MELATIH DIRI UNTUK MENGASIHI | Pdt. Eluzai Frengky Utana

Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa. (Efesus 6:24)

Mengasihi sang Raja artinya kita menghidupi Firman. Kita harus melatih diri kita untuk mengasihi sang Raja dan mengasihi sesama. Dalam kisah di Yohanes 8:4-12, Yesus diperhadapkan dengan seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah dan Yesus menunjukkan teladan dalam mengasihi. Hal-hal yang bisa pelajari dan teladani dari Yesus untuk melatih diri mengasihi Sang Raja:

Mendengar tanpa Menyela

Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya. (Amsal 18:13)

“Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. (Yohanes 8:4b-6)

Yesus mendengarkan perkataan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi tanpa menyela. Ini perlu kita teladani dalam kehidupan rumah tangga, pekerjaan, pelayanan dan dalam interaksi dengan siapapun. Dalam rumah tangga sering timbul percekcokan, karena baik sang suami atau sang istri terlalu cepat menyela perkataan pasangannya.

Berbicara tanpa Mencela

Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” (Yohanes 8:10)

Yesus berbicara kepada perempuan itu, tanpa mencela, tanpa mengintimidasi, dan tanpa menghukum. Karena kita bukanlah jawaban atas persoalan orang lain, tetapi Yesuslah jawaban, yang bisa mengubahkan kehidupan dan memulihkan seseorang apapun masalah yang mereka hadapi.

Mengampuni tanpa Dendam

Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11)

Yesus memberikan teladan pengampunan. Kasih karunia dilepaskan bukan untuk mengizinkan orang tetap berbuat dosa, namun justru untuk memampukan agar orang tidak berbuat dosa lagi. Kita harus membenci perbuatan dosa, tetapi tetap mengasihi dan mengampuni orang yang berbuat dosa. Dan pengampunan harus dilakukan dengan tulus dan sepenuh hati, tanpa menyisakan dendam. Pengampunan sepenuh hati memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

Mengasihi tanpa Pura-pura

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. (Roma 12:9)

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kolose 3:13)

Kadangkala kita diperhadapkan kepada situasi yang sulit, sehingga nama kita dirusak dan kita dirugikan. Orang yang mengasihi tanpa pura-pura akan tetap mengampuni, tidak mendendam dan berusaha membayar kerugian yang timbul, sekalipun itu bukan kesalahan yang dilakukannya.

Memberi tanpa Batas

Keinginan bernafsu sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas. (Amsal 21:26)

Pengampunan yang sepenuh hati, memiliki ciri memberi tanpa batas, karena sadar bahwa Tuhan Yesus juga telah memberi tanpa batas dalam hidup kita. Memberi tanpa batas artinya mau melayani Tuhan, baik dalam hal besar maupun dalam perkara-perkara kecil.

Mempercayai tanpa Ragu

Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:7)

Mengampuni dengan sepenuh hati dan mempercayai bahwa seseorang akan berubah menjadi baik memang tidak mudah, namun kita perlu terus menerus melatih iman kita, dan percaya bahwa bersama Tuhan apa yang kita percayai pasti terjadi.

Ketika kita bersedia belajar melakukan hal-hal diatas, terus melatih diri untuk mengasihi, maka terang Kristus akan memancar melalui hidup kita dan nama Tuhan akan dipermuliakan. Amin. (VW).