Komunitas Yang Sehat | Pdm. Setiawan Sanusi Tupang

(26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:26-28)

Kita patut bersyukur jika masih diberikan kepercayaan untuk melayani Tuhan, mungkin kemampuan kita terbatas, tetapi kita memiliki Allah yang tidak terbatas dan itulah yang memampukan kita melakukan perkara-perkara yang besar bersama Dia. Tuhan memperluas pengaruh kita tidak hanya di dalam keluarga dan gereja, tetapi juga di dalam komunitas yang tidak saja komunitas gereja. Ada komunitas olah raga, hobby, bisnis dan sebagainya. Tuhan mau kita menjadi pemimpin yang  memberi pengaruh di dalam komunitas tentunya kita juga harus sehat baik tubuh, jiwa dan roh kita sehingga komunitas pun menjadi sehat. Komunitas yang kita bangun harus berbeda dengan dunia. Di dalam komunitas dunia seorang pemimpin memperdayakan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi di dalam komunitas kerajaan, seorang pemimpin memberdayakan yaitu membangun dan menumbuh kembangkan.

Melalui komunitas kerajaan, kita belajar segala hal untuk bisa melayani. Sebagaimana Sang Raja kita yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Ada proses yang harus kita jalani sehingga kita menjadi pemimpin yang memberi pengaruh dalam komunitas. Berbicara mengenai komunitas berarti lebih dari satu orang, Firman Tuhan mengatakan dalam Pengkhtbah 4:9-10 versi Bahasa Indonesia Masa Kini mengatakan:

(9) Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri. Kalau mereka bekerja, hasilnya akan lebih baik. (10) Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya. Tetapi kalau seorang jatuh, padahal ia sendirian, celakalah dia, karena tidak ada yang dapat menolongnya.

Sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak bisa sendiri, kita memerlukan sebuah komunitas yang sehat agar ada orang yang menegur, menasehati bahkan mendorong kita untuk maju. Tuhan bisa memakai siapapun untuk menegur dan mengingatkan kita tetapi orang-orang dalam komunitas yang sehatlah yang benar-benar tulus melakukannya. Jika kita mau sungguh-sungguh melayani Tuhan, jangan berbuat dosa. Tuhan sudah menyelamatkan dan menyucikan hidup kita, oleh sebab itu kita harus terus bertumbuh dalam komunitas yang sehat, yaitu:

KETERBUKAAN – AWAL DARI PEMULIHAN

Seringkali Firman Tuhan yang kita baca atau dengan menegur hidup kita. Kita harus jujur dan terbuka mengakui segala dosa dan kesalahan. Jangan kita hanya berdoa agar diberkati dan dipulihkan, tetapi ketika kita sungguh-sungguh hidup benar di hadapan Tuhan pasti kita diberkati. Berbicara berkat tidak saja berkaitan dengan materi tetapi juga berkat kesehatan, kesempatan melayani Tuhan dan bersaksi tentang kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

(13) Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. (14) Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka. (Amsal 28:13-14)

Hidup ini adalah pilihan, kita mau tetap di dalam dosa atau mau berbalik kepada Tuhan.

Di dalam komunitas yang sehat kita akan dibangun, sebab Firman Tuhan mengatakan Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah (Amsal 27:5-6). Memang ketika teguran itu ada dalam hidup kita, kita merasa tidak nyaman tetapi semuanya untuk kebaikan kita. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati dalam bergaul. Terbukalah ketika ditegur sehingga hidup kita bisa dipulihkan.

KEDEWASAAN PENUH – KEPENUHAN KRISTUS

(13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (Efesus 4:13-14)

Di dalam komunitas yang sehat kita harus bertumbuh meneladani Kristus dan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih. Gaya kepeminpinan Kristus adalah melayani (Servanthood Leadership). Di dalam komunitas akan ada gesekan, tetapi itu untuk memproses kita semakin dewasa sebab Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. (Amsal 27:17). Tajam itu lurus dan bertintegritas. Kita tidak boleh kompromi dengan nilai-nilai dunia. Sebagai orang yang dewasa kita harus mengerti prioritas yang benar di dalam hidup kita. Kita sudah dipanggil untuk menjadi orang yang merdeka dari dosa, tetapi janganlah memakai kemerdekaan  itu untuk terus-menerus melakukan apa saja yang ingin kita lakukan, sebaliknya, kita harus saling mengasihi dan saling melayani.

SALING MEMBANGUN – TEAM/UNITY

Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. (1 Tesalonika 5:11)

Kita harus hidup selalu dalam damai seorang dengan yang lain. Tidak ada lagi perselisihan dan pertengkaran, melainkan saling membangun satu dengan yang lain didalam komunitas. Jika kita ditegur jangan tersinggung, tetapi terima teguran itu dengan pola pikir yang positif untuk kebaikan kita. Mintalah tuntunan Tuhan senantiasa agar kita bisa sabar dan senantiasa melakukan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan.

Di dalam team setiap orang memiliki karunia yang berbeda-beda menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita. Apa yang sudah Tuhan percayakan di dalam hidup kita, kelola dengan benar sebab semuanya dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan.

Kita tidak bisa berjalan sendiri, kita memerlukan sebuah komunitas yang sehat untuk bertumbuh. Di dalam komunitas yang sehat ada keterbukaan, bersikap dewasa dan saling membangun satu dengan yang lainnya sehingga semakin ada kesatuan hati untuk bertumbuh bersama-sama dan memenangkan jiwa bagi Tuhan. Amin. (RCH)