KESUKSESAN YANG SEJATI

KESUKSESAN YANG SEJATI 

Bacaan Setahun: 
Yer. 46-48 
Mzm. 123 

Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” … seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? (1 Timotius 3:1, 4-5)

Dunia menjadikan rumah mewah, harta berlimpah ataupun jabatan yang tinggi sebagai tolok ukur sebuah keberhasilan, sehingga banyak orang berlomba-lomba menjadi sukses dan berhasil dengan menjadikan uang atau karier yang mapan sebagai ukuran. Memang mudah mengidentikkan jabatan dan uang dengan sebuah keberhasilan karena jelas terlihat dari luar. Orang pun semakin mengejar kekayaan dengan berbagai macam cara karena melihat banyak kenyataan di masyarakat di mana orang yang berlimpah harta lebih dihormati daripada yang pas-pasan apalagi yang miskin. Bahkan mereka menghalalkan segala cara dengan korupsi karena tergoda mencari kekayaan secara instant, malas berusaha, dan tidak peduli meskipun uang yang diperoleh adalah hasil tipuan. Kesuksesan dan keberhasilan semata-mata tidak dapat diukur dengan materi. Kesuksesan dan keberhasilan yang sejati adalah keberhasilan dalam membangun sebuah keluarga dan generasi yang takut akan Tuhan.

Alkitab mencatat ada seseorang yang mungkin dalam pandangan dunia tampak hebat, namun justru gagal dalam membangun keluarganya, yaitu Yair. Yair, orang Gilead (suku Manasye), adalah seorang hakim yang dicatat dalam Kitab Hakim-hakim. Di Hakim-hakim 10:3-5 dikisahkan bahwa sesudah Tola “bangkitlah Yair, orang Gilead, yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel 22 tahun lamanya. Ia mempunyai 30 anak laki-laki, yang mengendarai 30 ekor keledai jantan, dan mereka mempunyai 30 kota, yang sampai sekarang disebutkan orang Hawot-Yair, di tanah Gilead. Lalu matilah Yair dan dikuburkan di Kamon. Sesudah kematian Yair bangsa Israel kembali berbuat jahat di hadapan Tuhan. Sekian lama memerintah justru digunakan Yair sebagai sarana untuk memperkaya diri dan keluarganya.

Contoh yang lain adalah Gideon, Gideon yang awalnya bukan siapa-siapa tetapi dipakai oleh Tuhan dan Tuhan ubah hidupnya menjadi seorang Hakim di Israel. Gideon memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memimpin di medan pertempuran. Sebagai seorang hakim yang dipakai Tuhan, ia mempergunakan kekuasaannya untuk memuaskan kesenangan pribadi dengan beristri banyak yang pada akhirnya menimbulkan tragedi dalam keluarga di mana gundiknya di Sikhem melahirkan anak bernama Abimelekh dan pada akhirnya ia membunuh ketujuh puluh saudaranya. Di bawah perjanjian yang baru, Allah sangat mementingkan keluarga. Itulah sebabnya Ia memerintahkan agar jangan mengangkat seseorang menjadi penilik jemaat atau seorang pemimpin apabila ia tidak setia kepada satu istri dan tidak dapat mengatur keluarganya dengan baik (1 Timotius 3:1-5).

Kepemimpinan seseorang dalam rumah tangga, pernikahan, dan hubungan keluarga memiliki peranan yang penting sekali. Seorang penilik harus menjadi teladan, khususnya dalam kesetiaannya kepada istri dan keluarganya. Betapapun, jikalau ia sudah gagal dalam hal ini, bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Allah? Sebab keberhasilan dalam pelayanan ataupun jabatan adalah sia-sia tanpa diimbangi keberhasilan dalam membangun keluarga. (RSN)

Questions:
1. Apakah standar keberhasilan dunia ?
2. Apakah seorang pemimpin bisa berhasil jika kondisi keluarganya amburadul?

Values:
Kepemimpinan seseorang dalam rumah tangga, pernikahan, dan hubungan keluarga memiliki peranan yang penting sekali karena seseorang yang gagal membangun keluarganya sudah gagal menjadi seorang pemimpin.

Kingdom Quote:
Kesuksesan dan keberhasilan yang sejati adalah keberhasilan dalam membangun sebuah keluarga dan generasi yang takut akan Tuhan.