Leading as Influencer in My Church | Pdt. Eluzai Frengky Utana

Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
(Galatia 6:10)

Gereja adalah tempat kita tertanam untuk bertumbuh dan berbuah, bahkan berbuah lebat. Gereja adalah kumpulan orang percaya yang bersedia diproses menjadi serupa dengan Yesus. Ciri-ciri gereja yang baik adalah adanya kepemimpinan Yesus melalui para penatua dan gembala; Yesus hidup di dalamnya sehingga yang sakit menjadi sembuh, yang tertekan dilepaskan, dan terjadi berbagai pemulihan dalam hidup mereka; serta Firman Tuhan menjadi dasar yang diutamakan dan kasih Yesus terwujud secara nyata di tengah hidup mereka.

Untuk menjadi influencer di dalam gereja, kita perlu melatih gaya hidup berikut ini:

SALING MEMBANGUN DAN SELALU WASPADA

Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.   Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. (Galatia 6:1-2)

Jangan menghakimi atau mengusir orang yang melakukan pelanggaran. Jangan memaksa. Hargailah kehendak bebas seseorang. Membangun itu menasehati, menghibur, mengajar, mendidik. Sebagai pengajar atau pendidik, waspadalah karena masalah yang sama bisa menyerang diri kita. Hidup seorang konselor pun bisa babak belur. Waspadalah atas perkataan dan sikap kita. Masalah dan tantangan akan selalu ada. Karena itu harus selalu waspada dalam berbagai masalah hubungan di keluarga, dalam hal kesehatan, dan sebagainya.

TIDAK SOMBO (TIDAK SOMBONG DAN BOHONG)

Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. (Galatia 6:3)

 

Saat kita menyerahkan diri kepada Tuhan, berarti kita telah menukar kesombongan dan keegoisan kita dengan kerendahan hati. Memiliki hati hamba untuk melayani. Di balik setiap dosa pasti ada kebohongan.  Seringkali orang memakai kebohongan untuk mendapatkan banyak pengikut. Suatu kebenaran sekalipun sedikit, tetap merupakan kebenaran. Kebenaran itu apa adanya tetapi munafik itu ada apanya. Lebih baik kita dibenci karena berkata jujur dan hidup berintegritas daripada dikasihi karena kita berbohong.

MAU DIKOREKSI TANPA MEMBANDINGKAN

Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. (Galatia 6: 4-5)

Kalau hari ini kita bisa hidup dalam kebenaran, itu hanyalah anugerah Tuhan. Janganlah berbangga. Ujilah diri kita. Jika ada kesalahan yang kita perbuat, akuilah dan jangan melemparkan kepada orang lain. Kadang kita membandingkan dengan orang lain karena kita mempunyai alasan. Hanya orang bodoh yang membenci koreksi. Terimalah koreksi  dari Firman dan lakukan. Jika kita bersedia dikoreksi dasarnya adalah karena kita mengasihi Tuhan. Orang mengoreksi kita karena ingin kita lebih baik, bukan menghancurkan.

Itulah pentingnya kita tertanam di gereja lokal. Gereja lokal itu ibarat burung rajawali yang memiliki dua sayap. Sayap yang pertama adalah ibadah raya, yang kedua adalah komunitas sel. Kepala rajawali gambaran dari pembinaan. Badannya gambaran dari pelatihan. Siaplah dikoreksi dalam segala bidang dan janganlah mengejar hasil, tetapi kejarlah sumber yaitu Yesus Tuhan.

SUKA MEMBERKATI DAN MEMPERHATIKAN HUKUM TABUR TUAI

Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. (Galatia 6:6-8)

Prinsip tabur tuai bukan hanya tentang finansial, tetapi juga spiritual, karakter, bahkan kesehatan. Jika kita memiliki kesehatan yang baik, keluarga yang harmonis, bagikanlah rahasianya kepada orang lain.  Membagikan apa yang kita punyai kepada orang yang belum mempunyai adalah suatu taburan. Dasar kita menabur adalah karena mengasihi Tuhan, dengan sukacita, bukan karena terpaksa. Setelah menabur, janganlah mengomel di belakang. Orang yang diberkati dikenal dari apa yang diberikan, bukan dari apa yang disimpan. Semakin kita memberi, maka kita akan semakin bisa menikmati apa yang kita miliki.

SELAGI ADA KESEMPATAN SELALU MENABUR KEBENARAN

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galatia 6:9-10)

Selagi ada kesempatan teruslah menabur kebenaran. Kebenaran bisa saja ditolak, dihina, dilecehkan disalah mengerti, namun kebenaran tidak akan pernah bisa dikalahkan, karena kebenaran adalah Yesus Kristus Tuhan sendiri, yang berkata, Akulah jalan, kebenaran dan hidup.

Mari terus membangun hidup yang menjadi pengaruh. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (VW)