LEBIH MENGUTAMAKAN ORANG LAIN
Bacaan Setahun:
Rm. 11:25-36
1 Sam. 21-22
Mzm. 66
“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri, dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:3-4)
Natur manusia berdosa adalah egois. Manusia lama kita seringkali menuntut kenyamanan bagi diri sendiri alias egois dan ketika berbuat salah akan berusaha mencari orang lain untuk bisa dipersalahkan. Inilah akibat dosa. Seperti yang tercatat di dalam Kejadian 3:11-13, “Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
Sifat lain manusia adalah senang dipuji. Firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk tidak mencari pujian yang sia-sia. Apakah artinya pujian yang sia-sia? Pujian yang tidak memiliki nilai kekal. Pujian sementara yang berasal dari manusia. Banyak orang mau menunjukkan dirinya sebagai orang yang layak menerima pujian. Namun Firman Tuhan dalam Roma 2:29 berkata “Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.”
Tidak perlu kita menampakkan kesucian ataupun kehebatan kita hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia. Apalagi di zaman sekarang, orang bisa menunjukkan kebaikan dirinya kepada seluruh dunia melalui medsos. Mari lakukan setiap Firman Tuhan dengan hati yang tulus. Biarlah hidup kita menyenangkan hati Allah saja.
Dalam Filipi. 2:4 ada kata “sebaliknya” yang menunjukkan adanya kontradiksi dari sifat manusia pada umumnya. Diperlukan usaha atau keputusan hati untuk mau dengan rendah hati, menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. Mungkin ini dianggap bodoh oleh dunia karena tidak biasanya manusia “rela berkorban” untuk kepentingan orang lain dan menganggap orang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. Yesus telah menunjukkan contoh hidup yang tidak mementingkan diri sendiri. Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya di surga untuk datang ke dunia dan mati disalib untuk menebus dosa-dosa kita. Ia telah menunjukkan kasih yang tak terbatas dan mengutamakan kepentingan kita di atas kepentingan-Nya Sendiri.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup meneladani kehidupan Tuhan kita, Yesus Kristus. Filipi 2:3-4 ini mengingatkan kita untuk belajar menyangkal diri sendiri dan mulai memikirkan kepentingan orang lain. (RJ)
Questions:
1. Apakah kita dapat meneladani Yesus dalam hidup tidak mementingkan diri sendiri?
2. Bagaimana kita dapat mengutamakan orang lain dalam kehidupan sehari-hari?
Values:
Hanya orang yang rendah hati yang mampu mengutamakan kepentingan orang lain.
Kingdom Quotes:
Jadikan Yesus Kristus sebagai panutan hidup tidak mementingkan diri sendiri.