Kingdom Influence | Pdt. Thomas Tanudharma

Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” (Matius 13:33)

Kita memasuki tahun yang baru dengan tema ‘The Year of Kingdom Influence dimana pengaruh Kerajaan Allah harus dinyatakan melalui kehidupan kita. Firman Tuhan mengatakan bahwa kita akan menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, akan tetap naik dan bukan turun. (Ulangan 28:13). Menjadi kepala adalah menjadi pemimpin, seorang pemimpin akan sulit memimpin orang lain jika ia tidak bisa memimpin diri sendiri. Berbicara tentang kepemimpinan juga berbicara tentang pengaruh. Jadi hidup kita akan menjadi kepala artinya hidup kita sudah ditentukan untuk menjadi pengaruh bagi dunia ini. Berbicara mengenai dunia jangan kita berpikir luas, memang ada orang-orang yang dipakai Tuhan untuk menjangkau sampai ke ujung bumi, namun jika kita seorang guru maka dunia kita adalah dunia pendidikan, seorang pengusaha maka dunianya adalah dunia bisnis, seorang hamba Tuhan sepenuh waktu maka dunianya adalah dunia pelayanan. Maka dapat disimpulkan apapun posisi kita maka kita dapat mempengaruhi keadaan di sekitar kita. Hidup kita harus meningkat, ada pertumbuhan dan pertambahan. Jika kita bertumbuh secara rohani maka hal-hal jasmani akan ditambahkan.

Selama berada di dunia ini Tuhan Yesus senantiasa memberitakan tentang Kerajaan Sorga. Melalui perumpamaan Ia mengajarkan bahwa Kerajaan Sorga seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya. Cara kerja ragi tidak terlihat, namun hasilnya mampu mempengaruhi seluruh adonan. Untuk mengkhamirkan adonan yang banyak tidak diperlukan ragi sebanyak adonan tersebut. Hanya diperlukan sedikit ragi untuk mempengaruhi adonan. Jadi sebagai warga Kerajaan kita harus belajar dari sifat ragi, kita tidak perlu menjadi orang hebat atau punya jabatan terlebih dahulu agar hidup kita bisa menjadi pengaruh, tetapi kita harus sadar bahwa hidup kita memang sudah ditentukan untuk menjadi pengaruh.

Ragi berfungsi sebagai pengembang sehingga bisa memperbesar dan memperbanyak adonan, artinya ragi sanggup membuat besaran semakin meningkat atau melakukan pelipatgandaan. Belajar dari sifat ragi, apa yang dapat kita kembangkan agar menjadi perngaruh? Yang dapat kita kembangkan dan lipat gandakan adalah karakter, talenta, karunia-karunia rohani dan jiwa-jiwa kepada Yesus. Selain menjadi pengembang, ragi juga berfungsi sebagai pelembut yang menjadikan roti menjadi empuk serta memberikan aroma dan rasa lebih enak. Tuhan Yesus sering mengajarkan tentang kelemahlembutan dan kerendahan hati. Kelemahlembutan bukan lemah gemulai dan tidak punya prinsip, tetapi orang yang lemah lembut adalah orang yang punya penguasaan diri dan terukur. Kehadiran kita juga harus mampu memberikan aroma yang baik bagi lingkungan dan menjadi berkat.

Belajar dari ragi, bagaimana agar hidup kita bisa menjadi pengaruh adalah:

Mengandalkan KekuatanTuhan

Hanya diperlukan sedikit ragi untuk mengembangkan sejumlah adonan. Ragi sadar tidak akan berfungsi jika masih ada di dalam kemasannya. Ada orang yang membuka dan mengeluarkan dari kemasannya. Demikian juga dengan hidup kita, kita tidak dapat menjadi pengaruh tanpa mengandalkan kekuatan Tuhan. Jangan ukur kondisi kita saat ini, andalkan Tuhan dalam seluruh aspek hidup kita karena apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat  (1 Korintus 1:27-28).

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17:7)

Meninggalkan Kebiasaan Lama

Ragi tidak akan ada gunanya jika masih ada di dalam kemasannya. Ragi harus keluar dari bungkusnya. Demikian juga hidup kita, kita tidak akan bisa menjadi pengaruh jika kita tidak meninggalkan kebiasaan lama  dan merasa nyaman di dalamnya.

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Korintus 5:17)

Toleransi Tanpa Kompromi

Ragi rela masuk ke dalam adonan dan melebur di dalam adonan. Ragi tetaplah ragi, ia tidak pernah berubah menjadi tepung atau bahan lainnya. Didalam adonan, ragi sudah tidak terlihat lagi tetapi pengaruhnya bisa dirasakan. Bahkan ketika adonan tersebut harus dipanaskan ke dalam oven, ragi tahu bahwa tukang roti akan menjaga temperatur panas agar roti tidak hangus. Jika kita percaya bahwa hidup kita disertai Tuhan percayalah bahwa hidup kita akan selalu di jaga dan disertaiNya.

Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Korintus 10:3-5)

Rendah Hati dan Meninggikan Tuhan

Ragi tidak pernah merasa lebih dari tepung, telur atau bahan-bahan roti lainnya. Ia sadar bahwa ragi adalah bagian dari adonan. Orang yang dipakai Tuhan menjadi pengaruh adalah orang yang tahu posisinya dan tetap rendah hati. Ketika adonan sudah menjadi roti dan enak rasanya, ragi tidak akan pernah mendapatkan pujian. Jadi ketika kita mau menjadi pengaruh, kita harus siap dilupakan.           

Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yakobus 4:6)

Arti menjadi pengaruh adalah hidup kita bisa menjadi berkat, menjadi teladan dan bermanfaat bagi orang lain. Andalkan kekuatan Tuhan dan tinggalkan kebiasaan lama. Masuk dan mempengaruhi dunia ini tanpa kompromi dan tetap rendah hati sampai nama Tuhan ditinggikan. Amin. (RCH).