota keluarganya. Seorang suami sebagai kepala keluarga juga berperan sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai imam suami berdiri dihadapan Allah mewakili keluarganya, sebagai nabi suami mendengar suara Tuhan bagi keluarganya dan sebagai raja, seorang suami harus mampu mengatur serta mencukupi setiap kebutuhan anggota keluarganya sehingga keluarga tersebut menjadi sejahtera.

Seorang istri juga memiliki peran di dalam rumah tangganya, yaitu sebagai penolong bagi suaminya sehingga setiap persoalan bisa dihadapi bersama-sama. Seorang istri harus menghormati suaminya, meneruskan generasi ilahi (Maleakhi 2:15), pewaris kasih karunia (1 Petrus 3:7) dan mampu mengatur rumah tangganya (Titus 2:3-5).

MENERAPKAN PELAYANAN SALING

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. (Yohanes 15:12)

Dua pribadi yang disatukan di dalam pernikahan tidaklah mudah, oleh sebab itu antara suami dan istri perlu menerapkan pelayanan saling yaitu saling mengasihi seperti Kristus. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:4-7). Saling mengasihi pasangan bukan menuntut, tetapi saling melayani tanpa mendominasi dan mau berkorban bagi pasangannya sehingga keduanya semakin bijak menyikapi setiap permasalahan yang dihadapi. Keduanya juga harus saling mendahului dalam memberi hormat, saling membangun dan saling memperbaiki komunikasi.

JAGA DAN RAWAT KEBUN ANGGURMU

Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga! (Kidung Agung 2:15)

Rubah-rubah kecil bukanlah pemakan anggur, tetapi rubah-rubah kecil ini sering kali merusak akar ataupun batang pohon anggur sehingga pohon anggur menjadi rusak. Rubah-rubah kecil ini mungkin terlihat lucu, tetapi jika dibiarkan akan merusak kebun anggur. Jangan biarkan hal-hal kecil yang terlihat sepele menghancurkan kehidupan rumah tangga kita. Kita harus senantiasa waspada, berjaga-jaga dan memagari dengan kebenaran Firman Tuhan. Jangan biarkan juga generasi kita menjadi rusak karena pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin awalnya kita anggap sepele. Awasi pergaulan mereka dan didiklah sesuai kebenaran Firman Tuhan,tentunya orang tualah yang harus terlebih dahulu menjadi teladan. Segera kenali dan tangkap rubah-rubah kecil di dalam kehidupan rumah tangga kita sebelum mereka merusakkan kebun anggur rumah tangga kita.

Jadi keluarga yang memuliakan Tuhan adalah keluarga yang seluruh anggotanya memiliki roh yang takut akan Tuhan, miliki hubungan pribadi lepas pribadi dengan Tuhan. Keluarga yang memuliakan Tuhan akan selalu berpegang pada tatanan Allah, menerapkan pelayanan saling dan selalu menjaga serta merawat kebun anggur di dalam rumah tangganya. Amin. (RCH).