KISAH DR. BEN CARSON

KISAH DR. BEN CARSON 

Bacaan Setahun: 
2 Sam. 22, Mzm. 144,  1 Kor. 2 

“Ya, TUHAN, apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikannya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya?” (Mazmur 144:3 TB)

Tema bulanan pada bulan ini Godfidence in influence, yang dapat diterjemahkan secara gramatikal sebagai: “kepercayaan kepada Tuhan dalam pengaruh”. Dan pada bacaan kita hari ini, yakni di Mazmur 144, yang merupakan doa dalam bentuk nyanyian syukur Daud kepada Tuhan atas kemenangannya melawan musuh-musuhnya. Salah satu bentuk rasa syukur Daud sebagaimana tersebut di ayat ke-3, rupanya sangat menggambarkan kisah hidup dari Dr. Ben Carson.

Terlahir dengan nama Benjamin Carson di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Ben tumbuh dan dibesarkan oleh seorang ibu kulit hitam, single parent yang miskin dan bodoh. Di kelas lima ia berada di ranking terbawah kelasnya sehingga dijuluki teman-temannya “si bodoh” dan ia menjadi pemarah, keras dan tak terkendali. Namun ibunya berjuang mendisiplinkan Ben dan kakaknya yang bernama Curtis untuk rajin belajar menyelesaikan pekerjaan rumah mereka setiap hari, kendati sang ibu putus sekolah dan hampir tidak dapat membaca. Alhasil prestasi sekolah Ben semakin meningkat dan dalam waktu setahun ia berhasil menjadi ranking teratas di kelasnya. Singkat cerita Ben pun berhasil menjadi seorang dokter bedah syaraf, bahkan pada usia 32 tahun, ia telah menjadi seorang Direktur pada Rumah Sakit Bedah Saraf Pediatric di Johns Hopkins Hospital, Baltimore.

Pada tahun 1987, Dr. Ben membuat sejarah medis dengan operasi untuk memisahkan sepasang kembar siam. Si kembar lahir dengan bagian belakang kepala bergabung. Operasi pemisahan anak kembar seperti ini selalu gagal, mengakibatkan kematian salah satu atau kedua bayi. Dr. Ben setuju untuk melakukan operasi dengan sebuah tim beranggotakan 70 tenaga medis yang dipimpinnya bekerja selama 22 jam dan si kembar berhasil dipisahkan dan sekarang dapat bertahan hidup secara mandiri. Dan prestasi Dr. Ben semakin meningkat di dunia medis, sehingga pada tahun 2008, Gedung Putih menganugerahkan Presidential Medal of Freedom kepadanya sebagai warga sipil terhormat di Amerika serikat.

Ketika ditanya mengenai kesuksesannya Dr. Benjamin Carson mengatakan bahwa dalam kehidupan pribadinya, Tuhan memainkan peran besar dalam risiko ini, karena ia berdoa sebelum masuk ke ruang operasi untuk setiap kasus, dan ia memohon kepada Tuhan untuk memberinya kebijaksanaan, untuk membantunya mengetahui apa yang harus ia lakukan, dan bukan hanya untuk pengoperasian, tetapi untuk segalanya. Dr. Ben menyampaikan bahwa selama bertahun-tahun keteguhan iman ibunya kepada Tuhan telah mengilhami dirinya, khususnya ketika ia harus melakukan prosedur pembedahan yang sangat sulit atau ketika ia menghadapi ketakutan medisnya sendiri.

Mungkin kita bukanlah seorang dokter, ilmuwan atau profesional yang luar biasa, namun tahukah Anda bahwa Tuhan tetap memperhatikan dan memperhitungkan Anda, bahkan saat ketika orang lain sama sekali tidak mengindahkan Anda? Persis seperti kehidupan Dr. Benjamin Carson, seorang anak kulit hitam dari keluarga broken home, miskin dan bodoh, yang menurut kebanyakan kita tidak akan berhasil, namun ternyata ketika ia menaruh kepercayaannya dalam Tuhan (Godfidence) yang ternyata membawa pengaruh dan dampak yang luar biasa kepada dunia. Tetaplah percaya kepada Tuhan, bahwa yang memegang kendali dalam hidup kita! (YMH)

Questions:
1. Pelajaran apa yang Anda terima dari kisah hidup Dr. Benjamin Carson?
2. Jika Anda melihat kembali masa lalu Anda, hal apa yang membuat Anda bersyukur dan percaya bahwa Tuhan memperhatikan dan memperhitungkan Anda?

Values:
Ketika kita menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan sebagai penguasa kehidupan kita, maka kita akan tahu betapa Ia memperhatikan dan memperhitungkan kita

Kingdom’s Quotes:
“When we have done our best, we also have to learn that we still need to rely on God. Our best – no maatter how good – is incomplete if we leave God out of the picture.” (Dr. Benjamin Carson).