KELUARGAKU GEREJA PERTAMAKU
Bacaan Setahun:
Ayb. 7-9, Mzm. 38
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertamatama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1:5)
Beberapa bulan lalu, kami kedatangan tetangga baru. Mereka mengontrak ruko di sebelah kami. Sebut saja namanya bu Siti, yang mempunyai anak perempuan berumur 7 tahun bernama Aisyah. Anak kami perempuan juga, baru berumur 6 tahun kurang 5 bulan. Suatu ketika anak kami main ke tempat tetangga baru ini. Karena bersebelahan, kami tentu saja tidak terlalu risau perihal keselamatannya. Apalagi bu Siti ini cukup supel orangnya. Kira-kira 5 jam anak kami berada di tempat tetangga kami tersebut, maklum namanya anak-anak, punya teman baru yang seumuran.
Menjelang malam, sebelum tidur kami membiasakan untuk berdoa, memuji Tuhan, dan membaca Alkitab bersama. Sambil pegang gitar, saya bilang: “Mau nyanyi apa Chel”, demikian saya menanyakan kepada anak kami yang bernama Chelsea. Dan memang biasanya dia yang request lagu penghantar doa malamnya. Dia pun menjawabnya: “Lagu yang diajarkan kak Aisyah dan tante Siti tadi siang aja Pa”, sambil dia mencoba mengingat-ingat nada lagunya. Saya pun paham tentang lagu itu, yang kurang lebih liriknya mengagungkan nama seorang ‘nabi’ yang saya bisa pastikan tidak pernah ada tertulis di dalam Alkitab terjemahan mana pun! Sambil bercanda saya bilang ke istri: “Besok kita ‘culik’ anaknya ke rumah kita, gantian kita ajarin lagu Sekolah Minggu ‘Tuhan Yesus tidak berubah…!’ Dari cerita ini, kami sadar bahwa bukan hanya kita saja yang mempunyai semangat memberitakan ‘kebenaran’. Tentu saja kebenaran yang mereka wartakan sesuai dengan konsep yang mereka yakini.
Melalui perenungan ayat Firman Tuhan hari ini diungkapkan bahwa keteladanan di dalam rumah tangga itu mutlak. Keteladanan bukan hanya sekedar perilaku dan perbuatan baik saja, melainkan bagaimana bisa mewariskan iman kepada anggota keluarga kita, termasuk anakanak kita. Nenek Lois yang pertama-tama mewariskan imannya kepada anaknya Eunike yang kemudian sampai kepada cucunya Timotius. Sebuah gambaran nyata bahwa ‘legacy’ iman jauh lebih berharga dari sekedar harta warisan duniawi.
Mari kita belajar menjadi gembala yang baik di rumah tangga kita terlebih dahulu sebelum kita menggembalakan domba-domba lainnya. Jadilah ayah, jadilah ibu untuk anakanak kita mengenal siapa Tuhan Yesus dengan baik dan benar. Jadikan keluarga kita sebagai ‘gereja’ pertama bagi anak-anak kita. Anda setuju? (HB)
Questions:
1. Dari siapakah Anda beriman kepada Kristus?
2.Apakah keluarga Anda sudah ideal dalam mewartakan Kerajaan Sorga? Saksikan!
Values:
Keluarga idealnya menjadi tempat bertumbuhnya iman setiap anggotanya.
Kingdom’s Quotes:
Warisan utama yang bernilai kekekalan dari sebuah keluarga Kristen adalah iman.