Kingdom Rewards and Punishment | Pdt. Timotius Arifin

God is A Rewarder (Allah Adalah Pemberi Upah).

Semua yang ada pada kita dan semua yang kita miliki adalah dari Tuhan. Kita harus percaya bahwa Dia tidak hanya ‘ada’, tetapi ‘Dia adalah’. Dia adalah Allah penyembuh kita dari sakit penyakit, yang memulihkan kita dari kondisi ekonomi yang terpuruk, dan yang memulihkan keluarga kita dan berbagai persoalan dalam hidup ini.

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)

Bagi mereka yang memahami Firman secara berhati-hati dan tidak asal-asalan, maka pengajaran bahwa Allah itu baik adalah normal, tapi jangan sampai kita kebablasan sehingga berkata: ”Tidak mungkin Allah yang sebaik itu menciptakan neraka”.

Sebagai warga Kerajaan Allah, kita ada di Gosyen, di tanah berkat. Kita mengalami pembedaan, yaitu ‘multiplied grace of God’. Kita telah memiliki jaminan pemeliharaan Tuhan (Matius 6:33). Saat kita merendahkan diri, mencari Kerajaan Allah, melakukan kebenaran-Nya, menjadikan Dia Raja dalam hidup kita, maka segala kebutuhan kita akan dicukupkan oleh Tuhan. Namun kita harus seimbang melihat antara the Grace of God dengan the Judgement of God.

Pemberontak pertama di taman Eden adalah iblis. Karena sifat pemberontakan yang dimilikinya, ia menggoda manusia untuk turut memberontak kepada Allah. Karena itu kita harus:

Jari = jaga diri

Jaran = jaga pengajaran

Jaka = jaga kawanan (keluarga dan jemaat yang dipercayakan)

Jamu = jaga mulut dari pemberontakan.

Di dalam Kerajaan Allah, pemberontakan terhadap Sang Raja hukumannya mati. Dalam perumpamaan mengenai uang mina di Lukas 19:11-27 Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan. Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.

Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Dan datanglah hamba yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Sang Tuan memuji kedua hamba tersebut dan memberikan mereka kuasa untuk menguasai sepuluh dan lima kota. Sedangkan hamba yang ketiga datang dan menyimpan talentanya dalam sapu tangan. Ia berkata bahwa tuannya adalah manusia yang keras; tuannya mengambil apa yang tidak pernah ditaruh dan menuai apa yang tidak ditabur. Kepada hamba semacam ini sang Tuan akan menghakimi menurut perkataannya sendiri dan kepada semua seteru yang tidak suka Dia menjadi rajanya, mereka akan dihukum.

Dalam the Law of Use, ada 3T yaitu tiga sumber daya (resource) yang harus kita kelola:

TIME: Hamba yang ketiga disebut jahat dan malas. Kain peluhnya dipakai untuk menyimpan talenta. Berarti dia tidak memakai waktunya untuk bekerja. Dia tidak berkeringat. Sekalipun hanya diberi sedikit, yaitu satu talenta, seharusnya ia setia melakukan tugasnya. Setialah pada perkara kecil.

TALENT: Hamba yang ketiga memanggil ‘tuan’ kepada tuannya, tapi ia menyembunyikan talenta yang diberi dan bahkan ia menganggap tuannya sebagai maling/rampok/orang jahat.

TREASURE (harta/keuangan/properti): Harta harus dikelola agar berkembang dan meningkat nilainya.

Jika waktu, talenta dan harta yang dipercayakan Tuhan kita kelola dengan baik, maka pasti ada upah yang akan kita terima seperti hamba yang melipat gandakan uang mina yang dipercayakan kepadanya, tetapi hamba yang tidak melipat gandakannya akan mendapat hukuman dan apa yang ada padanya akan diambil.

Tuhan juga Memberi Penghukuman (Punishment)

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. (2 Korintus 5:10)

Di dalam Kerajaan Allah ada penghukuman (punishment), karena Allah tidak bisa dipermainkan.  Yang pertama menjadi terakhir dan yang terakhir menjadi pertama. Bangsa Israel sebagai yang pertama akan menjadi terakhir, dan kita sebagai bangsa-bangsa lain (yang terakhir) menjadi yang pertama. Ini terjadi karena bangsa Israel tidak menghasilkan buah yang manis seperti yang dikehendaki Tuhan. Karena itu kita sebagai bangsa-bangsa lain diberi kesempatan menjadi yang pertama, untuk itu hasilkanlah buah yang manis dari kehidupan kita.

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (Matius 25: 31-32)

Kedatangan Yesus yang kedua akan memisahkan domba dari kambing. Bagi umat-Nya yang setia, maka di pengadilan takhta putih (di akhir kerajaan 1000 tahun) akan disediakan mahkota-mahkota.

Di jaman Perjanjian lama, seorang hakim memiliki dua batu, yaitu batu putih (reward) dan batu hitam (punishment). Ini menggambarkan bahwa seorang hakim pasti membuat keputusan yang tegas. Yesus akan datang kembali sebagai hakim, karena itu jagalah hidup kita agar berkenan di hadapan-Nya. Sehingga kita tidak mengalami penghukuman, namun menerima reward dari Tuhan.

Periksa diri kita, apakah kita pernah berjanji kepada Tuhan dan tidak setia atasnya, termasuk atas perjanjian nikah. Bertobatlah. Jangan menjadi pemberontak, tetapi menyerah (surrender) kepada Tuhan Yesus, maka kita akan menerima reward dari Tuhan. Amin. (VW)