KITA BIKIN ROMANTIS

KITA BIKIN ROMANTIS 

Bacaan Setahun: 
Hak. 20-21 , 2 Pet. 3 

“Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.”  (1 Korintus 7:4)

Dalam beberapa kesempatan saat menunggu jam anak pulang sekolah, saya dan isteri mampir ke kantin sekolah. Mungkin saking seringnya makan berdua di kantin sekolah, membuat beberapa penjaga stand kantin memperhatikan gerak gerik, tingkah polah kami berdua. Suatu hari saya ‘absen’ menemani isteri jemput anak, dan seperti biasanya isteri menunggu di kantin sekolah, ada seorang ibu penjaga salah satu stand bertanya: “Temannya mana mbak, kok sendirian saja?” Isteri saya cukup kaget dengan pertanyaannya, tanpa mengkonfirmasi pertanyaan si ibu ini, isteri saya spontan jawab: “Oh…lagi keluar kota”. Dan memang saat itu saya ke Jakarta karena urusan kerjaan.

Setelah di rumah, kami pun penasaran maksud dari pertanyaan, “Temannya mana?” Jadi selama ini saya dan isteri dianggap bukan pasangan suami isteri dong..! Singkat cerita, dalam kesempatan berikutnya, saya pun memperkenalkan ke mereka kalau kami ini pasangan sah suami isteri. Salah satu ibu di situ pun berseloroh katanya: “Biasanya kalau suami isteri tidak seromantis itu!”

Usut punya usut, mereka berpikir tadinya bahwa kami ini seperti orang lagi ‘pacaran’ (baca: selingkuh). Karena bagi mereka, beberapa ibu penjaga stand kantin, romantisme hanya berlaku untuk pasangan muda mudi yang lagi kasmaran! Atau paling parahnya, mereka berpikir yang nampak romantis itu pasangan yang sedang ‘selingkuh’! Sontak saya pun mengambil nada seraya bernyanyi, “Kita bikin romantis…bikin paling romantis… (lagu & lyric by MALIQ & D’Essentials).

Ketika di awal pernikahan kami, setiap pulang dari gereja saya selalu menggandeng isteri saya menuju parkiran, ada teman dengan nada canda bilang: “Biasa, manten anyar (pengantin baru), tunggu aja setelah lima sampai tujuh tahun ke depan”.

Puji Tuhan, umur pernikahan kami saat ini menginjak tahun ke-10. Memang masih relatif tergolong pasangan muda. Masih banyak hal yang harus kami perjuangkan. Keteladanan dan support dari orang-orang sekitar kami jugalah yang membantu hubungan kami tetap pada level “Kita Bikin Romantis”. Doa kami juga kepada pasangan-pasangan lainnya, terutama pasangan Kristen, bisa menjadi panutan bagi orang-orang dunia yang memerlukan ‘role model’ sebuah pernikahan.

Bagi kami, salah satu poin penting dalam sebuah hubungan suami isteri adalah bagaimana masing-masing pasangan memahami ayat dalam 1Korintus 7:4 tersebut. Di mana baik suami maupun isteri tidak menganggap kehidupannya adalah kepunyaannya sendiri. Bukan lagi dua, tetapi satu. Dan tentu saja saling percaya dan bisa dipercayai adalah kunci utama sebuah hubungan akan terjalin ‘makin romantis’. Anda setuju? (HB)

Questions:
1. Apakah hubungan pernikahan Anda masih romantis? Bagaimana cara Anda menjaga keromantisan tersebut?
2. Dengan cara bagaimana supaya pernikahan Anda menjadi teladan bagi pasangan sekitar?
Values:
Saling percaya dan bisa dipercayai adalah kunci utama sebuah hubungan akan terjalin ‘makin romantis’.

Kingdom’s Quotes:
Hanya setan yang tidak senang melihat keromantisan sebuah hubungan suami isteri!