BUKAN MEMERINTAH MELAINKAN MELAYANI
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Matius 20:28)
Tuhan Yesus memberikan teladan, bahwa kita hidup tidak untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Apapun pelayanan yang kita lakukan di gereja, kita sedang melayani tubuh Kristus. Bahkan Tuhan Yesus memberikan teladan untuk ‘memberikan nyawa’-Nya yang artinya membuat keputusan untuk rela mati bagi kedagingan kita, yaitu menjadi umat pilihan, umat yang kudus bagi Allah, ‘imamat yang rajani’, di mana sebagai imam kita bertugas mewakili Tuhan, dan sebagai raja artinya menjadi pengaruh di tempat kita berada. (1 Petrus 2:9)
PENGHALANG UNTUK MENJADI ‘INFLUENCER’ DALAM KOMUNITAS
Belajar dari kisah bagaimana ibu Yohanes dan Yakobus meminta kedudukan bagi anak-anaknya, tetapi Yesus menjelaskan bahwa jika kita mau menjadi besar dan memberikan pengaruh (Influencer) hendaklah kita memiliki hati hamba yang melayani. Ada penghalang-penghalang untuk menjadi influencer dalam komunitas adalah:
Mengutamakan Kedudukan
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” (Matius 20:20-21)
Murid-murid Yesus pada saat itu sudah tertanam, tetapi mereka tidak berakar. Hari demi hari mereka bertengkar untuk mendapatkan kedudukan yang utama. Sebaliknya, tanda pertama seseorang sungguh-sungguh melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya adalah mampu menempatkan orang lain di depan. Perbedaan hamba kebenaran dengan hamba dosa adalah: hamba kebenaran yang sejati akan tetap melayani, entah ia menerima sesuatu kedudukan atau tidak. Ujian dalam pelayanan bukanlah keberhasilan, tapi kesetiaan dalam Tuhan.
Tidak Mengerti Tujuan dari Proses
Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” (Matius 20:22-23)
Setiap kejadian dalam hidup kita diizinkan Tuhan untuk memproses agar iman kita semakin berotot. Hidup kita ibarat sebuah sarung tangan, yang hanya bisa berfungsi jika ada tangan (Yesus) yang bergerak di dalamnya. Sarung tangan tidak pernah ribut, tetapi diam dan mati. Ini menggambarkan bahwa untuk bisa dipakai Tuhan kita harus mati bagi kedagingan kita, dan hanya bergerak sesuai apa kata Firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata bahwa memberi lebih baik daripada menerima. Salah satu tindakan memberi yang terpenting adalah memberi kesaksian, yaitu menceritakan bagaimana perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidup kita.
Adanya Persaingan
Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
(Matius 20:24)
Dalam pelayanan di gereja sering terjadi like and dislike. Kepada orang yang disukai diberi kesempatan pelayanan dan orang yang tidak disukai tidak diberikan kesempatan pelayanan. Bahkan dalam perubahan-perubahan susunan organisasipun sering terjadi banyak masalah. Ketika posisi kita digeser dan diganti orang lain, seharusnya kita tidak ambil pusing, karena semua posisi seharusnya murni untuk memuliakan Tuhan.
Cepat Menghakimi dan Mengintimidasi
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.(Matius 20:25)
Jika ada hal-hal menyimpang yang dilakukan oleh orang yang ada dalam lingkup tanggung jawab kita, seharusnya kita tidak cepat-cepat menghakimi dan mengintimidasi. Sebaliknya diselidiki dan dipastikan dulu masalahnya, sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat, misalnya dengan cara mengajar dan memberikan didikan yang sepantasnya. Bukan dengan cara tangan besi atau menggunakan kekerasan yang semena-mena.
Menganggap Diri sebagai Bos
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:26-28)
Penghalang lainnya adalah menganggap diri sebagai bos, lalu memamerkan kekuatannya sendiri. Ketika kita mengerjakan sesuatu untuk kemuliaan Tuhan, jika terjadi penolakan, janganlah menghadapinya dengan kekuatan sendiri, tetapi percayalah bahwa pembelaan akan datang dari Tuhan. Perbedaan antara seorang bos dan pemimpin adalah bos mempekerjakan bawahan, tetapi seorang pemimpin menginspirasi bawahan. Seorang bos menuntut rasa hormat, sebaliknya seorang pemimpin dalam Tuhan memancarkan kasih dan rasa segan.
Jika penghalang-penghalang ini kita singkirkan dari hidup kita, maka kita akan menjadi pemberi pengaruh yang sejati dan efektif di dalam komunitas kita. Amin. (VW)