Bacaan Setahun:
2 Raj. 20
Yoh. 7
Mzm. 140
KEPO
“Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas.” 1 Timotius 5:13
KEPO, adalah kata dalam bahasa gaul, ada yang bilang kependekan “Knowing Every Particular Object”, ada juga yang bilang berasal dari bahasa Hokkian, “keypo” yang artinya ingin tahu urusan orang. Jadi kalau ada orang tidak bisa diam, tapi berusaha bertanya dan menyelidiki masalah orang lain atau mau ikut campur urusan orang lain, maka temannya yang tidak suka akan bilang, kamu KEPO amat sih!
Sebenarnya tidak semua orang suka mencampuri atau ingin tahu urusan orang lain, orang seperti ini sering berkata “emangnya gue pikirin” (EGP). Demikian juga tidak semua orang ingin masalahnya diketahui orang lain. Namun tentu saja ada orang yang KEPO, dan orang KEPO ini bisa dibagi dua, yang pertama KEPO Negatif, kelihatan tulus ingin tahu masalah temannya, namun sebenarnya keingintahuannya adalah bak wartawan paparazzi, ia sangat senang jika mendengar “kelemahan” dari temannya dan sesuai dengan sifat ingin tahunya yang negatif, maksudnya bukanlah menolong masalah temannya, ia hanya suka menceritakan masalah temannya ini ke orang lain. Mengapa ia begitu suka menceritakan masalah orang lain, karena ia merasa lebih nyaman kalau melihat keadaan orang lain yang buruk, ia seorang yang ‘Senang Melihat orang lain Susah’.
Jenis KEPO yang kedua adalah jenis KEPO positif, yaitu keinginan tahuan akan keadaan orang lain secara detail. Ini diperlukan untuk menolong menyelesaikan masalah orang tersebut tapi tidak untuk diumumkan pada orang lain. KEPO positif ini juga diperlukan saat konsultasi bagi pasangan yang akan menyiapkan pernikahan. Seorang rohaniawan yang akan menikahkan pasangan bertanggung jawab untuk keharmonisan pernikahan. Itu sebabnya ia perlu mengerti latar belakang pasangan yang akan menikah. Dengan demikian ia bisa memberi nasehat untuk menyikapi perbedaan latar belakang kedua pasangan. Ini untuk menghindari perceraian yang disebabkan latar belakang yang berbeda atau karena perbedaan kebiasaan yang tidak nampak saat pacaran.
Pasangan yang berpacaran serius, seharusnya juga saling KEPO terhadap pasangan, karena jika pasangan hanya tahu kebaikan masing-masing tanpa tahu kekurangan dan keburukannya maka hal tersebut akan menjadi masalah di kemudian hari. Jadi pasangan perlu saling KEPO dimulai saat pacaran, jangan meyakini “cinta adalah buta”, justru “buka mata” saat pacaran, pelajari baik-baik sifat pasangan, latar belakang pasangan dan bukan hanya kecantikan di luar, supaya setelah menikah tidak ada penyesalan. Jadi KEPO tetap diperlukan sesuai kebutuhan, tetapi jangan keterusan menjadi pribadi yang KEPO di setiap pergaulan, sehingga teman Anda menjuluki Anda si KEPO. Dan sifat KEPO yang seperti ini memang tidak sesuai dengan anjuran Firman Tuhan. Anda setuju? (DD)
Questions:
1. Bolehkah kita bersikap Kepo? Mengapa Orang cenderung menjadi KEPO?
2. KEPO yang bagaimana yang masih diperbolehkan?
Values:
Warga Kerajaan seharusnya tidak menyukai KEPO yang didorong keinginan-tahu, karena merasa senang jika melihat kelemahan orang lain.
Kingdom Quote:
Pastikan Anda tidak KEPO yaitu selalu ingin tahu dan mencampuri urusan orang lain tanpa ketulusan untuk menolong persoalan orang lain.