KUASAI DIRIMU KETIKA DI DALAM PENDERITAAN

KUASAI DIRIMU KETIKA DI DALAM PENDERITAAN 

Bacaan Setahun: 
Zakh. 13-14 , 2 Taw. 35-36,  Ezra 1 

“Tetapi bila aku berbicara, penderitaanku tidak menjadi ringan, dan bila aku berdiam diri, apakah yang hilang dari padaku?” (Ayub 16:6)

Hal penguasaan diri ternyata tidak hanya berlaku dalam hal hawa nafsu, amarah, dan ketidak sabaran. Ada yang lebih esensi dari penguasaan diri, yaitu ketika Anda diijinkan mengalami penderitaan. Kegagalan dalam penguasaan diri sering ditemukan ketika seseorang berada di dalam penderitaan.

Tiga penyebab penderitaan: Kutuk, Dosa, Diijinkan Tuhan. Penderitaan akibat kutuk dan dosa merupakan kelalaian atau kegagalan manusia di dalam melakukan firman Tuhan. Namun, penderitaan karena diijinkan Tuhan, merupakan cara Allah untuk membentuk atau memproses kita supaya rencana Allah digenapi di dalam hidup kita.

Nah, kapan penguasaan diri itu berfungsi ketika kita diijinkan Tuhan mengalami penderitaan? Waktu kita tetap berprasangka baik kepada Tuhan, waktu kita tetap tabah menghadapi penderitaan, waktu mulut kita tidak ngomel atau mengeluh tentang penderitaan kita, waktu hati kita tidak marah sama Tuhan akibat penderitaan tersebut.

Ayub, seorang yang saleh, benar, dan takut akan Tuhan. Kendati demikian ia tidak luput melakukan kesalahan di hadapan Tuhan waktu ia mengalami penderitaan bertubi-tubi. Ayub tidak dapat menguasai ’emosinya’ sampai ada kalimat seperti ini keluar dari mulutnya; “Aku bicara saja penderitaanku tidak menjadi ringan, apalagi kalau aku diam..apakah yang hilang dari padaku?” Ayub seolah menegaskan bahwa mau dia protes atau tidak, tidak akan mengubah kondisinya di dalam penderitaan.

Logika kita pun bermain ketika membaca kisah hidup Ayub. Orang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan, bisa mengalami cobaan bertubi-tubi. Di mana Tuhan? Di mana keadilan Tuhan? Apa Ayub tidak salah sembah Tuhan? Kita yang tidak ikut mengalami penderitaan Ayub saja, bisa tersulut emosi mempertanyakan keberadaan Allah dalam kondisi Ayub saat itu. Inilah bukti betapa penguasaan diri itu masih minim ketika kita ada di dalam penderitaan.

Ternyata, penderitaan itu diijinkan datang di dalam hidup seseorang, bukan saja untuk menguji imannya, melainkan juga untuk belajar menguasai diri, terutama dalam hal perkataan. Mulut kita lebih cepat bereaksi ketimbang hati dan pikiran kita menimbangnya terlebih dahulu. Mulut kita lebih mudah mengeluh, ngomel, bahkan menyalahkan Tuhan. Ketahuilah, semakin sedikit kita ngomel, mengeluh, semakin kita bisa menikmati proses penderitaan itu. Hidup kita bisa jadi berkat dan memuliakan nama Tuhan. (LA)

Questions:
1. Sebutkan 3 hal penyebab penderitaan?
2. Ketika kita ada di dalam penderitaan, kapankah penguasaan diri itu berfungsi?

Values:
Salah satu manifestasi buah roh adalah dapat menguasai diri, termasuk ketika berada di dalam penderitaan.

Kingdom’s Quotes:
Anda sedang di dalam penderitaan? Hadapi dengan tenang dan senyuman.