KuasaNya Menyalakan Rohku | Pdt. Dr. Pudjo Setoto Abednego

(15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”, (16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”, (18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”, (19) Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”  (Yohanes 21:15-19)

Beberapa waktu lalu kita merayakan Jumat Agung dan Minggu Paskah sebagai momentum wafat dan kebangkitan Kristus atas maut. Pada hari yang berbahagia ini, Tuhan hendak menyalakan setiap Roh daripada umat-Nya di hadapan-Nya agar umat Allah sentiasa semangat dalam mengiringi dan melayani Allah berdasarkan kasih kepada-Nya. Dalam Bacaan Injil diatas, kita melihat bahwa Roh daripada Rasul Petrus yang mulai padam, dan Yesus mulai menyalakan kembali rohnya agar dia melayani Allah dengan penuh kasih. Dari kisah ini kita belajar dari kehdupan Simon Petrus agar roh kita tetap menyala-nyala melayani Tuhan.

SEBUTAN NAMA “SIMON”

Tuhan Yesus yang sudah bangkit menyebut nama    “Simon” sampai tiga kali. Mengapa Tuhan hanya menyebut nama Simon tanpa disertai nama lengkapnya yaitu “Petrus”? Tuhan ingin menyadarkan kondisi Petrus     yang saat itu sedang lemah, tidak seperti “Petros” (batu karang yang kokoh). Nama Simon artinya “setangkai lalang”, tidak ada harganya, tidak ada manfaatnya, terlalu lemah. Jadi Tuhan ingin berbicara kepada Petrus: “Hai Petrus, mengapa engkau begitu lemah saat ini? mengapa engkau yang tadinya kokoh sekarang menjadi lemah tak berdaya?

Sebagai Umat Allah, kita harus waspada di tengah akhir zaman yang penuh dengan tantangan dan aniaya. Banyak umat Kristen yang mulai meninggalkan Yesus karena berbagai alasan. Mereka juga menghina Alkitab sebagai kitab suci dan Kristus sebagai Tuhan. hal-hal ini terjadi karena kuasa jahat mencengkram kehidupan orang percaya sehingga mereka berpaling kepada kejahatan dan melemahkan iman kita.

PERINGATAN TUHAN SEBELUMNYA

(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea. (33) Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”, (34) Yesus berkata kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. (35) Kata Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lainpun berkata demikian juga. (Matius 26:31-35)

Tuhan Yesus memperingatkan Rasul Petrus bahwa dia akan menyangkal-Nya sebanyak tiga kali.  Peringatan ini bukan menjadikan Petrus sadar dan waspada tetapi malah membuat dia sesumbar dengan berkata: Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Kenyataannya, apa yang dia ucapkan berbeda dengan apa yang dilakukan. Petrus justru menyangkal dan menghianati Tuhan Yesus. Petrus menjadi lemah dan rapuh imannya, ia bukan lagi Petros (batu karang) tetapi Simon (setangkai lalang).

KUASA KEBANGKITAN YESUS MENYALAKAN KEMBALI SEMANGAT PETRUS

Sangat menarik tiga kali Tuhan Yesus bertanya kepada Simon: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Kata kasih pada lpertanyaan yang pertama dan kedua dipakai kata  “agape” yaitu kasih tanpa syarat. Tuhan menuntut kasih agape, tetapi kasih yang dimiliki Simon adalah “kasih philea” yaitu kasih persahabatan. Akhirnya pertanyaan ke tiga Tuhan tidak lagi pakai istilah agape tetapi philea. Petrus sangat sedih dengan jujur ia mengakui bahwa kenyataannya dia hanya mampu mengasihi Tuhan dengan kasih philea.

TUHAN YESUS MENYALAKAN KEMBALI KASIH PETRUS YANG PADAM

Tuhan Yesus melepaskan pengampunan atas dosa penghianatan yang dilakukan oleh Petrus kepada-Nya. Tuhan menerima kembali Simon apa adanya, kuasa kebangkitan Kristus memulihkan Simon. Simon tidak ditolak atau diusir oleh Tuhan, tetapi Tuhan memberi kepercayaan untuk melayani. Tuhan Yesus memberikan kepercayaan kepada Simon Petrus untuk menggembalakan domba-domba Allah. Dan Tuhan juga memenuhi Simon Petrus dengan Roh Kudus sehingga rohnya berkobar-kobar melayani Tuhan. Bahkah setelah hari raya Pentakosta ketika Simon Petrus berkhotbah ada tiga ribu orang yang bertobat. (AHP)