MELATIH KERENDAHAN HATI
Bacaan Setahun:
Kis. 1, Ul. 11-12, Ayub 9
“Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (1 Petrus 5:5)
Keteladanan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting karena akan ditiru oleh orang orang di sekitar kita. Namun, keteladanan yang dimaksud adalah dalam arti positif, bukan negatif. Dalam kepemimpinan, keteladanan memegang peranan utama. Tanpa keteladanan, seorang pemimpin akan kehilangan kredibilitasnya, kinerjanya tidak akan berjalan dengan baik, dan bahkan kepemimpinannya bisa hancur.
Jika kita ditanya, “Seperti apakah pemimpin yang ideal itu?”, tentu jawabannya beragam. Namun, secara umum, pemimpin yang ideal adalah seseorang yang bermoral baik dan tidak mementingkan diri sendiri. Ia tulus hati, ramah, sabar, bertanggung jawab, dan selalu menjunjung kebenaran. Firman Tuhan menggambarkan pemimpin seperti ini dengan sebutan ‘gembala’ yang baik, yang merawat dan mengasihi kawanan dombanya.
Dalam Yohanes 13:15, Yesus berkata, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Yesus tahu bahwa suatu saat pengikut-Nya akan menjadi pemimpin yang meneruskan pekerjaan-Nya. Namun, Yesus juga memahami bahwa di antara mereka mungkin ada yang memiliki ambisi menjadi pemimpin tanpa memperhitungkan apakah mereka memiliki hati seorang pemimpin yang sejati.
Menjadi pemimpin adalah hal yang wajar, tetapi sangat tidak sehat jika dalam prosesnya seseorang saling menjelekkan, menjatuhkan, atau memfitnah orang lain demi mencapai posisi tertentu. Kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, melainkan tentang pelayanan. Sayangnya, saat ini banyak pemimpin, bahkan di gereja, yang lebih suka dilayani daripada melayani. Mereka ingin dihormati, meminta orang lain memarkirkan mobil mereka, membawakan tas mereka, menyiapkan makan dan minum mereka, bahkan mengurus keperluan rumah tangga mereka. Jelas, ini bukanlah teladan yang diberikan oleh Yesus.
Dalam 1 Petrus 5:6, firman Tuhan berkata, “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” Kerendahan hati adalah ciri utama orang percaya. Rendah hati berarti tidak sombong, menyadari kelemahan diri, serta mengakui bahwa keberhasilan yang kita raih adalah karena peranan Tuhan dan orangorang di sekitar kita.
Lalu, bagaimana kita bisa melatih kerendahan hati? Jawabannya adalah dengan belajar dari Yesus. Dia adalah Tuhan dan Raja, tetapi Dia datang untuk melayani, bukan untuk dilayani. Tuhan, ajar kami untuk merendahkan diri di bawah tangan-Mu yang kuat. Bentuk hati kami agar memiliki kasih dan keteladanan seperti yang telah Engkau tunjukkan. Biarlah belas kasih-Mu menolong kami untuk melayani dengan penuh kerendahan hati. Amin. (AU)
Questions:
1. Apakah kita sudah mencerminkan kerendahan hati Yesus dalam sikap dan tindakan sehari-hari?
2. Apakah Anda lebih ingin melayani atau justru lebih sering mengharapkan dilayani oleh orang lain?
Values:
Kerendahan hati sejati terlihat dalam sikap melayani tanpa mengharapkan pujian, seperti yang dicontohkan oleh Yesus.
Kingdom’s Quotes:
Kebesaran sejati bukan diukur dari seberapa banyak kita dihormati, tetapi seberapa besar kita bersedia melayani.