Kita diciptakan Tuhan menjadi manusia tentu ada maksud Tuhan. Kita akan bersama-sama memahami tujuan Tuhan menciptakan manusia. Kita akan membaca dari kisah perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati di dalam Lukas 10:25-37. Kisah ini menggambarkan pikiran dan perasaan di dalam Yesus Kristus yang 100% manusia dan 100% Allah sesuai yang tertulis di Filipi pasal 2. Mari kita belajar menaruh pikiran dan perasaan yang ada di dalam Yesus Kristus dalam hidup ini. Tahun 2024 adalah Tahun the Kingdom Influence. Ada tiga pertanyaan sebagai tanda kita berdampak bagi orang lain.
“Apa orang lain mendapat pertolongan dengan mengenal kita?”
“Apakah dengan mengenal hidup kita, mereka tertantang untuk menjadi yang terbaik sesuai dengan panggilan hidup mereka?”
“Apakah dengan mengenal kita, hubungan mereka dengan Tuhan diperbaiki dan lebih stabil?”
Kita harus memiliki “Kuasa Mengangkat Beban” yaitu menolong orang yang berbeban sehingga orang tersebut menjadi kuat mengangkat beban mereka ketika bertemu dengan kita. Jadi, ketergantungan dengan kita tidaklah melekat. Perlu kuasa illahi, hikmat ilahi dan iman percaya untuk bisa menjadi dampak. Sebab Firman Tuhan berkata, “Di luar Aku, engkau tidak dapat melakukan apa-apa” Menjadi influencer membutuhkan hubungan yang erat antara kita dan Tuhan.
Apa impian Tuhan bagi manusia? Tuhan sudah menciptakan manusia segambar dengan rupa Allah. Secara alami manusia pertama memiliki kehidupan ilahi. Setelah kejatuhan manusia dalam dosa, mimpi Tuhan hanya satu yaitu manusia baru. Mimpi ini bukan suatu mimpi sorgawi tapi mimpi yang membumi. Mimpi Tuhan itu “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu.” Kasih Allah akan manusia begitu besar sehingga Allah merelakan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa seluruh umat manusia di atas kayu salib. Manusia impian Allah adalah manusia sejati yang memiliki nafas hidup illahi. Sekarang manusia ilahi hanya bisa terjadi ketika manusia bertobat, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat sehingga manusia itu disebut sebagai the Chosen Generation. “Tetapi semua orang yang menerimanya diberinya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya.” (Yoh. 1:12).
Yesus Kristus berinkarnasi menjadi manusia. Inkarnasi adalah manusia sebagai wadah, kendaraan untuk mencapai tujuan illahi. Inkarnasi adalah level baru untuk mewujudkan restorasi hubungan antara pencipta dan ciptaan-nya. Sang Pencipta mengambil keputusan untuk memasuki alam ciptaan-Nya. Sang Kekal memilih masuk dari kekekalan ke dalam zona waktu, mau ikut bagian sebagai manusia, Immanuel, Tuhan beserta kita. Kata “Incarnation” berasal dari bahasa Latin “in” artinya masuk dan “cara”/ “carnis” artinya daging jadi artinya God in Flesh (Tuhan dalam bentuk daging). Oleh karena Yesus Kristus, manusia bisa mengambil bagian dalam hidup keilahian.
Dalam the Kenosis Theory tertulis dalam Filipi 2:5-8 tertulis “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia, dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Yesus datang ke dunia ini bukan hanya untuk mati tetapi Dia datang untuk memberikan hidup yang menjadi contoh sebagai “role model” untuk menjadi “manusia baru” Yesus Kristus begitu bersemangat/bergairah menjadi manusia yang “siap” menebus dosa manusia. Paulus mengungkapkan pikiran dan perasaan Yesus Kristus yaitu pikiran dan perasaan sukacita ketika mendapatkan “yang hilang” (bandingkan dengan Lukas 15).
Sebelum Yesus Kristus menceritakan tentang perumpamaan “A Good Samaritan” ada pertanyaan dari para ahli Taurat “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Konsep menjadi pengaruh dipahami sebagai memperoleh hidup yang kekal (kehidupan setelah kematian). Tuhan Yesus mengingatkan mereka untuk memperhatikan dan bergerak menolong orang-orang yang ada di “jalan” kita. Rick Warren mengatakan “The Purpose of Influence is to speak up for those who have no influence. It is not about you.” Ubah pikiran kita yang berfokus pada kehidupan diri sendiri kepada kehidupan yang lebih mementingkan kehidupan orang lain. Carilah “mentor” yang tepat sehingga Anda akan makin berkembang dalam pikiran dan tindakan yang dapat memengaruhi dunia ini. Segalanya hanya untuk kemuliaan Nama Tuhan seperti nyanyian pujian dari Daud (Mazmur 29:11-14). Kita hanya mengembalikan apa yang sudah Tuhan sudah berikan kepada kita, termasuk kita mengembalikan persepuluhan. Lebih dari itu seluruh hidup kita, persembahkanlah untuk Tuhan. Jadilah versi terbaik dari apa yang Tuhan berikan kepada kita sebagai manusia, Kedewasaan rohani bukan diukur dari banyaknya talenta atau kemampuan yang kita miliki tetapi seberapa banyak kita berbuah dan buah itu bisa dinikmati oleh orang lain. Bukan dengan usaha kita sendiri tetapi karena kita bersama Kristus yang ada di dalam kita. Dia memampukan kita berbuah lebat dan tetap.
Kita sebagai “A Chosen Generation” (umat pilihan Allah). Dimulai dari satu pribadi untuk menjadi berkat bagi keluarga lalu mengkhamiri/memengaruhi masyarakat. “Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel.” (Mzm 128:5-6). Amin. Terpujilah Nama Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. (RJ).