Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Matius 20:28)
Kondisi material dan lingkungan sosial sangat mempengaruhi kesadaran manusia, dan hal ini juga menimpa murid-murid Yesus. Yesus telah mengajar mereka selama dua sampai tiga tahun, tetapi mereka tetap gagal memahami Kerajaaan Allah. Mereka berpikir bahwa Kerajaan Allah sama dengan kerajaan dunia. Ternyata murid-murid yang telah hidup bersama-sama dengan Yesus juga sulit berubah. Kita sering mengharapkan orang lain untuk berubah tapi ternyata tidak juga berubah, karena perubahan memerlukan anugerah dan memerlukan ‘waktu Tuhan’ dalam penggenapannya.
KONSEP MOTIVASI
Kita harus hidup bukan untuk misi pribadi, tetapi untuk misi Kerajaan Allah.
“SAMA seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani…”
Ada orang yang hidup tanpa tujuan.
Dr. Myles Munroe mengatakan tragedi terbesar dalam hidup bukanlah kematian, melainkan hidup tanpa suatu alasan.
Ada juga orang yang mempunyai tujuan, tapi tujuannya keliru.
Hidup hanya untuk senang-senang.
Hidup dengan tujuan ini menjadikan hingga hidup ‘kering’ dan kantong juga ‘kering’.
Orang yang suka bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang gemar kepada minyak dan anggur tidak akan menjadi kaya. (Amsal 21:17)
Hidup untuk menimbun kekayaan.
Yesus menyebutnya sebagai orang bodoh.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Lukas 12:19-21)
Hidup untuk kedudukan yang tinggi.
Contohnya seperti dilakukan anak-anak Zebedeus. Bahkan mereka memakai cara nepotisme, yaitu melalui ibunya yang merupakan kerabat dari Yesus.
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” (Matius 20:20-21)
Saling mendahului
Murid-murid yang lain marah, karena sebenarnya mereka juga saling mendahului untuk mendapatkan posisi yang sama.
Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
(Matius 20:24)
Siap menghadapi apa saja
Saat dipenuhi dengan ambisi untuk hal-hal fana dan duniawi, kita dengan mudah berkata “Kami siap menghadapi apa saja”, namun yang ironi adalah untuk hal-hal surgawi sikap kita berbeda.
Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” (Matius 20:22)
Tega mengorbankan siapa saja
Murid-murid melakukan seperti halnya politik di dunia, yaitu mengkhianati dan mengorbankan orang lain. Bahkan Yudas tega menjual Yesus senilai 30 uang perak demi mencapai tujuannya.
Yesus adalah ‘role model’ kita.
“SAMA seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani…” (Matius 20:28)
Mari periksa diri kita. Saat kita berkata Yesus adalah junjungan kita, apakah misi kita adalah misi pribadi, atau misi Tuhan?
“Murid Kristus yang hidup hanya untuk misi pribadi bukan untuk misi Kerajaan Allah adalah suatu pemberontakan terhadap Kristus.”
Kita perlu membuat komitmen di tengah banyaknya godaan dan tantangan dalam hidup:
“Saya diutus di dunia ini bukan untuk mengerjakan misi pribadi saya tetapi untuk mengerjakan misi Kerajaan Allah”.
Kenali cara bermisi bagi Kerajaan Allah.
Ada perbedaan besar antara orang Kristen yang SEJATI dan TIDAK SEJATI.
Orang Kristen yang TIDAK SEJATI akan memulai dari diri sendiri:
Apa yang saya akan kerjakan?
Bagaimana saya mengerjakannya?
Saya mau posisi itu.
Siapa yang saya akan nikahi?
Orang Kristen SEJATI akan memulai segala sesuatu dari Tuhan:
Apa yang Tuhan mau saya kerjakan?
Bagaimana cara Tuhan untuk mengerjakannya?
Tuhan mau saya di posisi apa?
Tuhan mau saya menikah dengan siapa?
KONSEP TINDAKAN
“Bukan untuk dilayani”. Jangan berfokus pada kesenangan pribadi.
Jika berfokus pada kesenangan pribadi, maka kita akan semakin tumpul dalam memberi dampak Kerajaan Allah bagi orang lain, kita akan semakin sulit berempati pada kebutuhan orang lain dan ada kesenjangan di dalam hubungan.
“Untuk melayani”, sehingga tidak melihat orang lain untuk kepuasan, tetapi sebagai tujuan pelayanan itu sendiri.
Kerajaan Allah bukan mengenai seberapa banyak yang kita dapatkan, tetapi apa yang kita berikan bagi keselamatan, pemulihan, pertumbuhan banyak orang di dalam Tuhan. Dari tokoh Toyohiko Kagawa kita belajar bahwa Allah tinggal di antara umat manusia yang paling hina. Ia duduk di atas tumpukan debu, di tengah para tawanan penjara, orang sakit, pengangguran.
“Kerelaan untuk membayar harga”
Sebagaimana Yesus yang memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Mungkin ada air mata dan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Bersukacitalah, karena itulah jalan yang ditempuh oleh Tuhan.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (Matius 20:26-27)
Amin. (VW)