Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya. (Yeremia29:11)
Sebagai orang tua, tugas kita adalah mendidik anak-anak kita agar hidup mereka memberikan ketentraman dan sukacita.
Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Amsal 29:17)
Demikian juga sampai hari ini Tuhan masih mendidik kehidupan kita melalui berbagai macam masalah dan persoalan yang kita alami, agar hidup kita dapat memberikan ketentraman dan sukacita bagi orang-orang di sekitar kita. Memang tidak mudah untuk merubah perilaku dan kebiasaan yang sudah ada dalam kehidupan kita, tetapi waktu Tuhan adalah yang terbaik. Saat inilah waktu untuk kita mulai berubah dari kebiasaan dan perilaku kita yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Ketika kita berbalik kepada Tuhan dan menyatakan bahwa Dialah satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat dalam kehidupan kita maka waktu Tuhan akan nyata dalam hidup kita. Kita harus mampu mengembangkan diri kita dan anak-anak kita, artinya kita membuat aktif dan mendorong diri kita dan anak-anak kita kepada suatu pertumbuhan, baik secara jasmani, rohani dan karakter sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Kita akan belajar dari kisah dalam 2 SAMUEL 6:1–12, bagaimana kita memberikan warisan rohani dan mengembangkan diri kita dan anak-anak kta untuk hidup berkenan kepada Tuhan. Kisah ini diawali ketika Raja Daud mengumpulkan semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya untuk mengangkut dari Baale – Yehuda tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim. Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu. Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap. Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, lembu-lembu yang menarik kereta itu tergelincir. Uza yang berjalan di samping tabut Allah itu, mengulurkan tangannya kepada tabut Allah. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. Daud menjadi marah, karena TUHAN telah menyambar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang.
Tabut Perjanjian merupakan simbol hadirat Tuhan, diawali ada kerinduan dari Raja Daud untuk memindahkan tabut itu dari tempat musuh ke Yerusalem. Jika hidup kita ingin dikembangkan milikilah kerinduan untuk berubah.
Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada TUHAN, lalu katanya: “Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku? Sebab itu Daud tidak mau memindahkan tabut TUHAN itu ke tempatnya, ke kota Daud, tetapi Daud menyimpang dan membawanya ke rumah Obed-Edom, orang Gat itu. Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.
Jika kita bandingkan dengan kisah dalam 1 Samuel 7:1-2, Tabut Allah itu pernah berada di tempat Abinadab selama dua puluh tahun dan Eleazar anaknya mereka kuduskan untuk menjaga tabut Tuhan itu tetapi seluruh kaum Israel mengeluh kepada Tuhan.
Suatu perbedaan yang sangat kontras antara Obed-Edom dan Abinadab dimana mereka sama-sama dekat dengan hadirat Tuhan, mereka sama-sama menjaga tabut Tuhan tetapi sekalipun hanya tiga bulan di tempat Obed-Edom, Tuhan memberkati memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.
Demikian juga dengan hidup kita yang memiliki status sebagai warga Kerajaan Allah, apakah Tuhan benar-benar tinggal dalam hati kita dan memerintah atas hidup kita? Apakah kita senantiasa merindukan hadirat Tuhan senantiasa memenuhi hidup kita. Kita harus mengembangkan hidup kita sehingga ada warisan rohani (legacy) yang bisa kita berikan kepada generasi kita. Obed-Edom memiliki rasa hormat dan takut akan Tuhan sehingga hidupnya diberkati. Sikap takut akan Tuhan menjadi teladan dan legacy bagi anak-anaknya sehingga seisi rumahnya diberkati. Jadi Legacy yang bisa kita berikan kepada anak cucu kita adalah takut akan Tuhan dan keteladanan. Amin. (RCH).