KOMPROMI

KOMPROMI 

Bacaan Setahun: 
Kej. 10 
Mzm. 24 
Luk. 6 

“Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman” (Yakobus 5:12).

Seorang pendeta tamu berkhotbah di sebuah gereja tentang dosa Herodes yang mengambil istri saudaranya. Setelah itu pendeta ini tak pernah diundang lagi. Ternyata pendeta gereja setempat khawatir kotbah ini menyinggung pendonor terbesar di gereja yang pernikahannya mirip kisah pernikahan Herodes. Seorang teman pendeta juga tidak diundang lagi di sebuah gereja, karena tanpa sengaja menyinggung gaya hidup ibu-ibu sosialita yang menggunakan tas super mewah berharga ratusan juta. Karena memang ada kelompok ibu-ibu sosialita di gereja tersebut. Ketakutan akan hilangnya sumber pendanaan telah menjadi momok yang menakutkan, sehingga seringkali membuat suara kebenaran tersandera. Tanpa sadar, sebenarnya uang telah menjadi tuan atas hidup kita. Lalu apa gunanya kotbah kalau hanya menyenangkan telinga tanpa ada muatan untuk mengkoreksi cara hidup yang salah?

Beberapa orang menyampaikan argumentasinya bahwa kebenaran harusnya disampaikan dengan cara yang halus supaya tidak terlalu menyinggung perasaan, supaya orang yang mendengar tidak langsung menolak. Benarkah argumentasi ini? Bukankah ketidakbenaran jika disampaikan dengan halus akan membuat seseorang justru tidak melihat itu adalah kesalahan. Bisakah sebotol racun supaya tidak menakutkan ditulis obat keras? Atas nama kesopanan seringkali kita di Indonesia terbiasa memperhalus istilah yang dianggap terlalu terus terang, misalnya “harga disesuaikan” untuk menggantikan frasa “harga dinaikkan.”

Ahok saat menjabat Gubernur Jakarta adalah pribadi yang paling disoroti sehubungan dengan perkataannya yang terus terang dan cenderung kasar, seperti perkataan: bajingan, perampok, maling, dsb. Namun karena apa yang disampaikan adalah penggambaran sebuah realita yang justru lebih buruk, yaitu korupsi uang rakyat dalam jumlah yang sangat besar dengan perencanaan yang matang. Yaitu Korupsi ini telah direncanakan sejak dari proses anggaran dan telah berlangsung bertahun-tahun sehingga sudah menjadi hal yang wajar tanpa pernah bisa ketahuan. Maka apa yang dilakukan Ahok juga mendapat dukungan yang tak sedikit dari masyarakat Indonesia. Akankah gerakan Ahok yang tanpa kompromi ini bisa membersihkan semua mental “munafik”, yaitu berkata santun tetapi berkelakuan korup, baik yang ada di pemerintahan maupun di masyarakat umum di Indonesia ? Hanya Anda yang bisa jawab?(DD)

Questions:
1. Apakah Anda setuju dengan sikap kompromi?
2. Untuk hal apa kompromi diperbolehkan atau kompromi tak diperbolehkan? Mengapa ?

Values:
Warga kerajaan seharusnya tidak boleh melakukan kebaikan dengan menghalalkan segala cara.

Kingdom Quote:
Tujuan yang baik jika dilakukan dengan cara yang buruk, hasilnya adalah keburukan.