Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1 Timotius 4:13-16)
Kata ‘sementara itu’ pada ayat di atas menggambarkan sebuah masa pertumbuhan atau sebuah ruang tunggu. Ini menggambarkan hal-hal yang harus dilakukan sebagai orang percaya, sehingga kita memiliki keserupaan dengan Kristus, menjadi imamat yang rajani, memiliki karakter yang sama ketika berada di dalam maupun di luar gedung gereja dan menjadi perwakilan Kerajaan Allah di muka bumi sebagaimana visi gereja.
Juga ada kata jangan ‘lalai’ yang dalam bahasa aslinya ‘ameleo’ artinya ‘menganggap enteng’ atau ‘tidak memprioritaskan’ karunia Allah yang ada dalam hidup kita. Juga ada kata ‘kemajuanmu’ yang berbicara tentang perubahan kita kepada karakter kehidupan yang lebih baik, misalnya dari sifat egosentris kepada Christ-centered life.
Bagaimana caranya agar kita dapat mengerjakan tugas dengan baik?
Awasi dirimu sendiri
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
(Mazmur 139:23-24)
Coba kita cek, apakah selama ini kita lebih banyak mengawasi diri sendiri atau justru mengawasi orang lain? Dalam kenyataannya kita banyak mencurahkan waktu, energi dan pikiran untuk mengawasi orang lain. Ini harus diubah agar sejalan dengan Firman Tuhan.
Beberapa hal yang perlu kita ingat:
SEJATI = SElalu JAga haTI.
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23).
Kita harus menjaga hati agar sampah-sampah kebencian, kemarahan, iri hati, luka hati tidak masuk ke dalam hati kita. Jika kita mengizinkan luka hati masuk dan tinggal dalam hati kita, maka kita akan cenderung melukai orang lain.
SENJATA = SENantiasa JAga maTA.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (Matius 6:22-23).
Dari mata timbul berbagai godaan untuk membandingkan diri dengan orang lain, sehingga timbul iri hati. Dari mata juga dapat timbul godaan untuk berbelanja barang-barang yang tidak perlu.
SEJARAH = SElalu JAga amaRAH.
Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
(Yakobus 1:20)
Menjaga amarah juga berarti menjaga emosi. Jika amarah dibiarkan tanpa dikendalikan, maka tekanan darah akan naik, yang berujung kepada stroke dan stop yaitu berakhirnya kehidupan. Bahkan kemarahan yang dipendam juga dapat sangat merusak.
Awasi ajaranmu
Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
(1 Petrus 4:11)
Pada saat berbicara kepada siapapun, berbicaralah sebagai orang yang menyampaikan firman Allah. Jangan biarkan mulut kita mengeluarkan racun atau kata-kata kutuk. Sebagai contoh, saat orang tua menghadapi anak-anak yang belum sempurna (melakukan kesalahan), jangan pernah mengeluarkan kata-kata penghakiman kepada mereka, tapi teruslah memperkatakan kata-kata berkat atas mereka.
Awasi komunitasmu
Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
(1 korintus 15:33)
Awasi dengan siapa kita berteman. Ada pepatah mengatakan “Show me your friends and I will tell you your future”. Bagi orang tua, sangat penting untuk mengawasi dengan siapa anak-anak mereka berteman. Anak-anak jangan sampai dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari teman-teman mereka, namun sebaliknya anak-anak harus menjadi terang dan garam bagi lingkungan mereka.
Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” (Lukas 13: 20-21)
Ayat ini mengatakan bahwa bukan ragi yang terkena dampak dari tepung, sebaliknya tepunglah yang terkena dampak oleh ragi, sekalipun ragi jumlahnya sangat sedikit. Demikian juga kita sebagai pengikut Kristus, kita harus menjadikan Kristus sebagai teladan dan Alkitab sebagai landasan nilai-nilai kehidupan kita. Dengan demikian kita tidak lagi diatur oleh budaya/tradisi nenek moyang kita, namun hidup kita diatur oleh kebenaran yang sejati. Untuk menjadikan Kristus sebagai teladan kebenaran yang sejati memang kita harus membayar harga, yaitu belajar untuk lemah lembut dan rendah hati, namun pada akhirnya ini akan mendatangkan kelegaan dan damai sejahtera. Dengan demikian hidup kita mengalami berkat yang sejati dan menjadi berkat bagi sesama. Amin. (VW)