LIVING WATER | Ps. Alemu Beeftu

tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
(YOHANES 4:10)

Kisah dalam Yohanes 4:7-14 adalah kisah perjumpaan Yesus dengan seorang wanita Samaria yang sedang menimba air di sumur Yakub. Menurut budaya Yahudi, kerajaan Selatan dan kerajaan Utara tidak memiliki komunikasi yang baik sejak masa sesudah pemerintahan raja Salomo. Kerajaan Utara memiliki ibukota Samaria dan kerajaan Selatan (Yehuda) di Yerusalem. Kerajaan Utara terlibat dengan penyembahan berhala yang sangat keji di mata Tuhan. Mereka tidak lagi menyembah kepada Allah Israel, bahkan mereka melakukan kawin campur dengan bangsa-bangsa lain penyembah berhala. Sementara itu kerajaan Selatan sedang menanti-nantikan Mesias sehingga mereka memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Kerajaan Utara dan hal ini menjadi isu etnis yang berkelanjutan. Orang-orang Yahudi memandang rendah orang-orang Samaria, sehingga orang-orang Yehuda  tidak mau melewati Samaria ketika hendak ke Yerusalem.

Yesus sengaja melewati daerah Samaria, sebuah jalan yang tidak poluler dan tidak disukai oleh murid-murid-Nya. Butuh waktu 3 hari perjalanan untuk melintasi daerah Samaria. Sampai suatu ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sumur Yakub. Sumur yang sudah ada sejak berabad-abad dimana Yakub dan anak-anaknya minum dari mata air itu. Yesus merasa lapar dan lelah. Murid-murid pergi ke kota untuk membeli makanan. Yesus tetap menunggu di sumur Yakub karena Ia memiliki rencana yang besar bagi penduduk Samaria. Ia harus mematahkan kutuk penyembahan berhala, kebencian dan penolakan yang sudah dibangun selama berabad-abad. 

Setiap orang yang mengambil air dari sumur itu biasanya datang di waktu pagi, karena daerah padang gurun sangat terik di siang hari. Di waktu pagi, air juga masih murni dan segar sehingga tidak ada orang yang menimba air di siang hari. Hari itu kira-kira pukul dua belas ada seorang wanita Samaria yang sedang menimba air. Ia tidak datang pagi-pagi karena ia ditolak  dan dikucilkan oleh masyarakat. Tidak ada orang yang respek dengannya karena ia tergolong orang yang tidak setia, berganti-ganti suami dan melakukan tindakan asusila. Selain kehausan secara jasmani yang membuatnya harus kembali menimba air di sumur itu, wanita ini juga memiliki kehausan yang tidak pernah terpuaskan oleh semua tindakannya.

Hari itu berbeda dengan hari-hari sebelumnya karena wanita ini sangat berharga di mata Tuhan. Perjumpaannya dengan Yesus merupakan suatu hal yang tidak lazim. Yesus yang seorang Yahudi meminta minum kepada wanita Samaria ini. Yesus berkata kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Ketika wanita itu memberikan air sumur maka Yesus menggantikannya dengan air hidup.

Yesus tahu apa yang wanita ini inginkan dan miliki dalam hidupnya. Ketika wanita ini memberikan yang Yesus minta maka Yesus memberikan air hidup yang dimiliki-Nya. Air hidup yang Yesus berikan memuaskan dahaga wanita ini dan mampu mengubah hidup seorang wanita penyembah berhala yang mencari kepuasan menjadi seorang pemberita Injil yang mengubahkan sebuah bangsa. Yesus memberikan identitas baru kepada wanita ini melalui perjumpaannya dengan Yesus. Wanita yang tertolak memiliki arah hidup yang baru, tidak lagi tentang kebutuhan diri sendiri tetapi bagaimana ia bergerak menjadi dampak bagi orang lain dan bangsanya. Wanita itu  meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ tentang Yesus sehingga semua orang datang kepada Yesus.

Tanpa air hidup, apapun yang kita lakukan tidak akan dapat memuaskan hidup dan menghapuskan dahaga kita. Seringkali kita harus mengulang hal-hal yang sama dan hidup kita tidak memiliki dampak.  Kita harus beralih dari air sumur kepada air hidup (living water). Sumur sudah ada di sana, tetapi air hidup bukan apa yang kita lakukan tetapi akan memancar keluar karena Tuhan yang melakukannya. Jika kita melihat air kehidupan, kita sedang melihat kuasa Tuhan, kreativitas Tuhan dan karya Tuhan dalam hidup kita. Berikan kepada Yesus air sumur, yaitu kegagalan, rasa malu, rasa bersalah dan pengalaman masa lalu kita maka Ia akan menggantikan nya dengan air kehidupan yang akan memuaskan hidup kita. Segala kegagalan, ketertolakan, rasa malu dan masa lalu yang kelam bukanlah rencana Tuhan dalam hidup kita. Bawalah semua itu kepada Tuhan dan ia akan menggantikannya dengan kehidupan.

Harus ada kehausan dalam hidup kita agar bisa menerima air hidup dan mendapatkan apa yang Tuhan sediakan. Ambil keputusan untuk meninggalkan sumur dan menuju air hidup. Tinggalkan kebiasaan yang sering kita lakukan dan kesuksesan masa lalu kepada berkat-berkat baru di masa depan dan hidup kita menjadi dampak bagi orang lain, masyarakat dan bangsa ini. Tuhan Yesus memberkati. (RCH)